Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
IMG_3400.jpeg
Fia, pelaku UMKM kuliner iga bakar sedang memasak makanan pesanan pelanggan di rumahnya. (IDN Times/Dhana Kencana)

Intinya sih...

  • Fia, seorang pelaku UMKM, beralih ke transaksi nontunai dengan aplikasi OCTO Mobile CIMB Niaga untuk memudahkan bisnis masakannya.

  • Sejak CIMB Niaga menghapus biaya transfer antarbank, Fia merasakan penghematan signifikan dan peningkatan kenyamanan bertransaksi.

  • Penghapusan biaya transfer antarbank oleh CIMB Niaga juga mendorong inklusi keuangan dan pertumbuhan ekonomi digital di Indonesia.

Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Dini hari itu, pukul empat pagi, suara alarm membangunkan Ashfiyatul Mardiyatillah. Fia, sapaan akrabnya, bergegas menuju dapur setelah menunaikan salat Subuh. Di ruang sederhana itu, ia mulai menyiapkan pesanan masakan yang sudah dipesan pelanggan sejak dua hari sebelumnya.

Menjelang pagi, dapur kecilnya di kawasan Mranggen, Kabupaten Demak, dipenuhi catatan berisi daftar bahan makanan dan bumbu yang harus ia beli. Dengan wajah serius, matanya meneliti satu per satu kebutuhan yang harus didapatkan dari pemasok langganannya di pasar tradisional setempat.

Setelah yakin dengan catatan belanjanya, Fia merogoh tas selempang kecilnya. Ia mengambil ponsel, lalu menggulirkan jari ke halaman kedua layar utama dan mengetuk aplikasi OCTO Mobile. Bagi ibu satu anak itu, aplikasi tersebut telah menjadi teman setia rutinitasnya. Seluruh transaksi untuk kebutuhan dagangnya kini dilakukan secara nontunai melalui aplikasi yang rilis pada April 2020 itu.

“Sekarang belanja jarang bawa uang tunai. Semua sudah transfer lewat aplikasi ini. Pedagang juga sudah banyak yang mengerti menggunakan QRIS atau transfer. Tinggal kirim-kirim saja,” katanya kepada IDN Times, Minggu (3/8/2025).

Usai memastikan saldo aman, Fia bergegas pergi seolah tak ingin membuang waktu. Tiga puluh menit kemudian, ia tiba di Pasar Batursari--pasar tradisional setempat.

Riuh suara pedagang dan pembeli menyambut langkahnya. Fia langsung menuju ke pemasok daging sapi dan bumbu langganannya. Dengan teliti, ia memeriksa setiap bahan yang akan dibelinya.

“Sip, barangnya oke. Saya transfer, ya,” ucap Fia mantap sambil menyiapkan ponselnya.

Nggih, Mbak,” sahut Nur Khasanah, pemasok daging yang sudah lama bekerja sama dengannya.

Tidak sampai lima menit, notifikasi masuk di ponsel Nur. Ia pun mengonfirmasi dengan senyum, “Sudah masuk, Mbak, transfernya.”

Fia mengangguk lega sambil menunjukkan layar ponselnya yang menampilkan bukti transaksi di aplikasi OCTO Mobile. “Sip, ini ya buktinya.”

Urusan belanja pun selesai tanpa hambatan. Fia kini siap memulai aktivitas memasaknya. Namun, di balik kelancaran transaksinya, ia pernah menghadapi masalah kecil yang membebani margin usahanya.

Aplikasi OCTOMobile milik CIMB Niaga (IDN Times/Feny Maulia Agustin)

Transaksi nontunai sudah menjadi bagian dari keseharian Fia sejak 2,5 tahun terakhir, tepatnya ketika ia resmi menjadi nasabah PT Bank CIMB Niaga Tbk (CIMB Niaga) pada 7 Desember 2022. Alasan awal Fia membuka rekening sebenarnya sederhana: ia ingin mandiri dengan memiliki rekening atas namanya sendiri. Selama menjadi ibu rumah tangga, ia selalu bergantung pada rekening milik suaminya, sebuah kondisi yang lama-kelamaan membuatnya tidak nyaman.

Seiring waktu, rekening itu rupanya tidak hanya menjadi pegangan pribadi, tapi juga menopang bisnis iga bakar bermerek Rasa yang Berkah yang sudah ia tekuni sejak 2019. Kini, usahanya sepenuhnya terhubung dengan rekening tersebut, bahkan ia sudah memanfaatkan layanan OCTO Merchant untuk mengelola seluruh transaksi bisnisnya.

Semula, masalah terbesar yang Fia hadapi justru bukan ketersediaan layanan, melainkan biaya transfer antarbank. Meskipun sejak 21 Desember 2021 Bank Indonesia (BI) telah menurunkan tarif transfer antarbank melalui sistem BI-FAST dari Rp6.500 menjadi Rp2.500 per transaksi, angka tersebut tetap terasa membebani baginya sebagai pelaku UMKM.

Bagi Fia yang sering bertransaksi hingga lima kali sehari, biaya yang diakumulasikan bisa mencapai Rp75.000 per bulan, atau sekitar Rp900.000 per tahun.

“Nominal Rp2.500 itu kelihatannya kecil. Tapi kalau sehari saya sampai lima kali transfer, lumayan juga biayanya. Dulu, setiap kali transfer uang ke pemasok atau transaksi dengan pelanggan, saya harus berpikir dua kali. Kadang ada pelanggan yang mau beli, tapi minta biaya transfernya ditanggung penjual. Jadi harus dipotong dari harga jual, tidak untung malah rugi,” kenang Fia sambil menata bumbu belanjaannya.

Ia pun tersenyum tipis mengingat masa-masa penuh perhitungan tersebut.

“Makanya, kadang saya sempat ribut kecil sama suami hanya karena urusan biaya transfer. Rasanya sayang saja uang sebanyak itu terbuang percuma, dan mental saya juga ikut terganggu karena kepikiran terus.”

Kondisi itu berubah drastis sejak 1 September 2023, saat CIMB Niaga resmi menghapus biaya transfer antarbank bagi seluruh nasabahnya melalui layanan BI-FAST. Sejak saat itu, biaya administrasi transfer antarbank ke seluruh bank di Indonesia melalui aplikasi OCTO Mobile, OCTO Clicks, atau di kantor cabang CIMB Niaga tidak dikenakan biaya sepeser pun alias gratis.

Uang yang tadinya habis untuk biaya transfer kini bisa ia alihkan untuk membeli bahan yang berkualitas lebih baik. Fia pun merasa usahanya makin berkembang karena modal yang dimiliki tidak lagi terkikis biaya-biaya kecil yang selama ini membebaninya.

Solusi Nyata Inklusi Keuangan

Kisah Fia hanyalah satu potret kecil dari persoalan besar yang dihadapi jutaan pelaku UMKM di Indonesia. Berdasarkan data Kementerian Koperasi dan UKM, hingga 31 Desember 2024, terdapat 30,18 juta pelaku UMKM di seluruh Indonesia yang menghadapi tantangan serupa, terutama berkaitan dengan biaya transaksi perbankan.

Ketua Perhimpunan Bank-bank Internasional (Perbina), Batara Sianturi pernah menekankan bahwa biaya transfer antarbank berpengaruh signifikan terhadap pertumbuhan UMKM. Hal itu beralasan karena UMKM menyumbang 61 persen terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia.

"Jika biaya transaksi bisa ditekan, UMKM akan makin menggeliat dan otomatis ekonomi nasional ikut bergerak naik," katanya saat mengisi sesi Side Event G20 Indonesia: Festival Ekonomi Keuangan Digital 2022 di Nusa Dua, Bali, Rabu (13/7/2022).

Secara personal, Fia merasakan manfaat nyata dari kebijakan CIMB Niaga itu. Selain penghematan signifikan, ia juga merasakan adanya peningkatan kenyamanan bertransaksi karena tidak perlu lagi menunda atau menggabungkan transaksi demi menghindari biaya transfer antarbank. Fitur keamanan biometrik dan PIN di OCTO Mobile juga menambah fleksibilitas dalam mengelola keuangannya secara praktis dan aman.

“Semua sekarang bisa dilakukan kapan saja, 24 jam, dan di mana saja secara real-time, cukup dari ponsel di aplikasi OCTO Mobile. Kalau dulu pusing, diakali dengan menggabung-gabungkan sekali transfer agar tidak terkena biaya transfer. Aplikasinya juga canggih, keamanannya berlapis, jadi susah sepertinya kalau mau dibobol,” aku Fia.

Dampak lain yang signifikan dari kebijakan penghapusan biaya transfer antarbank adalah lonjakan penggunaan layanan perbankan digital. Kebijakan tersebut ikut mendorong makin banyaknya UMKM yang masuk ke ekosistem perbankan formal.

Berdasarkan pengakuan Fia, banyak pelaku UMKM tradisional—terutama di daerah—yang sebelumnya enggan membuka rekening, kini termotivasi karena adanya layanan gratis biaya transfer antarbank. Hal itu menjadi insentif kuat bagi mereka dan sejalan dengan agenda nasional untuk meningkatkan inklusi keuangan serta transformasi digital perbankan di dalam negeri.

Kantor bank CIMB Niaga di Semarang. (IDN Times/Dhana Kencana)

Deputi Gubernur Senior Bank Indonesia, Destry Damayanti menyampaikan, di tengah akses keuangan digital yang berkembang cepat, peningkatan literasi keuangan masih menjadi tantangan. Survei Nasional Literasi Keuangan (SNLIK) OJK tahun 2024 mencatat literasi keuangan Indonesia sebesar 66,46 persen, sedangkan hasil survei Organisasi untuk Kerja Sama dan Pembangunan Ekonomi (OECD) 2023 menunjukkan skor Indonesia sebesar 57, di bawah rata-rata global 60,3.

Untuk menjawab tantangan peningkatan literasi keuangan digital, peranan talenta digital—seperti Fia—yang memiliki karakter digital savvy dan technology savvy menjadi penting. Destry menyebutkan, komitmen, konsistensi, inovasi, dan sinergi menjadi kunci untuk mewujudkan hal tersebut.

"Bank Indonesia akan memperkuat literasi dan inklusi keuangan nasional melalui sinergi kebijakan, program edukasi, dan pemanfaatan teknologi digital. Sebagai upaya peningkatan inklusi keuangan, Bank Indonesia mengedepankan pendekatan kolaboratif dengan pemerintah, industri, akademisi, dan masyarakat," ucapnya saat diskusi Strategi Pengembangan Talenta Digital untuk Akselerasi Literasi Keuangan Digital, di Jakarta International Convention Center (JICC) pada Sabtu (9/8/2025).

Begitu terhubung ke sistem perbankan, peluang bagi UMKM untuk mengakses fasilitas kredit usaha, pembayaran digital, atau layanan keuangan lainnya juga makin terbuka. Praktis, peluang untuk meningkatkan skala usaha terbuka lebar.

Apalagi kredit untuk sektor UMKM CIMB Niaga tumbuh stabil setiap tahun. Presiden Direktur CIMB Niaga, Lani Darmawan, dalam keterangan resminya menyatakan, pertumbuhan sektor itu mencapai 7,6 persen (years-on-years/y-o-y).

“Soalnya banyak pedagang atau UMKM di sini yang sampai sekarang tidak punya rekening (belum terlayani bank/unbanked). Atau malah, ada yang sudah punya, tapi belum dimaksimalkan, cuma untuk simpan dan tarik saja (kurang terlayani bank/underbanked). Kan eman-eman,” ujar Fia.

Sebagai informasi, mengacu data resmi CIMB Niaga, jumlah transaksi finansial melalui OCTO Mobile naik 87,2 persen secara tahunan pada 2021–2022. Pada tahun 2024, sebanyak 90 persen transaksi keuangan sudah dilakukan secara branchless banking atau digital, didukung oleh jumlah pengguna OCTO Mobile yang hingga kuartal I tahun 2024 sudah mencapai 3,2 juta nasabah.

“Eranya sekarang ini era digital. Selama bisa digunakan untuk mendukung aktivitas penjualan dan transparansi dalam berwirausaha, kenapa tidak kita gunakan? Kan positif. Saya juga berbagi pengalaman ke yang lain, kalau sekarang bayar dan beli ya tinggal daring, pakai QRIS atau bayar transfer lewat OCTO Mobile bebas biaya transfer. Tarik juga bisa via aplikasi, tidak perlu kartu ATM,” pungkas Fia.

Grafis mengenai gratis biaya transfer yang berdampak untuk pertumbuhan UMKM. (IDN Times/Dhana Kencana)

Pengalaman Fia memang hanya sepotong kecil dari realitas besar di lapangan. Dampak dari penghapusan biaya transfer antarbank menunjukkan jika kebijakan yang terlihat sederhana bisa membawa perubahan signifikan. Uang yang tadinya habis untuk ongkos administrasi kini kembali ke sirkulasi produktif—untuk membeli bahan baku yang lebih berkualitas, memperbesar margin keuntungan, bahkan memperluas pasar.

Andaikan kebijakan serupa diadopsi lebih luas lintas bank dan diperkuat dengan literasi keuangan digital yang merata, jutaan pelaku UMKM yang selama ini belum terlayani bank maupun kurang terlayani bank bisa masuk ke ekosistem formal. Hal tersebut tidak hanya meningkatkan daya saing usaha kecil, tapi juga mempercepat agenda nasional menuju cashless society dan memperkuat ketahanan ekonomi Indonesia.

Biaya transfer nol rupiah tidak semata-mata menjadi kenyamanan transaksi melainkan menjadi simbol demokratisasi akses keuangan, di mana setiap rupiah yang dihemat pelaku UMKM bisa kembali diputar menjadi energi pembangunan. Dengan dukungan regulator, industri perbankan, dan kesadaran masyarakat, Indonesia berpeluang menjadikan efisiensi transaksi sebagai salah satu pendorong utama pertumbuhan ekonomi digital di kawasan.

Editorial Team