Suara Dentuman, PVMG Sebut Bukan Dari Erupsi Gunung Anak Krakatau

Letusan Anak Krakatau terjadi sejak Jumat malam

Jakarta, IDN Times - Gunung Anak Krakatau erupsi pada Jumat (10/4) malam sekitar pukul 21.58 WIB, letusan Gunung Krakatau ini bahkan berlangsung hingga Sabtu (11/4) pagi.

Letusan Gunung Anak Krakatau yang berada di wilayah Provinsi Lampung ini sempat menjadi perbincangan, pasalnya banyak diantara warganet yang mendengar suara dentuman keras yang diperkirakan berasal dari erupsi Anak Krakatau.

Meski banyak yang mengaku mendengar suara dentuman namun pihak Pusat Vulkanologi Mitigasi dan Bencana Geologi (PVMBG) menyebutkan bukan berasal dari Gunung Anak Krakatau yang meletus.

Baca Juga: Anak Krakatau Erupsi Tanpa Dentuman, Anyer dan Lampung Masih Aman

1. Ramai pembahasan suara dentuman keras yang terjadi pada Jumat

Suara Dentuman, PVMG Sebut Bukan Dari Erupsi Gunung Anak Krakatau(Tangkapan layar erupsi Gunung Anak Krakatau pada Jumat 10 April 2020) Dokumentasi Kementerian ESDM

Letusan Gunung Anak Krakatau yang berlangsung sejak Jumat malam diikuti ramainya pembahasan di media sosial tentang suara dentuman yang disebut-sebut terdengar dari Jumat malam hingga Sabtu dinihari.

Warganet menyebutkan suara dentuman tadi malam atau mulai Jumat malam dan masih terdengar suara dentuman dini hari pada Sabtu.

Pusat Vulkanologi Mitigasi dan Bencana Geologi (PVMBG) menyebut suara dentuman yang ramai dibahas di media sosial bukan berasal dari erupsi Gunung Anak Krakatau.

Pihak PVMG menyebutkan berdasarkan pantauan dari petugas pos pengamatan mereka tak mendengar suara dentuman letusan Gunung Anak Krakatau tergolong kecil.

Pada erupsi tadi malam, PVMBG Badan Geologi memantau material batuan pijar sudah terbawa ke permukaan dengan intensitas yang belum signifikan, jauh lebih kecil dibandingkan rangkaian erupsi pada periode Desember 2018–Januari 2019.

2. Lontaran material pijar hanya di sekitar kawah

Suara Dentuman, PVMG Sebut Bukan Dari Erupsi Gunung Anak KrakatauAnak Gunung Krakatau (Instagram.com/dailyoverview)

Potensi bahaya dari aktivitas Gunung Anak Krakatau saat ini, menurut PVMBG dalam keterangan tertulisnya, Sabtu (11/4), adalah lontaran material lava, aliran lava dan hujan abu lebat di sekitar kawah dalam radius 2 km dari kawah aktif. Sementara itu, hujan abu yang lebih tipis dapat terpapar di area yang lebih jauh bergantung pada arah dan kecepatan angin.

Aktivitas vulkanik berupa erupsi tipe Strombolian saat ini, menurut PVMBG, lontaran material pijar hanya tersebar di sekitar kawah (masih dalam batas kawasan rawan bencana yang direkomendasikan).

Erupsi strombolian sendiri menurut PVMBG biasanya tidak besar dan tidak membahayakan.

"Erupsi menerus berpotensi terjadi, namun tidak terdeteksi adanya gejala vulkanik yang menuju kepada intensitas erupsi lebih besar," katanya.

3. Letusan Anak Krakatau terjadi dari Jumat malam hingga Sabtu dinihari

Suara Dentuman, PVMG Sebut Bukan Dari Erupsi Gunung Anak Krakatau(Tangkapan layar ketika terjadi erupsi di Gunung Anak Krakatau pada Jumat 10 April 2020) Kementerian ESDM

Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) menyatakan erupsi Gunung Anak Krakatau yang berada di wilayah Provinsi Lampung ini berlangsung dari Jumat hingga Sabtu pagi seperti laporan dari Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG).

"Letusan terus berlangsung sampai Sabtu pagi (11/4) pada pukul 05.44 WIB," kata Kepala Pusat Data, Informasi dan Komunikasi Kebencanaan (Kapusdatinkom) BNPB Agus Wibowo melalui keterangan pers, Sabtu pagi.

Ia mengatakan berdasarkan laporan PVMB Gunung Anak Krakatau mengalami erupsi pada 10 April 2020 pukul 22:35 WIB dengan ketinggian kolom abu sekitar 657 meter (m) di atas permukaan laut.

Kolom abu yang diamati, kata dia, berwarna kelabu dengan intensitas sedang hingga tebal condong ke arah utara.

Berdasarkan laporan itu juga Agus menyebutkan erupsi terekam di seismogram dengan amplitudo maksimum 40 mm dengan durasi sekitar 38 menit 4 detik.

4. Tak tercium bau belerang dan debu vulkanik akibat letusan Anak Krakatau

Suara Dentuman, PVMG Sebut Bukan Dari Erupsi Gunung Anak Krakatau(Foto ketika Gunung Anak Krakatau erupsi) Dokumentasi Kementerian ESDM

Sementara itu, berdasarkan laporan Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Lampung Selatan tentang kondisi mutakhir di Kecamatan Rajabasa, Lampung Selatan, pada Sabtu, 11 April 2020 Pukul 04.00 WIB, tidak tercium bau belerang dan debu vulkanik, sementara hujan mulai turun dan masyarakat di sana, terutama Desa Way Mulih, Way Mulih Timur dan Kunjir, sudah berangsur-angsur kembali ke rumah masing-masing.

"Namun, warga masih berjaga-jaga dan ronda untuk memantau kondisi yang ada," katanya seperti dilansir dari Antara.

Sejumlah upaya telah dilakukan di antaranya oleh TRC BPBD Kabupaten Lampung yang telah menghubungi tim pemantau Gunung Api Krakatau.

5. Aktivitas Gunung Anak Krakatau saat ini waspada level dua

Suara Dentuman, PVMG Sebut Bukan Dari Erupsi Gunung Anak KrakatauIDN Times/Pos pantau Gunung Anak Krakatau Lampung

Menurut hasil pantauan tim Gunung Anak Krakatau saat ini masih berstatus waspada pada level 2 dengan aktivitas vulkanik yang sudah mulai mereda. Masyarakat diimbau untuk tidak panik.

TRC BPBD Kabupaten Lampung Selatan juga menggunakan mobil rescue untuk memberi pengumuman kepada masyarakat agar tetap tenang karena aktivitas Gunung Api Krakatau sudah reda.

Sementara itu, TNI dan Polri saat ini masih siaga di lokasi kejadian untuk membantu mengevakuasi warga. Sedangkan aparat desa dan camat setempat sudah berada di lokasi kejadian untuk memberikan arahan kepada warga.

Sampai pagi ini belum ada laporan kerusakan. Sementara petugas BPBD dan aparat setempat akan terus memantau dan melaporkannya.

Baca Juga: Sempat Erupsi, Aktivitas Vulkanik Gunung Anak Krakatau Sudah Reda

Topik:

  • Bandot Arywono

Berita Terkini Lainnya