Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
IDN Ecosystem
IDN Signature Events
For
You

Pelayaran Hijau Kapal Pertamina Gas 1: Melintasi Samudera Tanpa Noda

Lalu lintas kapal di Selat Sunda, Senin (23/8/2024). (IDN Times/Dhana Kencana)
Intinya sih...
  • Kapal Pertamina Gas 1 bergerak dengan inovasi teknologi hijau, mengurangi polusi dan emisi gas rumah kaca.
  • Komitmen terhadap lingkungan ditunjukkan melalui pengurangan jejak karbon, sertifikasi internasional, dan teknologi ramah lingkungan.
  • Teknologi efisiensi energi dan bahan bakar rendah sulfur menjadi fokus utama dalam penerapan green shipping di Kapal Pertamina Gas 1.

Di tengah kegagahan lautan Selat Sunda yang berdebur, sebuah kapal raksasa bergerak dengan tenang, seolah membelah ombak dengan elegansi yang jarang terlihat. Sore itu, Senin (23/9/2024), ada pemandangan yang sedikit berbeda dari biasanya.

Asap hitam yang umumnya terlihat mengepul dari cerobong kapal tak lagi mendominasi cakrawala. Angin yang mengalir di sekitar kapal terasa bersih, bebas dari polusi seperti yang sering ditemui pada kapal-kapal lain.

Ya, kapal tersebut bukan kapal biasa. Kapal itu adalah Pertamina Gas 1 (PG-1), armada kebanggaan PT Pertamina International Shipping (PIS) sebagai anak perusahaan PT Pertamina (Persero) di bidang logistik dan pelayaran. 

Dengan inovasi teknologi hijau yang dibawanya, Kapal Pertamina Gas 1 yang bertolak ke Jepang dari Terminal LPG Tanjung Sekong, Cilegon Banten itu berdiri sebagai pionir dalam revolusi pelayaran ramah lingkungan di Indonesia.

Kapal Pertamina Gas 1 berjenis Very Large Gas Carrier (VLGC) milik PT Pertamina International Shipping (PIS) saat bersandar untuk bongkar muat LPG di Terminal LPG Tanjung Sekong, Cilegon, Banten, Senin (23/8/2024). (IDN Times/Dhana Kencana)

Kapal Pertamina Gas 1 bukan hanya sekadar alat transportasi. Kapal berjenis Very Large Gas Carrier (VLGC) itu dibuat pada tahun 2013 oleh Hyundai Heavy Industries Co., di Korea Selatan, dengan spesifikasi panjang 225,81 meter dan lebar 36,60 meter. Adapun, untuk kapasitas angkutnya mencapai 84 ribu meter kubik atau 45 ribu metrik ton gas minyak cair atau Liquefied Petroleum Gas (LPG).

Yang membuat Kapal Pertamina Gas 1 istimewa dan benar-benar berbeda adalah komitmennya terhadap lingkungan. Sejak beroperasi tahun 2013 hingga September 2024, kapal tersebut telah menyelesaikan 84 perjalanan ke seluruh Dunia, termasuk melakoni rute ke Uni Emirat Arab dan Amerika Serikat (AS). 

Di balik setiap pelayaran yang dilalui, Kapal Pertamina Gas 1 membawa misi lebih dari sekadar mengangkut energi. Kapal itu berhasil mengurangi jejak karbonnya melalui penerapan green shipping (pelayaran hijau atau ramah lingkungan), yang mencakup berbagai upaya dan teknologi yang dirancang untuk mengurangi konsumsi energi, emisi gas rumah kaca, dan dampak negatif lainnya dari operasional kapal terhadap lingkungan. 

Hal itulah yang menjadikan Kapal Pertamina Gas 1 sebagai tonggak penting dalam sejarah Indonesia menuju energi yang bersih, terutama menghadapi tantangan Global untuk mengatasi perubahan iklim dan ketatnya regulasi emisi karbon di sektor maritim.

Kapal Pertamina Gas 1 berjenis Very Large Gas Carrier (VLGC) milik PT Pertamina International Shipping (PIS) siap berangkat usai bersandar di Terminal LPG Tanjung Sekong, Cilegon, Banten, Senin (23/8/2024). (IDN Times/Dhana Kencana)

Menurut laporan United Nations Conference on Trade and Development (UNCTAD) dalam Review of Maritime Transport 2023 yang dirilis pada 28 September 2023, industri pelayaran Global saat ini menyumbang sekitar 3 persen dari total emisi karbon di Dunia. Musababnya, aktivitas kapal menghasilkan beragam emisi, termasuk karbon dioksida (CO2), nitrogen oksida (NOx), sulfur oksida (SOx), dan partikel-partikel lain yang berkontribusi terhadap polusi udara serta pemanasan Global. 

Makanya, UNCTAD memproyeksikan, emisi dari sektor maritim meningkat hingga 130 persen pada tahun 2050 jika tidak ada tindakan yang signifikan dalam menekan emisi karbon. 

Merespons tantangan tersebut, Organisasi Maritim Internasional (IMO) menetapkan pada tahun 2030, setidaknya 5 persen energi yang digunakan oleh pelayaran internasional harus berasal dari teknologi atau bahan bakar dengan emisi karbon nol atau mendekati nol, dengan target aspirasi mencapai 10 persen.

Oleh karena itu, upaya dekarbonisasi seperti yang dilakukan Kapal Pertamina Gas 1 memainkan peranan penting karena keberhasilannya dalam mengurangi emisi karbon tidak hanya dibuktikan oleh catatan pengurangan jejak karbon perjalanan dan teknologi ramah lingkungannya, tetapi juga oleh pengakuan internasional.

Sebagai contoh nyata, pada tahun 2021, Kapal Pertamina Gas 1 berhasil memasuki wilayah Amerika Serikat (AS) dengan mendapatkan Certificate of Compliance (COC) dari United States Coast Guard (USCG)—sebuah sertifikasi yang menjadi tolok ukur standar tertinggi dalam industri maritim internasional. 

Menurut nakhoda kapal, Kapten Prawoto, untuk mendapatkan COC bukanlah perkara mudah. Sertifikasi tersebut diperoleh setelah kapal melewati serangkaian pemeriksaan ketat yang meliputi sistem kargo, ruang mesin, peralatan navigasi, sistem pemadam kebakaran, hingga peralatan keselamatan lainnya. 

“Sertifikat COC merupakan indikator tepercaya di industri maritim internasional. Itu indikator bahwa kami menjalankan operasi dengan standar keselamatan dan lingkungan yang ketat karena setiap detail aktivitas dan operasional diperiksa, untuk memastikan kapal (Pertamina Gas 1) ini memenuhi standar peraturan Amerika Serikat dan perjanjian internasional,” katanya kepada IDN Times.

Pencapaian tersebut tak hanya berhenti di situ. Kapal Pertamina Gas 1 juga telah mengantongi sertifikasi dari Lloyd Register (Inggris) dan memenuhi persyaratan Standar Gas Internasional (IGC). 

Untuk tingkat industri, kapal itu berhasil lulus Final Inspection dari Oil Companies International Marine Forum (OCIMF), yang menunjukkan bahwa Pertamina Gas 1 telah mencapai standar tertinggi dalam keselamatan dan kinerja maritim.

“Sertifikasi-sertifikasi internasional itu lebih dari sekadar stempel persetujuan. Itu adalah cerminan tanggung jawab kapal dan operatornya terhadap masa depan Bumi. Dengan terus memperbarui dan mematuhi standar ketat tersebut, Kapal Pertamina Gas 1 tidak hanya menjadi alat transportasi, tetapi juga simbol perubahan positif dalam industri maritim,” aku Kapten Prawoto.

Teknologi Hijau menjadi Senjata Utama

Nakhoda Kapal Pertamina Gas 1 berjenis Very Large Gas Carrier (VLGC) milik PT Pertamina International Shipping (PIS), Kapten Prawoto mengamati cuaca dan kondisi laut saat kapal akan berangkat dari Terminal LPG Tanjung Sekong, Cilegon, Banten, Senin (23/8/2024). (IDN Times/Dhana Kencana)

Efisiensi energi menjadi salah satu fokus utama dalam green shipping. Kapal Pertamina Gas 1 dilengkapi dengan sistem manajemen energi untuk memonitor konsumsi energi secara real-time. Teknologi tersebut memungkinkan awak kapal dan manajemen operasional PIS untuk mengidentifikasi area di mana penghematan energi dapat dilakukan. Misalnya dengan mengurangi penggunaan peralatan yang tidak perlu selama pelayaran.

Sistem pemantauan tersebut terhubung dengan data cuaca dan kondisi laut, sehingga keputusan operasional yang efisien dapat diambil berdasarkan informasi terbaru. Selain itu, penerapan teknologi otomatisasi pada beberapa aspek operasional kapal ikut membantu mengurangi kesalahan manusia yang dapat menyebabkan pemborosan energi.

Kapten Prawoto menyebutkan, salah satu implementasinya adalah melalui pengoptimalan rute dan kecepatan kapal untuk mengurangi konsumsi bahan bakar. Sebab, Kapal Pertamina Gas 1 telah menerapkan sistem navigasi cerdas yang memungkinkan pengambilan keputusan berdasarkan kondisi cuaca, arus laut, dan kecepatan angin. 

“Kapal ini kecepatanya dibatasi (engine power limited) 14 knot. Rute pelayaran yang paling efisien dipilih untuk menghemat (efisiensi energi) bahan bakar dan mengurangi emisi CO2,” ujarnya.

Scrubber pada Kapal Pertamina Gas 1 berjenis Very Large Gas Carrier (VLGC) milik PT Pertamina International Shipping (PIS) saat bersandar di Terminal LPG Tanjung Sekong, Cilegon, Banten, Senin (23/8/2024). (IDN Times/Dhana Kencana)

Di sisi bahan bakar, Kapal Pertamina Gas 1 memakai bahan bakar rendah sulfur (LSFO)--sebagaimana regulasi yang telah ditetapkan oleh IMO 2020 di mana batas kandungan sulfur pada bahan bakar kapal tidak boleh lebih dari 0,5 persen m/m (massa/massa). Penggunaan LSFO tidak lain untuk mengurangi emisi sulfur oksida (SOx) yang menjadi penyebab utama polusi udara dan ekosistem di wilayah pesisir dan laut.

Hal itu didukung dengan penerapan Exhaust Gas Cleaning System (EGCS) atau yang lebih dikenal dengan nama scrubber. Scrubber bekerja untuk mengurangi emisi SOx dari cerobong kapal dengan cara menyaring gas buang dari mesin kapal, sehingga emisi berbahaya yang dilepaskan ke atmosfer dapat ditekan.

Kapten Prawoto menyebutkan, scrubber bukan alat tambahan, melainkan jantung dari sistem ramah lingkungan yang ada di Kapal Pertamina Gas 1. Menurut laporan California Air Resources Board, teknologi scrubber yang digunakan bersama LSFO dapat mengurangi massa SOx dengan rata-rata lebih dari 96 persen pada berbagai jenis mesin kapal.

Selain scrubber, Kapal Pertamina Gas 1 ikut dilengkapi dengan Sistem Pengolahan Air Ballast atau Ballast Water Treatment System (BWTS). Sistem tersebut digunakan untuk memastikan air ballast yang diambil dan dibuang selama operasional kapal tidak mencemari ekosistem laut.

Komitmen dalam Manajemen Risiko dan Keselamatan

Awak kapal melakukan inspeksi di deck Kapal Pertamina Gas 1 berjenis Very Large Gas Carrier (VLGC) milik PT Pertamina International Shipping (PIS) sebelum berangkat dari Terminal LPG Tanjung Sekong, Cilegon, Banten, Senin (23/8/2024). (IDN Times/Dhana Kencana)

Implementasi green shipping tidak hanya bergantung pada teknologi yang digunakan, tetapi juga pada kesadaran dan keterampilan awak kapal yang berhubungan erat dengan keselamatan. Hal itu terlihat dari penerapan sistem manajemen keselamatan di PIS—sebagai induk dan pemilik Kapal Pertamina Gas 1—yang melibatkan Corporate Life Saving Rules (CLSR), Contractor Safety Management System (CSMS), serta Process Safety and Asset Integrity Management System (PSAIMS) di lingkungan kerja mereka.

Kapten Prawoto menambahkan, PIS berkomitmen untuk mengelola risiko serendah mungkin (As Low As Reasonably Practicable - ALARP) untuk mencegah insiden yang dapat berdampak pada personil, aset, proses, keamanan, lingkungan, sosial, dan reputasi perusahaan.

“Keselamatan dan keberlanjutan lingkungan tidak dapat dipisahkan. Kecelakaan kapal, seperti tumpahan minyak atau kebocoran bahan berbahaya, bisa berdampak parah pada lingkungan laut dan ekosistem sekitarnya. Pelatihan awak kapal yang menyeluruh dalam hal keselamatan operasional secara tidak langsung juga mendukung green shipping karena meminimalkan risiko insiden yang dapat mencemari laut sehingga berkontribusi pada pelayaran yang lebih aman dan lebih hijau,” ungkap bapak dua anak asal Kebumen, Jawa Tengah itu.

Ia mengaku bangga lantaran sebanyak 23 awak Kapal Pertamina Gas 1 yang semuanya adalah Warga Negara Indonesia (WNI), rutin mengikuti pelatihan mengenai peningkatan keselamatan operasional yang berkontribusi pada lingkungan. Hal itu membuktikan kompetensi pelaut Indonesia tidak kalah untuk berkiprah di kancah internasional.

"Kami membuktikan bahwa sumber daya manusia Indonesia mampu bersaing dan diakui di dunia internasional. Setiap anggota kru tidak hanya ahli dalam operasi kapal, tetapi juga memiliki pemahaman mendalam tentang regulasi dan teknologi hijau yang kami terapkan,” aku Kapten Prawoto dengan bangga. 

"Kami dekat, saling tahu dan mengerti. Di (kapal) sini sudah seperti di rumah sendiri dengan fasilitas yang disediakan oleh PIS. Ini sangat membantu kami yang harus berlayar jauh dari keluarga dalam jangka waktu lama. Fasilitas mulai dari hiburan, internet, olahraga, dan bekerja ada semua sehingga kesehatan fisik dan mental juga terjaga,” ungkap salah satu awak Kapal Pertamina Gas 1, Dedy.

Informasi Garbage Disposal Chart mengenai panduan pengelolaan pembuangan sampah yang terpasang di ruang kontrol Kapal Pertamina Gas 1 berjenis Very Large Gas Carrier (VLGC) milik PT Pertamina International Shipping (PIS) saat bersandar di Terminal LPG Tanjung Sekong, Cilegon, Banten, Senin (23/8/2024). (IDN Times/Dhana Kencana)

Fokus dari penerapan green shipping adalah mendukung target NZE pemerintah tahun 2060. Sebagai salah satu negara anggota IMO, Indonesia memiliki peran strategis dalam menciptakan pelayaran dan lingkungan laut yang lebih hijau dan berkelanjutan, seperti yang dilakukan oleh Kapal Pertamina Gas 1.

“Inti utama dari green shipping adalah mengurangi pencemaran lingkungan akibat penggunaan bahan bakar fosil pada transportasi laut,” kata Kepala Pusat Riset Teknologi Hidrodinamika (PRTH) Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), Widjo Kongko.

Kementerian Perhubungan (Kemenhub) mengapresiasi dan mendukung penerapan green shipping seperti yang dilakukan di Kapal Pertamina Gas 1, untuk melindungi lingkungan dan lautan. Direktur Jenderal Perhubungan Laut Kemenhub, Antoni Arif Priadi mengatakan, pihaknya terus mendorong peningkatan kesadaran dan kolaborasi antarpemangku kepentingan dalam menciptakan inovasi untuk mengimplementasikan green shipping.

"Di antaranya (green shipping adalah) kewajiban menggunakan bahan bakar rendah sulfur, kewajiban penggunaan scrubber untuk kapal sebagai pembersih gas buang, peremajaan kapal, penggunaan alat bantu navigasi yang ramah lingkungan, dan kewajiban melaporkan konsumsi bahan bakar kapal untuk semua kapal berbendera Indonesia," katanya saat Focus Group Discussion (FGD) on Green Shipping and Energy Efficiency di Jakarta, Kamis (11/1/2024).

Investasi Masa Depan Industri Maritim

Ilustrasi kapal (IDN Times/Dhana Kencana)

Penerapan green shipping pada Kapal Pertamina Gas 1 tidak hanya berdampak positif pada lingkungan, tetapi ikut memberikan keunggulan kompetitif untuk mereka. Di tengah ketatnya regulasi industri pelayaran,  kemampuan (skills) untuk beroperasi dengan emisi rendah menjadi nilai tambah tersendiri karena pelanggan dan investor Global kini makin peduli (aware) terhadap aspek Environmental, Social, and Governance (ESG) dalam pengambilan keputusan bisnis mereka.

VP Fleet Performance and Crewing Management PT Pertamina International Shipping (PIS), Dewi Susanti mengatakan, keberadaan Kapal Pertamina Gas 1, tidak hanya membantu PIS mematuhi regulasi, tetapi juga menempatkan perusahaan sebagai mitra bisnis yang bertanggung jawab dan berorientasi pada masa depan. Ia menyebutkan, kapal tersebut menjadi bagian integral dari strategi transisi energi Pertamina. 

"Kapal ini tidak hanya alat transportasi, tetapi juga wujud komitmen kami dalam menyediakan energi bersih bagi Indonesia. Setiap perjalanan Kapal Pertamina Gas 1 adalah langkah nyata menuju masa depan energi yang lebih berkelanjutan,” tegasnya.

Lebih dari itu, Kapal Pertamina Gas 1 berfungsi sebagai laboratorium terapung untuk inovasi teknologi hijau. Pengalaman dan data yang dikumpulkan dari operasional kapal tersebut menjadi dasar bagi pengembangan armada hijau Pertamina di masa depan.

VP Fleet Performance and Crewing Management PT Pertamina International Shipping (PIS), Dewi Susanti. (IDN Times/Dhana Kencana)

Kesuksesan Kapal Pertamina Gas 1 bukanlah akhir dari perjalanan, melainkan menjadi batu loncatan menuju visi yang lebih besar. PIS telah menetapkan target ambisius untuk mencapai target nol emisi bersih atau net zero emissions (NZE) pada tahun 2050. Strategi itu sejalan dengan target IMO untuk pengurangan emisi sebesar 32 persen di tahun 2030, dan lebih cepat sepuluh tahun dari target pemerintah Indonesia, yakni tahun 2060.

"Kami tidak hanya bicara tentang pengurangan emisi karbon saja, tapi transformasi total bagaimana cara kita beroperasi. Kapal Pertamina Gas 1 adalah bukti bahwa teknologi hijau bukan lagi pilihan, melainkan keharusan dalam industri pelayaran modern,” ungkap Dewi.

Untuk mencapai visi itu, PIS terus berinvestasi dalam penelitian dan pengembangan teknologi baru. Salah satunya adalah mengeksplorasi penggunaan hidrogen sebagai bahan bakar masa depan untuk kapal-kapal mereka.

"Kami juga sedang mengembangkan sistem propulsi listrik dan teknologi penangkapan karbon on-board. Bayangkan nantinya kapal yang tidak hanya bebas emisi, tapi bisa menyerap karbon dari atmosfer selama perjalanannya. Itulah masa depan yang kami impikan,” imbuh Dewi.

Ikhtiar PIS dalam menerapkan teknologi hijau salah satunya green shipping telah memberikan hasil yang mengesankan. Hingga Agustus 2024, perusahaan plat merah itu berhasil mengurangi emisi karbon sebesar 36 kiloton setara CO2 (ktCO2e) di semua lini operasionalnya atau sekitar 155 persen dari target yang telah ditetapkan. Pencapaian itu melampaui target awal mereka yang hanya sebesar 23 ktCO2e.

Dengan teknologi canggihnya, kru profesional, dan visi jangka panjang, Kapal Pertamina Gas 1 memperlihatkan jika pertumbuhan ekonomi dan pelestarian lingkungan bukan dua hal yang bertentangan. Setiap pelayaran Kapal Pertamina Gas 1 melintasi lautan menjadi bukti nyata bahwa Indonesia mampu memimpin revolusi hijau di industri pelayaran Global, membawa harapan akan masa depan yang lebih bersih dan berkelanjutan.

Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Dhana Kencana
EditorDhana Kencana
Follow Us