Pukul 04.00 WIB, suara alarm membangunkan Ashfiyatul Mardiyatillah dari lelap tidurnya, Minggu (3/8/2025). Usai menunaikan salat Subuh, perempuan berusia 35 tahun itu bergegas menuju dapur. Di ruang sederhana itu, ia mulai menyiapkan pesanan masakan yang sudah dipesan pelanggannya sejak dua hari sebelumnya.
Menjelang pagi, dapur kecilnya di kawasan Mranggen Kabupaten Demak dipenuhi catatan berisi daftar bahan makanan, bumbu, dan bahan baku lain yang harus ia beli. Dengan wajah serius, matanya meneliti satu per satu kebutuhan yang harus didapatkan dari pemasok langganannya di pasar tradisional setempat.
Setelah yakin dengan catatan belanja, Fia—sapaan akrabnya—merogoh tas selempang kecilnya, mengambil ponsel pintar (smartphone). Ia menggulirkan jari ke halaman kedua layar utama, lalu mengetuk aplikasi perbankan OCTO Mobile yang terletak di sisi kiri atas layar.
Bagi ibu satu anak itu, aplikasi tersebut menjadi teman setia rutinitasnya. Sebab, seluruh transaksi untuk kebutuhan dagangnya dilakukan secara nontunai (cashless) melalui aplikasi yang rilis pada April 2020 itu.
“Sekarang belanja jarang bawa uang cash. Semua sudah transfer-transfer lewat aplikasi ini. Pedagang juga sudah banyak yang “melek” pakai QRIS atau transfer. Tinggal kirim-kirim saja,” katanya kepada IDN Times.
Usai memastikan saldo aman, Fia bergegas pergi seakan tidak mau waktunya banyak terbuang. Tiga puluh menit kemudian, ia tiba di pasar Batursari.
Riuh suara pedagang dan pembeli menyambut langkahnya. Fia langsung menuju ke pemasok (supplier) daging sapi dan bumbu langganannya. Dengan teliti, ia memeriksa setiap bahan dan bumbu.
“Sip, oke barangnya. Saya transfer, ya,” ucap Fia mantap sambil menyiapkan ponselnya.
“Nggih (red: iya), Mbak,” sahut Nur Khasanah, pemasok daging yang sudah lama bekerja sama dengannya.
Tidak sampai lima menit, notifikasi masuk di ponsel Nur. Ia pun mengonfirmasi dengan senyum, “Sudah masuk, Mbak, transfernya.”
Fia pun mengangguk lega, menunjukkan layar ponselnya yang menampilkan bukti transaksi di aplikasi OCTO Mobile. Ia menimpali, “Sip, ini ya buktinya.”
Urusan belanja pun selesai tanpa hambatan. Ia melanjutkan aktivitasnya untuk memasak bahan dan bumbu tersebut.