5 Sekolah di Jateng Ajarkan Budaya Damai di Era Disrupsi 

Generasi muda harus ditumbuhkan sikap kritis

Semarang, IDN Times - Lima sekolah di Jawa Tengah menjadi percontohan sebagai Sekolah Damai Pro Toleransi. Program ini digagas Wahid Foundation untuk memantik mengatasi masalah pendidikan di era disrupsi seperti sekarang.

1. Sekolah Damai cegah kasus intoleransi di lingkungan pendidikan

5 Sekolah di Jateng Ajarkan Budaya Damai di Era Disrupsi 

Adapun, lima sekolah itu antara lain SMAN 1 Cepiring, SMAN 10 Semarang, SMAN 13 Semarang, SMAN 11 Semarang, dan SMAN 7 Semarang. Melalui program Sekolah Damai Pro Toleransi, budaya damai dapat berkembang untuk mencegah kasus intoleransi di sekolah-sekolah dalam konteks lingkungan pendidikan.

Direktur Wahid Foundation, Yenny Wahid mengatakan, generasi muda saat ini menghadapi tiga isu besar, yakni disrupsi (disruption), ekologi (environment), dan emosi (emotional).

‘’Kita mengalami disrupsi yang menantang, mulai dari disrupsi teknologi, pandemik, dan gaya hidup. Untuk menghadapi disrupsi teknologi, anak-anak muda harus ditumbuhkan sikap kritis, sehingga bisa memfilter konten-konten seperti radikalisme dan intoleransi,” ungkapnya pada kegiatan ‘Jateng EduFest 2021: Urip Rukun, Jateng Gayeng’ secara virtual, Rabu (22/4/2021).

Baca Juga: Masjid Sekayu di Semarang, Tertua di Jateng, Jujugan Studi Islam 

2. Fenomena teroris milenial bukti anak muda mudah terprovokasi

5 Sekolah di Jateng Ajarkan Budaya Damai di Era Disrupsi Ilustrasi teroris (IDN Times/Mardya Shakti)

Selain itu, lanjut Yenny, juga perlu ditanamkan seperangkat nilai-nilai penting yang berbasis pada akhlakul karimah. ‘’Contohnya ada fenomena teroris milenial. Hal itu terjadi karena banyak faktor. Salah satunya, mereka mudah diprovokasi dan dikooptasi ke jalan yang tidak benar. Ini PR kita ke depan,” imbuhnya.

Keberadaan program Sekolah Damai Pro Toleransi ini menjadi pemantik agar bisa mengatasi setiap permasalahan pendidikan generasi muda di era disrupsi melalui seperangkat nilai-nilai. Sehingga, bisa membawa mereka tetap memiliki perilaku positif dan mengedepankan akhlakul karimah.

‘’Maka melalui program sekolah damai ini, anak anak diajak untuk mengedepankan budaya damai, sikap, tindakan, cara hidup yang menolak kekerasan, serta mencegah konflik, baik individu maupun kelompok,’’ katanya.

3. Wahid Foundation gandeng AGPAII kembangkan Sekolah Damai

5 Sekolah di Jateng Ajarkan Budaya Damai di Era Disrupsi Ilustrasi sekolah tatap muka. ANTARA FOTO/Iggoy el Fitra

Sementara untuk mengembangkan program Sekolah Damai ini, sejak tahun 2017 Wahid Foundation berkolaborasi dengan Asosiasi Guru Pendidikan Agama Islam Indonesia (AGPAII) untuk mendukung pendidikan karakter dan mempromosikan toleransi serta perdamaian di lingkungan pendidikan. Program ini sudah menyentuh sekolah menengah atas di empat provinsi, yaitu Jawa Timur, Jawa Tengah, Jawa Barat, dan DKI Jakarta.

“Harapannya, melalui kegiatan ini bisa memberikan inspirasi bagi lembaga pendidikan lain untuk terus-menerus melakukan kampanye budaya toleransi dan promosi perdamaian dalam membangun iklim lingkungan sekolah yang inklusif dan nyaman bagi semua golongan,” tandasnya.

Rangkaian kegiatan dikemas untuk mengapresiasi upaya – upaya yang dilakukan sekolah untuk mencegah intoleransi dan ekstremisme kekerasan di lingkungan sekolah serta untuk mengajak sekolah - sekolah lain mempromosikan perdamaian dan keberagaman.

Pada acara Jateng Edufest 2021 itu juga dilakukan Deklarasi Sekolah Damai Pro Toleransi. Pembacaan deklarasi dipimpin oleh Kepala Sekolah SMAN 1 Cepiring Kendal, Siswanto. Dia juga menyampaikan, kolaborasi antara Wahid Foundation, pemerintah daerah, dan pemerintah pusat untuk program Sekolah Damai dinilai penting.

4. Intoleransi jadi dosa besar di lingkungan pendidikan

5 Sekolah di Jateng Ajarkan Budaya Damai di Era Disrupsi Geotimes

‘’Harapannya, model Sekolah Damai yang sudah ada di Jateng ini menjadi salah satu rujukan sekolah-sekolah yang ada di daerah lain dalam mencegah intoleransi, memperkuat perdamaian, dan merawat toleransi,’’ tuturnya.

Kegiatan itu juga dihadiri Kuasa Usaha Duta Besar Australia Allaster Cox, Menteri Pendidikan dan Nadiem Anwar Makarim, dan Gubernur Jateng Ganjar Pranowo.

Mendikbud, Nadiem Anwar Makarim mengatakan, intoleransi menjadi tantangan terbesar Indonesia saat ini. ‘’Intoleransi bersama perundungan, dan kekerasan seksual menjadi tiga dosa besar di lingkungan pendidikan. “Sehingga, nilai-nilai toleransi perlu diajarkan sejak dini di lingkungan pendidikan,” ujarnya.

Menurut dia, proses pembelajaran siswa didik tak akan berhasil jika tak didukung dengan iklim pendidikan yang toleran. Untuk itu, inisiatif Wahid Foundation dalam mengembangkan Sekolah Damai di empat provinsi sejak tahun 2017 perlu diapresiasi. “Harapannya, ini bisa menginspirasi daerah lain,” tandasnya.

Baca Juga: BIN: Millennial Jadi Target Utama Jaringan Teroris, Orang Tua Waspada 

Topik:

  • Bandot Arywono

Berita Terkini Lainnya