Animo Tinggi, Pertamax Green di Semarang Sehari Tembus 4000 Liter

- Konsumsi Pertamax Green 95 di Semarang mencapai 76 ribu liter dalam sebulan setelah diluncurkan awal Juni 2025.
- Pertamax Green merupakan bahan bakar inovatif hasil campuran Pertamax dan bioetanol yang ramah lingkungan untuk kendaraan pribadi.
- Minat masyarakat Kota Semarang terhadap Pertamax Green melebihi prediksi, dengan rencana ekspansi ke kota-kota lain seperti Tegal, Solo, dan Yogyakarta.
Semarang, IDN Times – Kesadaran masyarakat terhadap pentingnya penggunaan bahan bakar ramah lingkungan menunjukkan tren positif. Sejak diluncurkan awal Juni 2025, konsumsi Pertamax Green 95 di Kota Semarang mencapai 76 ribu liter hanya dalam waktu kurang dari satu bulan.
1. Upaya mendukung transisi energi

Pertamax Green 95 merupakan bahan bakar inovatif hasil campuran Pertamax dan bioetanol yang ramah lingkungan. Produk itu menjadi bagian PT Pertamina Patra Niaga untuk mendukung transisi energi bersih nasional dan mencapai target emisi nol bersih (net zero emission/NZE) tahun 2060.
BBM dengan angka oktan 95 itu dirancang untuk kendaraan pribadi dan diklaim dapat mengurangi emisi karbon secara signifikan.
Sejak resmi diluncurkan pada 5 Juni 2025, minat masyarakat Kota Semarang terhadap Pertamax Green di luar prediksi. Area Manager Communication, Relations & CSR Pertamina Patra Niaga Jawa Bagian Tengah, Taufiq Kurniawan mengatakan, rata-rata konsumsi harian Pertamax Green mencapai 4.000 liter per hari.
“Rata-rata konsumsi hariannya itu mencapai sekitar empat kiloliter per hari, atau empat ribu liter per hari. Sudah cukup luar biasa, dan kami tidak menyangka bisa mencapai jumlah segitu untuk wilayah Jawa Tengah,” katanya kepada IDN Times di Semarang, Selasa (1/7/2025).
2. Tiga SPBU yang melayani Pertamax Green

Taufiq menjelaskan, saat ini baru ada tiga SPBU yang menjual Pertamax Green di Kota Semarang. Di antaranya SPBU Akpol (Coco Sultan Agung), SPBU CitraGrand, dan SPBU Silayur. Dari ketiganya, ia menyebut SPBU Akpol menjadi titik penjualan tertinggi, yang dinilai karena lokasi strategis serta menjadi tempat peluncuran perdana.
“Paling tinggi penjualannya di SPBU Coco Akpol karena memang peluncurannya dilakukan di situ. Informasi juga lebih dulu menyebar dari SPBU itu, jadi banyak orang tahu,” ujarnya.
Taufiq menambahkan, mayoritas pengguna Pertamax Green berasal dari kalangan pemilik kendaraan pribadi. Hal itu menunjukkan tingkat kepedulian warga terhadap isu lingkungan yang mulai meningkat.
“Awareness masyarakat terhadap BBM ramah lingkungan sudah tergambar cukup sangat bagus. Ini terlihat dari tingginya animo, terutama di sektor kendaraan pribadi yang selama ini jadi pengguna utama bensin,” aku Taufiq.
3. Potensi dijual di Pertashop

Melihat respons tersebut, Pertamina berencana memperluas distribusi Pertamax Green ke kota-kota lain seperti Tegal, Solo, dan Yogyakarta. Meski demikian, Taufiq menegaskan, evaluasi berkala masih dilakukan pihaknya untuk mendukung ekspansi outlet di masa mendatang.
“Target kami sampai akhir tahun ini setidaknya bisa mencapai delapan SPBU yang menjual Pertamax Green. Tapi tidak menutup kemungkinan akan berkembang lebih dari itu,” jelasnya.
Selain SPBU, Pertamina juga membuka peluang untuk menjual Pertamax Green melalui jalur alternatif seperti Pertashop. Meski saat ini belum tersedia, tidak menutup kemungkinan Pertamax Green akan dijual di Pertasop dalam waktu dekat. Apalagi, lanjut Taufiq, Pertashop berperan penting dalam mendistribusikan energi ke lokasi-lokasi wisata terpencil di Jawa Tengah dan Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY).
“Jateng-DIY dikenal punya potensi wisata yang besar. Pertasop menjadi tulang punggung penyedia energi di daerah-daerah hidden gem, terutama yang akses jalannya kecil. Jadi, pengembangan ke sana sangat potensial,” pungkas Taufiq.