TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Lebih Ramah Lingkungan, Pembatik Diajak Beralih ke Malam Bahan Sawit  

Hasil pewarnaan jadi lebih tajam dan cerah

Pembatik di Semarang menunjukkan hasil kain yang dibatik dengan malam berbahan sawit pada pelatihan yang diselenggarakan Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT). IDN Times/BPPT.

Semarang, IDN Times - Para pelaku usaha kecil dan menengah (UKM) batik di Jawa Tengah diajak untuk menggunakan malam berbahan turunan minyak sawit. Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) mengenalkan hasil riset produk ini sebagai bagian melestarikan produk warisan budaya tersebut.

1. Sebanyak 40 pembatik asal Jateng jajal malam berbahan sawit

Pembatik di Semarang menunjukkan hasil kain yang dibatik dengan malam berbahan sawit pada pelatihan yang diselenggarakan Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT). IDN Times/BPPT.

Sebanyak 40 peserta dari berbagai UKM dan kelompok batik di Jawa Tengah terlibat dalam sosialisasi dan workshop di antaranya dari Semarang, Salatiga, Pekalongan, Rembang, Kudus, Grobogan, Pati, Temanggung, Purbalingga, Banyumas dan Cilacap. Acara yang dilaksanakan pada tanggal 16-19 Maret 2021 di Semarang itu atas kerja sama BPPT dan Balai Besar Kerajinan dan Batik (BBKB) dengan dukungan pendanaan oleh Badan Pengelolaan Dana Perkebunan Kepala Sawit (BPDPKS).

Direktur Pusat Teknologi Agroindustri-BPPT (Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi), Arief Arianto mengatakan, penggunaan bahan dari sumber daya tak terbarukan dalam proses membatik dapat mengancam keberlanjutan warisan budaya tersebut.

‘’Saat ini mayoritas pembatik masih menggunakan parafin atau malam berbasis minyak bumi. Jika bahan itu terus digunakan tentu akan berbahaya dan merusak lingkungan. Maka, kami melakukan riset dengan memanfaatkan minyak sawit dalam pembuatan malam untuk membatik,’’ ungkapnya dalam keterangan resmi, Minggu (21/3/2021).

Baca Juga: Hore! Kemenkeu dan LPEI akan Bantu UKM yang Fokus Ekspor

2. Malam berbahan sawit sangat penting untuk mendukung pelestarian batik

Pembatik di Semarang menunjukkan hasil kain yang dibatik dengan malam berbahan sawit pada pelatihan yang diselenggarakan Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT). IDN Times/BPPT.

Minyak sawit menjadi bahan baku terbarukan untuk lilin yang digunakan dalam proses pewarnaan batik. Adapun, alasan menggunakan minyak sawit karena bahan tersebut potensinya sangat besar.

‘’Lahan tanaman sawit di Indonesia sekitar 11 juta hektar. Selama ini bahan tersebut hanya dimanfaatkan untuk minyak goreng, sabun dan lainnya. Maka, kali ini kami mencoba menggunakan produk turunan sawit untuk malam batik,” tuturnya.

Penggantian parafin berbasis minyak bumi (petroleum) dengan bahan yang bersumber dari produk terbarukan sangat penting karena kelangsungan produksi batik. Adapun, keunggulan parafin dari minyak sawit, yaitu bahannya lebih mudah didapat dan mudah diproses.

3. Hasil pewarnaan dari malam sawit lebih tajam dan cerah

Pembatik di Semarang menunjukkan hasil kain yang dibatik dengan malam berbahan sawit pada pelatihan yang diselenggarakan Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT). IDN Times/BPPT.

Sedangkan dalam proses membatik, malam berbahan minyak sawit mampu menjadi perintang warna yang bagus, tidak terdapat rembesan warna yang masuk (di tapak canting). Kemudian, hasil pewarnaan yang dihasilkan tajam dan cerah karena tahan terhadap larutan alkali dan asam akibat zat pewarna sintetis, serta mudah dilorot. 

Melalui sosialisasi produk formulasi lilin batik kepada para pelaku industri batik di sentra-sentra batik di Indonesia, khususnya di Semarang diharapkan produk riset baru ini dapat diterima pasar.

‘’Kami terus melakukan sosialisasi untuk memperkenalkan kepada pembatik di Indonesia. Kami menyasar sentra-sentra produksi batik seperti Cirebon, Pekalongan, Yogyakarta, Surabaya dan rencana akan diperluas hingga Papua,’’ kata Arief. 

Baca Juga: Jelang Hari Batik, Warga Solo Diminta Pakai Batik selama 5 Hari

Berita Terkini Lainnya