TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

1.000 Hektar Lahan di Jateng Berubah Jadi Pabrik, Perumahan dan Proyek Gas Bumi

Ketersediaan pangan Jawa Tengah benar-benar terancam

ilustrasi penebangan pohon (pixabay.com/reijotelaranta)

Semarang, IDN Times - Dinas Pertanian dan Perkebunan (Distanbun) Jawa Tengah mengungkapkan, terdapat 1.000 hektare (ha) lahan di wilayahnya telah beraliu fungsi menjadi kawasan non pertanian. Bahkan, pihak dinas mengkhawatirkan adanya alih fungsi lahan akan menggerus sumber pangan lokal. 

"Karena tanaman pangan perlu lahan, sedangkan sebagian sudah alih fungsi, makanya yang ada harus ditingkatkan produktifitasnya. Melalui peningkatan infrastruktur, pengairan, dan lainya," kata Kepala Distanbun Jateng, Supriyanto, Selasa (31/1/2023). 

Baca Juga: Dilanda Cuaca Ekstrem, Rasa Manis Durian Lokal Semarang Berkurang Drastis

1. Ada 600--1.000 hektare sudah berubah fungsi

Ilustrasi lahan (ANTARA FOTO/Aswaddy Hamid)

Ia mengatakan, untuk menjaga ketersediaan pangan, pihaknya saat ini sedang berupaya meningkatkan produktivitas lahan pertanian di masing-masing kabupaten/kota.

Supriyanto juga tak menampik anggapan dari Wakil Presiden, Ma'ruf Amin yang berkata alih fungsi pertanian bisa mempengaruhi stabilitas pangan. 

"Tapi bila dilihat, rata-rata diangka 600--1.000 hektare. Itu semua sudah alih fungsi nonpertanian, tapi kami belum bisa identifikasi menjadi apa saja," akunya. 

Baca Juga: Pacu Produksi Jagung, Polda Jateng Diversifikasi Lahan 450 Hektare

2. Distanbun arahkan petani tingkatkan produksi pertanian

Ilustrasi kegiatan petani di area persawahan yang terendam air. ANTARA FOTO/Oky Lukmansyah

Tak cuma itu saja, peningkatan produksi lahan pertanian juga akan dibarengi dengan penggunaan pupuk organik. Lebih jauh lagi, ia menyarankan para petani memanfaatkan pupuk organik agar ke depan tidak bergantung dengan penyediaan pupuk subsidi dari pemerintah daerah. 

"Pupuk organik bisa dibuat sendiri oleh petani dengan bimbingan kita, termasuk membantu dari sarana prasarana," bebernya. 

3. Distanbun: Kalau pupuk subsidi mahal, mendingan pakai pupuk organik

Ilustrasi pengepakan pupuk UREA. (Dok. PT Pupuk Indonesia)

Ia menuturkan pupuk organik bisa dibuat menggunakan jerami atau kotoran hewan yang mudah didapatkan di tiap lahan pertanian. 

"Artinya kalau pupuk subsidi mahal mereka sebaiknya beralih memakai pupuk organik. Kan bahannya bisa diambil dari tempat mereka. Misal dari kotoran hewan atau dari sersa sisa hasil pertanian, seperti jerami," paparnya.

4. Puncak panen raya hanya tinggal seluas 365 hektare

Seorang petani Desa Wonosoco Kecamatan Undaan Kudus memanggul padi melewati tegalan sawah. (IDN Times/Dok Humas Pemprov Jateng)

Sedangkan total luasan lahan pertanian di Jawa Tengah, katanya mencapai 669.364 hektare. Ia bilang mayoritas lahan pertanian kini memasuki masa panen.

Untuk bulan Januari 2023, ia menyebutkan panen raya dilakukan seluas 73.627 hektare. Lalu Februari seluas 229.820 hektare, dan Maret 365.917 hektare. 

Ia memperkirakan puncak panen raya dilakukan bulan Maret seluas 365 hektare.

"Kota Pekalongan dan Kota Tegal tidak panen raya karena luas tanamnya sangat minim," terangnya. 

Baca Juga: Walhi Ungkap Pemerintah Salah Urus Infrastruktur Wilayah Pesisir Jateng

Berita Terkini Lainnya