Transformasi Digital UMKM Indonesia. (IDN Times/Larasati Rey)
Ketua Komite Ekonomi Kreatif Surakarta, Sutanto Sastraredja mengungkapkan, adopsi teknologi digital bagi kalangan UMKM tidak datang tanpa tantangan.
“Dalam rantai pasok, pelaku bisnis ini masih banyak yang tidak terbuka dengan teknologi. Hal ini merupakan masalah sosial yang terjadi saat ini, khususnya terkait penerimaan terhadap digitalisasi.”
Fenomena itu diamini oleh survei yang pernah dilakukan oleh Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah Republik Indonesia (Kemenkop UKM) tahun 2022 yang menunjukkan bahwa hanya 20 persen UMKM Indonesia yang telah mengadopsi teknologi digital.
Survei yang sama mengungkapkan, beberapa kendala utama yang dihadapi UMKM dalam mengadopsi teknologi digital adalah akses terbatas ke teknologi (40 persen), kurangnya pemahaman tentang manfaat digitalisasi (30 persen), dan keterbatasan sumber daya (30 persen).
“Kita dapat mengamati pentingnya literasi digital dalam bisnis rantai pasok sektor UMKM. Terlepas dari skala usaha, semakin banyak UMKM yang beralih ke platform digital maka semakin luas jangkauan pasar, meningkatkan efisiensi operasional, dan meningkatkan interaksi dengan pemangku kepentingan bisnis,” katanya.
Ketua Umum HIPMI Surakarta, Respati Ardi menjelaskan visi HIPMI Surakarta dalam memfasilitasi kolaborasi industri dan pemerintah dalam menciptakan ekosistem digital B2B yang inklusif.
“HIPMI Solo yang sekarang ini ingin memperluas akses UMKM ke teknologi digital guna mengatasi hambatan yang umumnya ditemui wirausahawan muda dan mempromosikan pertumbuhan ekonomi lokal Solo,” pungkas.