Dini hari itu, pukul empat pagi, suara alarm membangunkan Ashfiyatul Mardiyatillah. Fia, sapaan akrabnya, bergegas menuju dapur setelah menunaikan salat Subuh. Di ruang sederhana itu, ia mulai menyiapkan pesanan masakan yang sudah dipesan pelanggan sejak dua hari sebelumnya.
Menjelang pagi, dapur kecilnya di kawasan Mranggen, Kabupaten Demak, dipenuhi catatan berisi daftar bahan makanan dan bumbu yang harus ia beli. Dengan wajah serius, matanya meneliti satu per satu kebutuhan yang harus didapatkan dari pemasok langganannya di pasar tradisional setempat.
Setelah yakin dengan catatan belanjanya, Fia merogoh tas selempang kecilnya. Ia mengambil ponsel, lalu menggulirkan jari ke halaman kedua layar utama dan mengetuk aplikasi OCTO Mobile. Bagi ibu satu anak itu, aplikasi tersebut telah menjadi teman setia rutinitasnya. Seluruh transaksi untuk kebutuhan dagangnya kini dilakukan secara nontunai melalui aplikasi yang rilis pada April 2020 itu.
“Sekarang belanja jarang bawa uang tunai. Semua sudah transfer lewat aplikasi ini. Pedagang juga sudah banyak yang mengerti menggunakan QRIS atau transfer. Tinggal kirim-kirim saja,” katanya kepada IDN Times, Minggu (3/8/2025).
Usai memastikan saldo aman, Fia bergegas pergi seolah tak ingin membuang waktu. Tiga puluh menit kemudian, ia tiba di Pasar Batursari--pasar tradisional setempat.
Riuh suara pedagang dan pembeli menyambut langkahnya. Fia langsung menuju ke pemasok daging sapi dan bumbu langganannya. Dengan teliti, ia memeriksa setiap bahan yang akan dibelinya.
“Sip, barangnya oke. Saya transfer, ya,” ucap Fia mantap sambil menyiapkan ponselnya.
“Nggih, Mbak,” sahut Nur Khasanah, pemasok daging yang sudah lama bekerja sama dengannya.
Tidak sampai lima menit, notifikasi masuk di ponsel Nur. Ia pun mengonfirmasi dengan senyum, “Sudah masuk, Mbak, transfernya.”
Fia mengangguk lega sambil menunjukkan layar ponselnya yang menampilkan bukti transaksi di aplikasi OCTO Mobile. “Sip, ini ya buktinya.”
Urusan belanja pun selesai tanpa hambatan. Fia kini siap memulai aktivitas memasaknya. Namun, di balik kelancaran transaksinya, ia pernah menghadapi masalah kecil yang membebani margin usahanya.
Transaksi nontunai sudah menjadi bagian dari keseharian Fia sejak 2,5 tahun terakhir, tepatnya ketika ia resmi menjadi nasabah PT Bank CIMB Niaga Tbk (CIMB Niaga) pada 7 Desember 2022. Alasan awal Fia membuka rekening sebenarnya sederhana: ia ingin mandiri dengan memiliki rekening atas namanya sendiri. Selama menjadi ibu rumah tangga, ia selalu bergantung pada rekening milik suaminya, sebuah kondisi yang lama-kelamaan membuatnya tidak nyaman.
Seiring waktu, rekening itu rupanya tidak hanya menjadi pegangan pribadi, tapi juga menopang bisnis iga bakar bermerek Rasa yang Berkah yang sudah ia tekuni sejak 2019. Kini, usahanya sepenuhnya terhubung dengan rekening tersebut, bahkan ia sudah memanfaatkan layanan OCTO Merchant untuk mengelola seluruh transaksi bisnisnya.
Semula, masalah terbesar yang Fia hadapi justru bukan ketersediaan layanan, melainkan biaya transfer antarbank. Meskipun sejak 21 Desember 2021 Bank Indonesia (BI) telah menurunkan tarif transfer antarbank melalui sistem BI-FAST dari Rp6.500 menjadi Rp2.500 per transaksi, angka tersebut tetap terasa membebani baginya sebagai pelaku UMKM.
Bagi Fia yang sering bertransaksi hingga lima kali sehari, biaya yang diakumulasikan bisa mencapai Rp75.000 per bulan, atau sekitar Rp900.000 per tahun.
“Nominal Rp2.500 itu kelihatannya kecil. Tapi kalau sehari saya sampai lima kali transfer, lumayan juga biayanya. Dulu, setiap kali transfer uang ke pemasok atau transaksi dengan pelanggan, saya harus berpikir dua kali. Kadang ada pelanggan yang mau beli, tapi minta biaya transfernya ditanggung penjual. Jadi harus dipotong dari harga jual, tidak untung malah rugi,” kenang Fia sambil menata bumbu belanjaannya.
Ia pun tersenyum tipis mengingat masa-masa penuh perhitungan tersebut.
“Makanya, kadang saya sempat ribut kecil sama suami hanya karena urusan biaya transfer. Rasanya sayang saja uang sebanyak itu terbuang percuma, dan mental saya juga ikut terganggu karena kepikiran terus.”
Kondisi itu berubah drastis sejak 1 September 2023, saat CIMB Niaga resmi menghapus biaya transfer antarbank bagi seluruh nasabahnya melalui layanan BI-FAST. Sejak saat itu, biaya administrasi transfer antarbank ke seluruh bank di Indonesia melalui aplikasi OCTO Mobile, OCTO Clicks, atau di kantor cabang CIMB Niaga tidak dikenakan biaya sepeser pun alias gratis.
Uang yang tadinya habis untuk biaya transfer kini bisa ia alihkan untuk membeli bahan yang berkualitas lebih baik. Fia pun merasa usahanya makin berkembang karena modal yang dimiliki tidak lagi terkikis biaya-biaya kecil yang selama ini membebaninya.