Penjual Karangan Bunga Duka Cita, Antara Sedih dan Senang Terima Order

Semarang, IDN Times - Virus corona telah merenggut nyawa ribuan warga Kota Semarang selama 1,5 tahun belakangan. Kabar duka cita pun datang setiap hari dari orang-orang terdekat.
Namun, dibalik kesedihan mereka yang kehilangan orang-orang tersayang, COVID-19 justru mendatangkan berkah bagi para pelaku usaha karangan bunga. Permintaan karangan bunga duka cita meningkat, apalagi dalam tiga bulan belakangan saat terjadi lonjakan kasus virus corona di Ibu Kota Jawa Tengah.
1. Pemilik De Fleur Florist panen pesanan karangan bunga duka cita

Hal itu dirasakan Anita, pemilik De Fleur Florist di Jalan Veteran No 45 Semarang ini merasakan pesanan bunga duka cita mengalir hampir setiap hari. Apalagi, pada bulan Juni dan Juli lalu.
‘’Ada yang berubah dari perilaku konsumen saat pandemik COVID-19 ini. Kalau dulu banyak pesanan bunga suka cita untuk acara pesta pernikahan, ulang tahun, perayaan rumah baru, hingga pembukaan toko atau kafe. Ini yang ramai malah pesanan karangan bunga untuk duka cita atau orang meninggal, setiap hari pasti ada yang order,’’ ungkapnya saat dihubungi, Kamis (12/8/2021).
Saat terjadi lonjakan kasus COVID-19 dua bulan lalu, per hari De Fleur bisa menerima 12 pesanan karangan bunga dengan berbagai macam jenis. Ada buket bunga meja, standing flower, dan paper flower. Per karangan bunga, De Fleur mematok harga mulai Rp 500 ribu.
2. Semua jenis karangan bunga laris manis

‘’Paling banyak yang dipesan konsumen itu paper flower dan standing flower. Namun, akhir-akhir ini banyak yang pesan karangan bunga meja untuk dikirim ke rumah. Mungkin, yang meninggal pasien COVID-19, sehingga jenazah tidak disemayamkan di rumah duka tapi langsung dimakamkan. Pengirim pun akhirnya membawa karangan bunga ke rumah keluarga,’’ tuturnya.
Anita menceritakan, secara umum bisnis karangan bunga yang sudah dirintisnya sekitar 21 tahun itu juga terdampak pandemik COVID-19. Omzet turun sekitar 30--40 persen. Bahkan, pada awal pandemik toko sepi dan sempat tutup hingga tiga bulan. Saat kondisi seperti itu ia beralih dari merangkai bunga menjadi membuat masker bunga.
‘’Pasar pun merespons positif. Selama tujuh bulan masker fashion dengan tema bunga laris manis. Kemudian, ketika kasus agak turun dan boleh ada acara pernikahan meski terbatas, kami juga mulai menerima pesanan dekorasi bunga. Namun, itu juga tidak ramai seperti sebelum pandemik,’’ tuturnya.
3. Pesanan bunga duka cita membuat bisnis florist bertahan saat pandemik

Sehingga, imbuh dia, karangan bunga duka cita ini sangat membantu bisnisnya bertahan di masa pandemik. Untuk melayani pesanan kini ia dibantu oleh lima orang karyawan.
Tidak hanya Anita, derasnya orderan karangan bunga duka cita juga dirasakan oleh pemilik Manggar Florist, Afri Rismoko. Ia mengaku permintaan karangan bunga naik signifikan selama masa pandemik. Adapun, mayoritas pesanan untuk ucapan duka cita.
‘’Kalau dibanding pada awal pandemik ya lebih ramai sekarang. Apalagi, beberapa bulan terakhir dan puncaknya di bulan Juli. Pesanan karangan bunga membludak sampai toko kami kewalahan,’’ ungkapnya saat dihubungi, Kamis (12/8/2021).
4. Per hari ada 30 pesanan karangan bunga di Manggar Florist

Manggar Florist yang berlokasi di Jalan Dr Soetomo Semarang atau dikenal dengan Kawasan Kalisari itu harus melempar pesanan ke toko bunga lainnya dan membatasi produksi dalam sehari. ‘’Kami sampai batasi produksi 30 karangan bunga per hari. Pesanan yang lainnya kami lempar ke tempat lain. Bahkan saat antrean panjang, ada pesanan karangan bunga yang kami tolak karena minta jadinya cepat,’’ tuturnya.
Pembatasan produksi itu mempertimbangkan kemampuan tenaga dan stok bahan yang tersedia. Sebab, untuk membuat satu karangan bunga membutuhkan waktu satu sampai satu jam setengah.
‘’Untuk satu papan karangan bunga kami bisa selesaikan paling cepat satu jam. Untuk harganya sendiri mulai dari Rp 500 ribu sampai Rp 2 juta untuk area Kota Semarang,’’ ujar Afri.
5. Pesanan karangan bunga datang hingga dari Papua

Pesanan dari konsumen yang mengalir ke Manggar Florist tidak hanya dari dalam kota, orderan via online juga datang dari luar daerah seperti Kalimantan, Sulawesi, hingga Papua. Akhirnya, Afri harus menambah jumlah pekerja yang menggarap pesanan karangan bunga tersebut. Kendati demikian, saat permintaan karangan bunga duka cita meningkat ia tidak menaikkan harga.
‘’Harganya masih normal, tidak kami naikkan. Sebenarnya sedih juga sih, belakang ini kebanyakan konsumen pesan karangan duka cita, biasanya yang pesan di sini karangan untuk pesta perkawinan atau ucapan selamat. Tapi ya mau gimana pun karena ini pekerjaan tetap harus kami jalani," imbuhnya.
6. Dongkrak perekonomian warga Kalisari Semarang di masa pandemik

Sementara, menurut Afri, meski bisnis karangan bunga duka cita ini meraup untung di tengah pandemik, tapi di sisi lain juga memberikan dampak positif bagi perekonomian warga sekitar Kawasan Kalisari dan Kampung Pelangi
‘’Sebab, kami memberdayakan beberapa pekerja lepas yang berasal dari daerah sekitar. Stok bahan pun seperti bunga kertas juga dibuat oleh warga Kampung Pelangi. Mereka mencari nafkah di sini saat Kampung Pelangi tutup tidak ada wisatawan yang datang kala pandemik. Selain membantu merangkai bunga mereka juga jadi ojek pengantar bunga ke alamat pemesan,’’ tandasnya.