Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
IMG_3369.jpeg
Fia menarik uang melalui ATM hanya menggunakan aplikasi OCTO Mobile di ponselnya. (IDN Times/Dhana Kencana)

Intinya sih...

  • Fia bertransaksi cashless untuk bisnis masakannya melalui aplikasi perbankan OCTO Mobile.

  • Sejak CIMB Niaga menghapus biaya transfer antarbank pada September 2023, Fia merasakan penghematan signifikan dan peningkatan kenyamanan bertransaksi.

  • Kebijakan penghapusan biaya transfer antarbank mendorong lonjakan penggunaan layanan perbankan digital dan inklusi keuangan bagi pelaku UMKM di Indonesia.

Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Pukul 04.00 WIB, suara alarm membangunkan Ashfiyatul Mardiyatillah dari lelap tidurnya, Minggu (3/8/2025). Usai menunaikan salat Subuh, perempuan berusia 35 tahun itu bergegas menuju dapur. Di ruang sederhana itu, ia mulai menyiapkan pesanan masakan yang sudah dipesan pelanggannya sejak dua hari sebelumnya.

Menjelang pagi, dapur kecilnya di kawasan Mranggen Kabupaten Demak dipenuhi catatan berisi daftar bahan makanan, bumbu, dan bahan baku lain yang harus ia beli. Dengan wajah serius, matanya meneliti satu per satu kebutuhan yang harus didapatkan dari pemasok langganannya di pasar tradisional setempat.

Setelah yakin dengan catatan belanja, Fia—sapaan akrabnya—merogoh tas selempang kecilnya, mengambil ponsel pintar (smartphone). Ia menggulirkan jari ke halaman kedua layar utama, lalu mengetuk aplikasi perbankan OCTO Mobile yang terletak di sisi kiri atas layar. 

Bagi ibu satu anak itu, aplikasi tersebut menjadi teman setia rutinitasnya. Sebab, seluruh transaksi untuk kebutuhan dagangnya dilakukan secara nontunai (cashless) melalui aplikasi yang rilis pada April 2020 itu.

“Sekarang belanja jarang bawa uang cash. Semua sudah transfer-transfer lewat aplikasi ini. Pedagang juga sudah banyak yang “melek” pakai QRIS atau transfer. Tinggal kirim-kirim saja,” katanya kepada IDN Times.

Usai memastikan saldo aman, Fia bergegas pergi seakan tidak mau waktunya banyak terbuang. Tiga puluh menit kemudian, ia tiba di pasar Batursari. 

Riuh suara pedagang dan pembeli menyambut langkahnya. Fia langsung menuju ke pemasok (supplier) daging sapi dan bumbu langganannya. Dengan teliti, ia memeriksa setiap bahan dan bumbu.

“Sip, oke barangnya. Saya transfer, ya,” ucap Fia mantap sambil menyiapkan ponselnya.

Nggih (red: iya), Mbak,” sahut Nur Khasanah, pemasok daging yang sudah lama bekerja sama dengannya.

Tidak sampai lima menit, notifikasi masuk di ponsel Nur. Ia pun mengonfirmasi dengan senyum, “Sudah masuk, Mbak, transfernya.”

Fia pun mengangguk lega, menunjukkan layar ponselnya yang menampilkan bukti transaksi di aplikasi OCTO Mobile. Ia menimpali, “Sip, ini ya buktinya.”

Urusan belanja pun selesai tanpa hambatan. Ia melanjutkan aktivitasnya untuk memasak bahan dan bumbu tersebut.

Masalah kecil yang menguras energi

Fia menarik uang melalui ATM hanya menggunakan aplikasi OCTO Mobile di ponselnya. (IDN Times/Dhana Kencana)

Aktivitas transaksi cashless tersebut sudah menjadi bagian dari keseharian Fia sejak 2,5 tahun terakhir, atau tepatnya ketika ia resmi menjadi nasabah PT Bank CIMB Niaga Tbk (CIMB Niaga) pada Desember 2022. 

Ia masih ingat betul, alasan awal membuka rekening saat itu hanyalah sederhana. Yaitu ingin mandiri dengan memiliki rekening atas nama sendiri. Maklum, selama menjadi ibu rumah tangga, ia selalu bergantung pada rekening milik suaminya—suatu kondisi yang lama-kelamaan membuatnya merasa tidak nyaman.

Seiring berjalannya waktu, rekening itu rupanya tidak hanya untuk pegangan pribadi, tapi juga menopang bisnis iga bakar bermerek Rasa yang Berkah yang sudah ia tekuni sejak 2019. Usahanya itu kini sepenuhnya terhubung dengan rekening tersebut. Malah, saat ini ia sudah memanfaatkan layanan OCTO Merchant yang mendukung kelancaran dan pengelolaan transaksi usahanya.

Semula, masalah terbesar yang Fia hadapi justru bukan ketersediaan layanan, melainkan biaya transfer antarbank. Meskipun sejak 21 Desember 2021 Bank Indonesia (BI) telah menurunkan tarif transfer antarbank melalui sistem BI-FAST dari Rp6.500 menjadi Rp2.500 per transaksi, angka tersebut tetap terasa memberatkannya sebagai pelaku UMKM.

Bagi Fia, yang sering bertransaksi hingga lima kali sehari, merasa jika biaya jika diakumulasikan bisa mencapai Rp75 ribu per bulan atau sekitar Rp900 ribu per tahun. 

“Nominal Rp2.500 itu kelihatannya kecil. Tapi kalau sehari sampai saya lima kali transfer, lumayan juga biayanya. Dulu, setiap kali transfer uang ke supplier atau transaksi dengan pelanggan, saya harus mikir dua kali. Kadang ada pelanggan yang mau beli, tapi minta biaya transfernya ditanggung penjual. Jadi harus dipotong dari harga jual, ora bati malah tombok (red: tidak untung, malah rugi),” kenang Fia sambil menata bumbu belanjaannya di dapur rumah.

“Makanya, kadang-kadang juga saya sempat ribut kecil sama suami hanya karena urusan biaya transfer. Rasanya sayang saja uang sebanyak itu terbuang percuma dan (kesehatan) mental saya juga ikut terganggu lho, karena kepikiran terus,” imbuhnya sembari tersenyum tipis mengingat masa-masa penuh perhitungan tersebut.

Kondisi berubah drastis sejak 1 September 2023, saat CIMB Niaga resmi menghapus biaya transfer antarbank bagi seluruh nasabahnya melalui layanan BI-FAST. Sejak saat itu, biaya administrasi transfer antarbank ke seluruh bank di Indonesia melalui aplikasi OCTO Mobile, OCTO Clicks, atau di kantor cabang CIMB Niaga tidak dikenakan biaya sepeser pun alias menjadi nol rupiah atau gratis.

Uang yang sebelumnya terpakai untuk ongkos transfer kini bisa ia alihkan untuk membeli bahan berkualitas lebih baik. Fia pun merasa usahanya makin berkembang karena modal yang dimiliki tidak lagi terkikis biaya-biaya kecil yang selama ini terasa membebaninya.

Solusi nyata inklusi keuangan

Apa yang dialami Fia hanyalah potret kecil dari persoalan besar yang dihadapi jutaan pelaku UMKM di Indonesia. Berdasarkan data Kementerian UMKM, hingga 31 Desember 2024 tercatat ada 30,18 juta pelaku UMKM di seluruh Indonesia yang menghadapi tantangan serupa, terutama berkaitan dengan biaya transaksi perbankan.

Ketua Perhimpunan Bank-bank Internasional (Perbina), Batara Sianturi, pernah menekankan bahwa biaya transfer antarbank berpengaruh signifikan terhadap pertumbuhan UMKM. Ia menyampaikannya saat mengisi sesi Side Event G20 Indonesia: Festival Ekonomi Keuangan Digital 2022 di Nusa Dua, Bali, Rabu (13/7/2022).

Hal itu beralasan karena UMKM menyumbang 61 persen terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia. Artinya, jika biaya transaksi bisa ditekan, UMKM akan makin menggeliat dan otomatis ekonomi nasional ikut bergerak naik.

Fia, pelaku UMKM kuliner iga bakar sedang memasak makanan pesanan pelanggan di rumahnya. (IDN Times/Dhana Kencana)

Secara personal, Fia merasakan manfaat nyata dari kebijakan CIMB Niaga itu. Selain penghematan signifikan, ia juga merasakan adanya peningkatan kenyamanan bertransaksi karena tidak perlu lagi menunda atau menggabungkan transaksi demi menghindari biaya transfer antarbank. 

Fitur keamanan biometrik dan PIN di OCTO Mobile juga menambah fleksibilitas dalam mengelola keuangannya secara praktis dan aman.

“Semua sekarang bisa dilakukan kapan saja, 24 jam, dan di mana saja real-time, cukup dari ponsel di aplikasi OCTO Mobile. Kalau dulu pusing, diakali harus digabung-gabungkan sekali transfer biar ga kena biaya transfer. Aplikasinya juga canggih, keamanannya double-double (berlapis), jadi susah kayaknya kalau mau njebol (red: dibobol),” aku Fia.

Dampak lain yang signifikan dari kebijakan penghapusan biaya transfer antarbank adalah lonjakan penggunaan layanan perbankan digital. Kebijakan tersebut ikut mendorong makin banyaknya UMKM masuk ke ekosistem perbankan formal. 

Berdasarkan pengakuan Fia, banyak pelaku UMKM tradisional—apalagi di daerah—yang sebelumnya enggan membuka rekening, kini termotivasi karena adanya layanan gratis biaya transfer antarbank. Hal itu menjadi insentif kuat untuk mereka dan secara makro sejalan dengan agenda nasional untuk meningkatkan inklusi keuangan serta transformasi digital perbankan di dalam negeri.

Begitu mereka terhubung ke sistem perbankan, peluang untuk mengakses fasilitas kredit usaha, pembayaran digital, atau layanan keuangan lainnya juga makin terbuka. Praktis, peluang untuk meningkatkan skala usaha terbuka lebar.

“Soalnya banyak pedagang atau UMKM di sini yang sampai sekarang tidak punya rekening (unbanked). Atau malah, ada yang sudah punya, tapi belum dimaksimalkan, cuma untuk simpan dan tarik saja (underbanked). Kan eman-eman,” ujarnya.

Untuk diketahui, mengacu data resmi CIMB Niaga, jumlah transaksi finansial melalui OCTO Mobile naik 87,2 persen secara tahunan pada 2021–2022. Pada tahun 2024, sebanyak 90 persen transaksi finansial sudah dilakukan secara branchless banking, didukung oleh jumlah pengguna OCTO Mobile yang per akhir 2023 sudah mencapai 3 juta nasabah.

“Eranya sekarang ini era digital. Selama bisa digunakan untuk mendukung aktivitas penjualan dan transparansi dalam berwirausaha, kenapa tidak kita gunakan? Kan positif. Saya juga getok tular ke yang lain, kalau sekarang bayar dan beli ya tinggal online, pakai QRIS atau bayar transfer lewat OCTO Mobile bebas biaya transfer. Tarik juga bisa via pakai aplikasi, gak perlu kartu ATM,” pungkas Fia.

Editorial Team