Jokowi Ungkap Dampak Perang Rusis Vs Ukraina Bagi Indonesia

Surakarta, IDN Times - Presiden Joko "Jokowi" Widodo memberikan pengarahan di Sidang Terbuka Senat Akademik Dies Natalis ke-46 Universitas Sebelas Maret (UNS), Surakarta. Jokowi menyebut, jika saat ini kondisi semua negara sangat sulit, terutama dalam pengelolaan negara atau pengelolaan APBN.
Keadaan tersebut, tambahnya, dipicu oleh disrupsi kronis akibat revolusi industri 4.0 yang membuat semua negara tergagap-gagap. Kemudian dihantam disrupsi akut karena pandemik COVID-19 hingga terjadinya perang antara Rusia dan Ukraina.
1. Jokowi dihubungi sejumlah kepala negara
Jokowi mengaku jika kondisi masa depan global saat ini makin penuh dengan ketidakpastian. Bahkan, sejumlah kepada negara juga menghubungi langsung Jokowi ditengah konflik perang Rusia dan Ukraina saat ini.
Beberapa kepala negara yang mengubungi Jokowi secara langsung di antaranya Kanselir Jerman, Olaf Scholz, dua hari lalu. Sehari setelahnya, giliran Perdana Menteri (PM) Jepang Fumio Kishida yang menghubunginya.
“Mereka menyampaikan hal yang sama tentang kondisi saat ini. Pandemik yang belum rampung, ada tambahan perang, sehingga semuanya sulit diprediksi. Hal-hal yang dulu tidak kita perkirakan, semuanya muncul,” ungkapnya.
2. Perang Rusia vs Ukraina berdampak ke Indonesia
Jokowi juga menyoroti dampak nyata perang Rusia melawan Ukraina. Antara lain soal kelangkaan energi yang dialami hampir semua negara di Dunia.
Dengan munculnya perang, harga minyak mentah naik berlipat. Tahun 2020, harga minyak mentah berkisar 60 US$/barel dan hari ini (Jumat (11/3/2022) melambung hingga 115 US$/barel. Bahkan, seminggu terakhir sudah mencapai 130 US$/barel.
“Dua kali lipat. Semua negara penjualannya ke masyarakat sudah naik juga. Kita di sini masih menahan. Bu menteri saya tanya, sampai kapan kita bertahan. Kita menahan terus,” imbuh Jokowi.
Editor’s picks
3. Barang logistik berangsur ikut naik
Tak hanya itu, Jokowi juga menyoroti kelangkaaan pangan dan naiknya harga pangan di dunia. Indonesia, lanjut Jokowi, juga terimbas naiknya harga kedelai. Ditambah perang, harga gandum juga naik drastis, karena bahan pangan tersebut berasal dari kedua negara.
“Kita cuma naik sedikit. Tapi sampai kapan kita bisa menahan seperti ini” katanya.
Selain itu, kelangkaan kontainer ikut terjadi terdampak sehingga memicu kenaikan moda angkutan industri tersebut yang berlipat-lipat. Akibatnya, barang-barang logistik pun ikut naik di tingkat konsumen lantaran terbebani harga sewa kontainer yang sangat mahal.
“Efeknya ke mana-mana. Kemudian yang terjadi adalah kenaikan inflasi. Artinya harus hati-hati mengelola ekonomi saat ini. Ekonomi makronya dikelola, tapi mikronya tidak diperhatikan, bisa buyar. Artinya apa, kerja sekarang ini harus kerja detail. Kalau nggak detail tidak akan menyelesaikan masalah,” ungkapnya.
4. Ungkap posisi Indonesia hadapi perang
Kendati ada kenaikan harga pangan dan kelangkaan energi, Jokowi masih bersyukur tingkat inflasi Indonesia masih terkendali yakni 2,2 persen. Capaian itu jauh lebih baik dibandingkan inflasi di Amerika, India, Rusia, dan Turki.
Menurut Jokowi, saat ini pemerintah tengah bertransformasi dengan memberikan peluang atau manfaat jangka panjang agar perekonomian bisa menjadi lebih baik.
“Situasi dunia seperti ini, kuncinya adalah kecepatan berubah dan bisa memanfaatkan peluang-peluang yang ada. Ini yang akan kita lakukan. Oleh sebab itu perlu stabilitas,” pungkasnya.
Baca Juga: 3 Adik Jokowi Datangi Peluncuran 2 Ribu Buku Sudjiatmi di Solo