Perjalanan JNE: Inovasi dan Dedikasi untuk Industri Logistik Tanah Air

- JNE, perusahaan logistik Indonesia, bertransformasi menjadi katalisator pertumbuhan ekonomi nasional dan mitra UMKM.
- JNE didirikan pada 1990 oleh Soeprapto Suparno untuk memenuhi kebutuhan layanan pengiriman cepat yang belum terpenuhi.
- Perusahaan terus berinovasi dengan teknologi AI, machine learning, blockchain, dan layanan JNE Logistik untuk memenuhi kebutuhan pasar yang terus berubah.
Dalam hiruk pikuk Jakarta yang tak pernah tidur, sebuah van putih dengan logo merah khas melaju membelah jalanan. Logo JNE yang tertera di sisi kendaraan itu seolah bercerita tentang perjalanan panjang sebuah perusahaan yang telah mengukir namanya dalam sejarah logistik Indonesia.
Di dalamnya terdapat seorang kurir muda bernama Arif yang tengah berkonsentrasi penuh mengemudikan kendaraannya. Ia harus mengantar puluhan paket ke berbagai penjuru ibu kota sebelum matahari terbenam.
Arif sudah bergabung dengan JNE selama lima tahun dan menyaksikan sendiri bagaimana perusahaan logistik itu terus bertransformasi.
"Dulu saya pikir kerja di JNE cuma antar-antar paket saja. Ternyata banyak yang bisa dipelajari, dari teknologi sampai cara melayani pelanggan dengan baik," katanya yang sambil tersenyum, Kamis (13/6/2024).
Kisah Arif hanyalah satu dari ribuan cerita di balik slogan "Gasss Terus Semangat Kreativitasnya!" yang menjadi mantra JNE selama lebih dari tiga dekade perjalanannya. Slogan itu bukan sekadar jargon marketing, melainkan cerminan dari DNA perusahaan yang selalu berusaha menghadirkan inovasi di tengah berbagai tantangan.
JNE kini menjadi saksi dan pelaku utama dalam revolusi pengiriman barang di dalam negeri. Pada usianya yang ke-33, JNE bukan lagi sekadar perusahaan logistik. Mereka telah bertransformasi menjadi katalisator pertumbuhan ekonomi nasional, penghubung nadi perdagangan antarpulau, dan mitra setia Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) dalam menembus pasar yang lebih luas.
Bagaimana sebenarnya perjalanan JNE hingga mencapai titik saat ini?
Dari Mimpi Menjadi Realitas
Mundur ke tahun 1990. Indonesia masih berada di era pra-internet. Komunikasi jarak jauh masih mengandalkan surat pos dan telepon kabel. Di tengah keadaan itu, Soeprapto Suparno bersama rekan-rekannya melihat sebuah celah: kebutuhan akan layanan pengiriman cepat yang belum terpenuhi.
Kala itu, Soeprapto Suparno dan kawan-kawan melihat adanya potensi besar dalam bisnis kurir. Orang-orang mulai menginginkan pengiriman yang lebih cepat dari layanan pos konvensional. Mereka akhirnya mendirikan JNE atau Jalur Nugraha Ekakurir didirikan pada 26 November 1990.
Awalnya, perusahaan hanya melayani pengiriman dan pengurusan kepabeanan dari luar negeri ke Indonesia. Seiring berjalannya waktu, JNE melebarkan sayapnya ke berbagai layanan pengiriman domestik. Soeprapto Suparno bermimpi untuk menjadi perusahaan logistik nasional yang dapat menjangkau seluruh pelosok Indonesia.
Mimpi itu terdengar mustahil pada saat itu karena Indonesia adalah negara kepulauan terbesar di dunia dengan lebih dari 17 ribu pulau. Infrastruktur transportasi masih sangat terbatas. Namun, situasi justru tantangan tersebut yang memacu semangat inovasi JNE.
Revolusi Digital
Memasuki awal tahun 2000-an, gelombang revolusi digital mulai menyapu Indonesia. Internet mulai masuk ke kota-kota besar dan perlahan mengubah lanskap bisnis. JNE--yang waktu itu telah memiliki jaringan cukup luas--melihat kondisi tersebut sebagai sebuah peluang emas.
"Kami menyadari bahwa era digital akan mengubah cara orang berbelanja. Jika dulu orang harus ke toko fisik, kini mereka bisa membeli barang dari mana saja. Dan di sinilah peran kami menjadi sangat krusial," kata Presiden Direktur JNE, Mohammad Feriadi Soeprapto.
JNE pun mulai berinvestasi besar-besaran di bidang teknologi. Sistem pelacakan online, aplikasi mobile, hingga integrasi dengan platform e-commerce menjadi fokus utama mereka. Hasilnya? JNE berhasil menjadi mitra utama bagi ribuan pelaku e-commerce, dari yang berskala besar hingga UMKM.
Data Asosiasi E-commerce Indonesia (idEA) menunjukkan pada tahun 2023, lebih dari 60 persen pengiriman barang dari transaksi e-commerce di Indonesia dilakukan melalui JNE. Angka itu memperlihatkan betapa krusialnya peran JNE dalam ekosistem digital Tanah Air.
"JNE bukan hanya mengikuti tren, tapi mereka benar-benar menjadi enabler (penyedia jasa yang memberikan solusi untuk penjualan produk) bagi pertumbuhan e-commerce di Indonesia," ujar pengamat ekonomi digital Universitas Indonesia (UI), Bima Laga yang juga sebagai Ketua Umum idEA periode 2022–2024.
Meski demikian, kesuksesan tersebut bukan tanpa tantangan. Persaingan di industri logistik makin ketat dengan munculnya pemain-pemain baru, termasuk startup yang didukung modal ventura. JNE harus terus berinovasi untuk mempertahankan posisinya.
Inovasi Tanpa Henti

Salah satu kunci keberhasilan JNE dalam menghadapi persaingan adalah komitmennya terhadap inovasi. Perusahaan tersebut tidak pernah berhenti mencari cara baru untuk meningkatkan layanannya.
JNE memiliki divisi penelitian dan pengembangan (R&D) yang kini bernama Product Development Division. Tugas khususnya adalah memikirkan inovasi-inovasi baru, tidak hanya dalam hal teknologi, tapi juga proses bisnis dan layanan.
Salah satu inovasi terbaru JNE adalah penggunaan kecerdasan buatan (AI) dan machine learning dalam proses sortir barang. Kedua teknologi itu mampu meningkatkan efisiensi hingga 30 persen dan mengurangi kesalahan pengiriman secara signifikan.
JNE juga mulai mengadopsi teknologi blockchain untuk meningkatkan transparansi dan keamanan dalam proses pengiriman. Dengan blockchain, setiap tahap pengiriman tercatat secara permanen dan tidak bisa dimanipulasi, memberikan kepastian lebih bagi pelanggan.
"Kirim dokumen kantor seperti surat-surat kontrak kerja atau perjanjian klien pakai JNE jadi nyaman karena bisa terlacak secara real-time, sehingga tidak perlu khawatir hilang," aku Sari, seorang pekerja kreatif di Jakarta, (27/6/2024).
Inovasi JNE rupanya tidak hanya dalam hal teknologi. Mereka terus mengembangkan layanan baru untuk memenuhi kebutuhan pasar yang terus berubah. Salah satunya adalah JNE Logistik, layanan yang ditujukan khusus untuk kebutuhan logistik perusahaan berskala besar.
JNE Logistik bukan sekadar layanan pengiriman, tapi solusi end-to-end untuk manajemen rantai pasok perusahaan, termasuk pergudangan, manajemen inventori, hingga distribusi. Sejak dua tahun peluncuran, JNE Logistik telah menangani logistik untuk lebih dari 100 perusahaan besar di Indonesia, dengan nilai kontrak mencapai triliunan rupiah.
Memberdayakan UMKM
Di balik kesuksesan bisnisnya, JNE memiliki misi sosial yang kuat, terutama dalam hal pemberdayaan UMKM. Perusahaan dengan gerai penjualan lebih dari 8 ribu di seluruh Indonesia itu menyadari bahwa pertumbuhan ekonomi Indonesia sangat bergantung pada sektor UMKM yang telah diakui oleh pemerintah sebagai tulang punggung ekonomi nasional.
Sebagai perusahaan nasional, JNE merasa memiliki tanggung jawab untuk membantu mereka berkembang.
Kemudian, JNE meluncurkan program khusus bernama "JNE untuk UMKM" yang memberikan berbagai fasilitas dan pelatihan bagi pelaku UMKM. Itu termasuk tarif khusus untuk pengiriman, pelatihan digital marketing, hingga bantuan permodalan melalui kemitraan dengan lembaga keuangan.
Data dari Kementerian Koperasi dan UKM menunjukkan, sejak program tersebut diluncurkan pada 2018, lebih dari 500 ribu UMKM telah memanfaatkan layanan JNE untuk memasarkan produk mereka ke seluruh Indonesia.
"JNE benar-benar membantu kami memperluas pasar," ujar Itur Yuliastik, pemilik rumah produksi rempah Wedang Ndoro di Magelang. "Dulu pelanggan kami hanya di sekitar Magelang, sekarang bisa kirim ke mana-mana. Omzet kami meningkat tiga kali lipat sejak bergabung dengan program "JNE untuk UMKM."
Keberhasilan program tersebut tidak hanya berdampak pada pertumbuhan bisnis JNE, melainkan pada ekonomi secara keseluruhan. Secara tidak langsung, program "JNE untuk UMKM" telah berkontribusi pada penciptaan lapangan kerja baru dan peningkatan pendapatan masyarakat di berbagai daerah.
Menghadapi Tantangan Masa Depan

Meski telah mencapai banyak kesuksesan, JNE tidak bisa berpuas diri. Tantangan di masa depan masih sangat besar, terutama dengan makin cepatnya perubahan teknologi dan perilaku konsumen.
Salah satu tantangan terbesar adalah perkembangan teknologi drone dan kendaraan otonom. Beberapa perusahaan teknologi Global telah mulai mengujicobakan pengiriman menggunakan drone.
Selain itu, JNE harus menghadapi tantangan sustainability. Dengan volume pengiriman yang sangat besar, dampak lingkungan dari operasi JNE tidak bisa diabaikan.
Perusahaan telah mulai menerapkan berbagai inisiatif ramah lingkungan, seperti penggunaan kendaraan listrik, pengurangan konsumsi bahan bakar minyak (BBM) pada armada operasional mereka, optimalisasi rute untuk mengurangi emisi karbon, hingga penggunaan material ramah lingkungan untuk packaging.
"Kami berkomitmen untuk mencapai net-zero emission pada tahun 2050. Ini bukan sekadar target bisnis, tapi tanggung jawab kami terhadap Bumi ini," tegas Feriadi.
JNE ikut melihat peluang besar dalam perkembangan ekonomi digital Indonesia. Dengan penetrasi internet yang terus meningkat dan pertumbuhan e-commerce yang pesat, kebutuhan akan layanan logistik yang andal akan terus meningkat.
Menurut data Bank Indonesia (BI), nilai transaksi e-commerce di Indonesia pada tahun 2023 mencapai Rp 453,75 triliun, meningkat 3,75 persen dibandingkan dengan tahun 2022. Pertumbuhan itu pastinya membawa peluang besar bagi industri logistik, termasuk tantangan dalam hal kapasitas dan kecepatan pengiriman.
Feriadi memprediksi, dalam lima tahun ke depan, volume pengiriman e-commerce akan meningkat tiga kali lipat.
Untuk mengantisipasi lonjakan tersebut, JNE terus berinvestasi dalam infrastruktur dan teknologi. Perusahaan berencana membangun 10 hub logistik baru di berbagai kota besar Indonesia dalam tiga tahun ke depan, sekaligus meningkatkan kapasitas armada pengirimannya hingga 50 persen.
Ke depan, JNE berkomitmen untuk terus menjadi pemain utama dalam industri logistik Indonesia. Bukan hanya sebagai perusahaan pengiriman, tapi sebagai mitra strategis bagi pertumbuhan ekonomi digital Indonesia.
Karena tiga puluh tiga tahun bukanlah waktu yang singkat bagi sebuah perusahaan. JNE telah melewati berbagai tantangan, dari krisis ekonomi hingga pandemik Global. Perusahaan tersebut tidak hanya bertahan, tapi terus berkembang.
Dengan semangat yang tak pernah padam dan komitmen untuk terus berinovasi, JNE telah siap menghadapi tantangan 33 tahun ke depan dengan dukungan infrastruktur dan ekosistem yang telah ada saat ini. Perjalanan mereka baru saja dimulai, dan Indonesia akan terus menyaksikan bagaimana JNE bisa "Gasss Terus Semangat Kreativitasnya" dalam merajut konektivitas nusantara.
#JNE #ConnectingHappiness #JNE33Tahun #JNEContentCompetition2024 #GasssTerusSemangatKreativitasnya