Di tengah kegagahan lautan Selat Sunda yang berdebur, sebuah kapal raksasa bergerak dengan tenang, seolah membelah ombak dengan elegansi yang jarang terlihat. Sore itu, Senin (23/9/2024), ada pemandangan yang sedikit berbeda dari biasanya.
Asap hitam yang umumnya terlihat mengepul dari cerobong kapal tak lagi mendominasi cakrawala. Angin yang mengalir di sekitar kapal terasa bersih, bebas dari polusi seperti yang sering ditemui pada kapal-kapal lain.
Ya, kapal tersebut bukan kapal biasa. Kapal itu adalah Pertamina Gas 1 (PG-1), armada kebanggaan PT Pertamina International Shipping (PIS) sebagai anak perusahaan PT Pertamina (Persero) di bidang logistik dan pelayaran.
Dengan inovasi teknologi hijau yang dibawanya, Kapal Pertamina Gas 1 yang bertolak ke Jepang dari Terminal LPG Tanjung Sekong, Cilegon Banten itu berdiri sebagai pionir dalam revolusi pelayaran ramah lingkungan di Indonesia.
Kapal Pertamina Gas 1 bukan hanya sekadar alat transportasi. Kapal berjenis Very Large Gas Carrier (VLGC) itu dibuat pada tahun 2013 oleh Hyundai Heavy Industries Co., di Korea Selatan, dengan spesifikasi panjang 225,81 meter dan lebar 36,60 meter. Adapun, untuk kapasitas angkutnya mencapai 84 ribu meter kubik atau 45 ribu metrik ton gas minyak cair atau Liquefied Petroleum Gas (LPG).
Yang membuat Kapal Pertamina Gas 1 istimewa dan benar-benar berbeda adalah komitmennya terhadap lingkungan. Sejak beroperasi tahun 2013 hingga September 2024, kapal tersebut telah menyelesaikan 84 perjalanan ke seluruh Dunia, termasuk melakoni rute ke Uni Emirat Arab dan Amerika Serikat (AS).
Di balik setiap pelayaran yang dilalui, Kapal Pertamina Gas 1 membawa misi lebih dari sekadar mengangkut energi. Kapal itu berhasil mengurangi jejak karbonnya melalui penerapan green shipping (pelayaran hijau atau ramah lingkungan), yang mencakup berbagai upaya dan teknologi yang dirancang untuk mengurangi konsumsi energi, emisi gas rumah kaca, dan dampak negatif lainnya dari operasional kapal terhadap lingkungan.
Hal itulah yang menjadikan Kapal Pertamina Gas 1 sebagai tonggak penting dalam sejarah Indonesia menuju energi yang bersih, terutama menghadapi tantangan Global untuk mengatasi perubahan iklim dan ketatnya regulasi emisi karbon di sektor maritim.
Menurut laporan United Nations Conference on Trade and Development (UNCTAD) dalam Review of Maritime Transport 2023 yang dirilis pada 28 September 2023, industri pelayaran Global saat ini menyumbang sekitar 3 persen dari total emisi karbon di Dunia. Musababnya, aktivitas kapal menghasilkan beragam emisi, termasuk karbon dioksida (CO2), nitrogen oksida (NOx), sulfur oksida (SOx), dan partikel-partikel lain yang berkontribusi terhadap polusi udara serta pemanasan Global.
Makanya, UNCTAD memproyeksikan, emisi dari sektor maritim meningkat hingga 130 persen pada tahun 2050 jika tidak ada tindakan yang signifikan dalam menekan emisi karbon.
Merespons tantangan tersebut, Organisasi Maritim Internasional (IMO) menetapkan pada tahun 2030, setidaknya 5 persen energi yang digunakan oleh pelayaran internasional harus berasal dari teknologi atau bahan bakar dengan emisi karbon nol atau mendekati nol, dengan target aspirasi mencapai 10 persen.
Oleh karena itu, upaya dekarbonisasi seperti yang dilakukan Kapal Pertamina Gas 1 memainkan peranan penting karena keberhasilannya dalam mengurangi emisi karbon tidak hanya dibuktikan oleh catatan pengurangan jejak karbon perjalanan dan teknologi ramah lingkungannya, tetapi juga oleh pengakuan internasional.
Sebagai contoh nyata, pada tahun 2021, Kapal Pertamina Gas 1 berhasil memasuki wilayah Amerika Serikat (AS) dengan mendapatkan Certificate of Compliance (COC) dari United States Coast Guard (USCG)—sebuah sertifikasi yang menjadi tolok ukur standar tertinggi dalam industri maritim internasional.
Menurut nakhoda kapal, Kapten Prawoto, untuk mendapatkan COC bukanlah perkara mudah. Sertifikasi tersebut diperoleh setelah kapal melewati serangkaian pemeriksaan ketat yang meliputi sistem kargo, ruang mesin, peralatan navigasi, sistem pemadam kebakaran, hingga peralatan keselamatan lainnya.
“Sertifikat COC merupakan indikator tepercaya di industri maritim internasional. Itu indikator bahwa kami menjalankan operasi dengan standar keselamatan dan lingkungan yang ketat karena setiap detail aktivitas dan operasional diperiksa, untuk memastikan kapal (Pertamina Gas 1) ini memenuhi standar peraturan Amerika Serikat dan perjanjian internasional,” katanya kepada IDN Times.
Pencapaian tersebut tak hanya berhenti di situ. Kapal Pertamina Gas 1 juga telah mengantongi sertifikasi dari Lloyd Register (Inggris) dan memenuhi persyaratan Standar Gas Internasional (IGC).
Untuk tingkat industri, kapal itu berhasil lulus Final Inspection dari Oil Companies International Marine Forum (OCIMF), yang menunjukkan bahwa Pertamina Gas 1 telah mencapai standar tertinggi dalam keselamatan dan kinerja maritim.
“Sertifikasi-sertifikasi internasional itu lebih dari sekadar stempel persetujuan. Itu adalah cerminan tanggung jawab kapal dan operatornya terhadap masa depan Bumi. Dengan terus memperbarui dan mematuhi standar ketat tersebut, Kapal Pertamina Gas 1 tidak hanya menjadi alat transportasi, tetapi juga simbol perubahan positif dalam industri maritim,” aku Kapten Prawoto.