963.331 Hektare Lahan Jateng Rawan Karhutla, 6 Kabupaten Beresiko Tinggi
Follow IDN Times untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Semarang, IDN Times - Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Jawa Tengah memperkirakan lahan terbuka dan hutan yang berpotensi mengalami kebakaran selama musim kemarau 2024 mencapai 963.331 hektare.
Kepala Bidang Kedaruratan BPBD Jawa Tengah, Muhamad Chomsul mengungkapkan pemetaan resiko kebakaran hutan dan lahan (karhutla) saat ini telah disusun. Dari total 963.331 hektare lahan tersebut sebarannya merata di 35 kabupaten/kota.
"Jadi dari pemetaan zonasi ketawan kebakaran hutan dan lahan hampir mencakup seluruh kabupaten kota. Tetapi memang ada klaster-klaster yang kami bagi menjadi zona rawan tinggi, rawan sedang dan rawan rendah," ungkap Chomsul kepada IDN Times, Jumat (19/7/2024).
1. Enam kabupaten rawan karhutla skala tinggi
Lebih jauh lagi, menurutnya kabupaten yang masuk kategori resiko tinggi karhutla dengan cakupan lahan yang luas antara lain Kabupaten Cilacap, Kabupaten Karanganyar, Kabupaten Rembang, Kabupaten Jepara, Kabupaten Pemalang dan Tegal.
"Itu daerah ancaman tinggi dari sisi karhutla. Yang luasan lahanya juga tinggi. Termasuk juga Wonosobo karena lahan hutannya sangat luas," tambahnya.
2. Sejumlah daerah juga masuk resiko karhutla sedang
Editor’s picks
Selanjutnya kabupaten yang berada pada resiko karhutla skala sedang ialah Kabupaten Banjarnegara, Kabupaten Kebumen, Kabupaten Sukoharjo, Kabupaten Kudus, Kabupaten Semarang dan Kabupaten Temanggung.
Adapun untuk wilayah yang masuk kategori resiko karhutla skala rendah saat ini sedang dikaji ulang oleh BPBD Jateng.
Sebab, Kabupaten Klaten yang terpetakan berada di zona rendah justru secara kewilayahan memiliki zona luasan hutan yang luas.
"Yang rendah malah ada di Klaten tapi pada kenyataannya bertolak belakang karena pas ada siklus El Nino justru kejadian karhutla di sana sangat tinggi. Makanya perlu dievaluasi," akunya.
3. Tahun ini kategori kemarau basah
Sedangkan dibandingkan tahun kemarin, katanya potensi terjadinya karhutla di Jawa Tengah cenderung rendah karena bersamaan dengan fenomena bediding. Selain itu juga dipengaruhi kelembapan udara dan tingkat kekeringan suhu udara di suatu wilayah.
"Resiko (karhutla) tahun ini lebih rendah ketimbang tahun kemarin. Karena cuaca dan pengaruh kekeringannya beda. Tetapi musti dibarengi dengan antisipasi karena pasti tetap resiko kebakaran. Apalagi situasinya sekarang sudah masuk kemarau. Tapi kondisinya kemarau basah. Ada juga fenomena bediding," tuturnya.
Oleh karenanya ia berharap bagi pemukiman yang masih diguyur hujan sebaiknya mendirikan bak penampung air hujan. Kemudian warga yang beraktivitas di luar rumah harus senantiasa menjaga kesehatan. "Karena daya tahan tubuh yang tidak kuat bisa mempengaruhi imunitas. Maka perlu jaga kesehatan. Yang tahu kelemahan tubuh kita ya kita sendiri," tandasnya.
Baca Juga: DLHK: Serangan Monyet Ekor Panjang Menyasar 19 Wilayah Jateng