Forum on Indonesia Sustainable Rice (FISR) 2025. (Dok. Low Carbon Rice)
Acara tersebut menghadirkan beragam peserta, mulai dari petani, penggilingan padi, pelaku usaha, startup agritech, akademisi, pemerintah, hingga konsumen. Kunjungan lapangan ini sekaligus menjadi sesi lanjutan dari gelaran FISR 2025 yang sebelumnya digelar di Alila Hotel Surakarta pada Selasa (29/7/2025).
Menurut Lead Project Manager Proyek Low Carbon Rice, Angga Maulana, sistem sawah rendah karbon menawarkan banyak keunggulan. Selain mengurangi emisi karbon hingga 50%, metode ini juga meningkatkan kualitas padi dan menekan biaya produksi petani.
“Dengan pengelolaan air dan pemupukan yang sesuai kebutuhan, emisi gas metana bisa ditekan. Selain lingkungan selamat, produksi pangan pun lebih aman dan efisien,” katanya saat ditemui di sela kunjungan lapangan.
Dalam praktiknya, petani dibekali benih unggul, teknik tanam sistem jajar legowo 2:1, penggunaan pupuk sesuai kebutuhan lahan, serta pembatasan genangan air selama masa tanam. Semua ini dilakukan untuk mendorong efisiensi dan produktivitas secara bersamaan.
“Efisiensi biaya bisa sampai 15 persen. Tapi bukan berarti kualitas turun. Justru beras yang dihasilkan lebih bagus, tingkat pecahnya lebih rendah. Pertanian rendah karbon harus dimulai sekarang, bukan nanti. Ini untuk menyelamatkan bumi dan masa depan pangan kita,” aku Angga dilansir keterangan resminya.