Debat ESG, Universitas Syiah Kuala Singkirkan UIN Syarif Hidayatullah

- Universitas Syiah Kuala melaju ke babak perempat final Liga Debat Mahasiswa 2025 setelah mengalahkan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dalam debat terkait kolaborasi pemerintah dan swasta untuk mencapai target ESG.
- Debat dimoderatori oleh jurnalis IDN Times, Irwan Idris, dengan tema "Mampukah Kolaborasi Pemerintah dan Swasta untuk Mencapai Target ESG Nasional".
- Peserta debat dari kedua tim mempertahankan argumentasinya masing-masing terhadap mosi yang diperdebatkan, dengan Universitas Syiah Kuala keluar sebagai pemenang.
Semarang, IDN Times - Universitas Syiah Kuala menyisihkan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta setelah mempertahankan argumentasi terkait kolaborasi pemerintah dan swasta dalam pencapaian target ESG (environmental, social, and governance) nasional dalam Liga Debat Mahasiswa 2025, Selasa (20/5/2025). Tim Universitas Syiah Kuala Aceh berhak melaju ke babak perempat final pada kompetisi debat yang diselenggarakan dalam rangka HUT Ke-11 IDN Times itu.
1. Peserta pertahankan mosi yang diperdebatkan

Debat dimoderatori oleh jurnalis IDN Times, Irwan Idris dan turut menilai tiga panelis di antaranya Outreach and Advocacy Manager Yayasan Indonesia Cerah, Ari Rostika Utami; Policy Analyst Manager New Energy Nexus, Enda Grimonia; Pendiri Ecological Observation and Wetlands (ECOTON), Prigi Arisandi.
Peserta debat dari UIN Syarif Hidayatullah Jakarta antara lain Khayru Taftazani Haque, Muhammad Rafly Ramadhan, Zahra Zhafirah Aqilah. Sedangkan peserta dari Universitas Syiah Kuala di antaranya Muhammad Haykal, Muhammad Aulia, dan Feira Lovia Hasibuan.
Kedua tim memperdebatkan sesuai tema yang diusung, yakni ‘’Mampukah Kolaborasi Pemerintah dan Swasta untuk Mencapai Target ESG Nasional.’’
Debat yang terbagi dalam tiga sesi itu berjalan ketat dan sengit. Masing-masing tim baik pro maupun kontra mempertahankan argumentasinya terhadap mosi yang diperdebatkan.
2. Keberhasilan kolaborasi pemerintah dan swasta sudah ada buktinya

Tim pro dari UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Khayru mengatakan, setuju dengan kolaborasi pemerintah dan swasta untuk mencapai target ESG nasional. Menurut KADIN 2023, ESG adalah suatu kerangka kerja yang mengukur seberapa keberlanjutan dan bertanggungjawabnya perusahaan atau organisasi dalam menjalankan bisnisnya. Berdasarkan hasil riset dadri Center for Risk and Management Studies 2019 hanya 24,6 persen yang mengimplementasikan pelaku bisnis di organisasinya. Masih rendahnya implementasi ESG.
“Perlu ada kolaborasi antara pemerintah dan perusahaan swasta dalam penerapan ESG untuk mencapai pembangunan berkelanjutan di Indonesia. Pemerintah memiliki peran penting dalam menciptakan ekosistem yang kondusif melalui regulasi yang jelas dan taat hukum, sementara swasta memberikan inovasi dan kontribusi nyata dalam implementasi di lapangan,” katanya.
Tim pro memaparkan keberhasilan kolaborasi antara pemerintah dan swasta untuk mencapai target ESG ini sudah ada buktinya.
“PT. Vale Indonesia merupakan perusahaan tambang nikel yang terintegrasi di Indonesia telah menerapkan ESG dan sudah mendapat penghargaan dari Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan,” kata Rafly.
3. Sinergi untuk raih target ESG sudah tepat

Dengan demikian, tim pro tetap konsisten pada mosi setuju terhadap kolaborasi pemerintah dan swasta dalam pencapaian ESG.
“Kami tetap konsisten pada mosi setuju. Pada dasarnya kolaborasi pemerintah dan swasta untuk mencapai target ESG hal yang sangat relevan dan esensial untuk mencapai pembangunan yang berkelanjutan. Data empiris, sektor swasta memiliki kapabilitas tinggi mengadopsi standar tinggi ESG internasional dengan kontribusi nyata terhadap transisi energi bersih dan pencapaian target nasional net zero emission 2060,” terang Zahra.
Menurut dia, pemerintah memiliki kekuatan regulatif dan ekosistem yang mendukung. Sehingga, pihaknya menegaskan bahwa sinergi pemerintah dan swasta dalam meraih ESG sudah tepat.
Namun, mosi setuju tim pro dibantah oleh tim kontra dari Universitas Syiah Kuala, Banda Aceh.
4. Kolaborasi bisa jadi tumpang tindih

Salah satu peserta tim kontra, Haykal mengatakan, apakah cukup mencapai ESG hanya dari kolaborasi pemerintah dan swasta, jawabannya tidak.
Pertama, tidak efektif karena pemerintah dan swasta memiliki fundamental yang berbeda. Pemerintah menjamin kesejahteraan rakyat dan keadilan sosial, sedangkan sektor swasta mencari keuntungan. Jika, berkolaborasi bisa tumpang tindih.
“Kedua, ESG butuh integritas dan transparansi tinggi yang justru lemah di kolaborasi ini. Prinsip ESG ini tidak bisa berjalan dengan tata kelola yang bersih dan akuntable, namun kolaborasi pemerintah dan swasta masih tercemar oleh korupsi, konflik kepentingan dan pengabaian analisis dampak lingkungan amdal,” katanya.
Ketiga, lanjut dia, ESG perlu regulasi yang tegas dan keadilan sosial bukan sekadar kerja sama bisnis. Target ESG nasional mencakup isu keadilan iklim, kesetaraan gender, pemberdayaan masyarakat, adat dan pengurangan kepentingan sosial. Hal-hal inilah yang tidak bisa diselesaikan dengan pendekatan pasar tapi dengan regulasi dan keberpihakan negara yang kuat,” jelasnya.
5. Banyak konflik kepentingan dan potensi korupsi

Feira menambahkan, dalam kolaborasi ini bisa tidak berhasil karena swasta lebih mementingkan keuntungan ekonomi perusahaan mereka sendiri tanpa komitmen kuat tata kelola yang baik.
“Banyak konflik kepentingan dan potensi korupsi yang besar yang berujung pada pelanggaran prinsip ESG sendiri. Pemerintah yang seharusnya menjadi pelindung kepentingan rakyat dan lingkungan, justru menjadi fasilitator kepentingan bisnis. Kolaborasi bukan jadi solusi tapi bisa menjadi sumber masalah yang harus kita hentikan demi masa depan mendatang,” tegasnya.
Selanjutnya, Aulia menyimpulkan, pertumbuhan ekonomi harus sejalan dengan keberlanjutan lingkungan dan keadilan sosial.
“Ketika pemerintah berkolaborasi dengan swasta tanpa batas dan kontrol yang kuat, maka garis akan pengatur dan yang diatur menjadi kabur,” katanya.
6. Universitas Syiah Kuala menang

Pada akhir debat, salah satu panelis Enda Grimonia menyampaikan, kedua tim debat ini menarik dan sama-sama kuat memberikan argumennya.
“Namun, ada beberapa data yang bisa disanggah agar lebih bagus,” ujarnya.
Akhirnya, hasil penilaian ketiga panelis memutuskan Universitas Syiah Kuala lebih unggul dengan poin 234 dari UIN Syarif Hidayatullah yang mengantongi poin 230.
“Selamat untuk pemenang yang akan maju ke babak perempat final dan jangan putus asa bagi tim yang harus berhenti di babak penyisihan ini,” katanya.