Banjir Rob Menerjang, Buruh Pelabuhan Tanjung Emas Semarang Makin Tertekan

Buruh stres dan akhirnya resign

Semarang, IDN Times - Banjir rob yang kembali menerjang kawasan Pelabuhan Tanjung Emas Semarang dalam beberapa hari terakhir, tidak hanya berdampak pada operasional usaha di sana. Para buruh yang bekerja di kawasan tersebut makin tertekan hingga mengalami stres. 

1. Imbas banjir rob buruh pilih resign

Banjir Rob Menerjang, Buruh Pelabuhan Tanjung Emas Semarang Makin TertekanKondisi banjir limpasan air laut ke daratan atau rob yang merendam kawasan Terminal Petikemas Pelabuhan Tanjung Emas Semarang, Jawa Tengah, Senin (23/5/2022) (ANTARA FOTO/Aji Styawan)

Koordinator DPP Federasi Serikat Pekerja Indonesia Perjuangan-Kongres Aliansi Serikat Buruh Indonesia (FSPIP KASBI), Karmanto mengatakan, ratusan buruh di kawasan Lamicitra Tanjung Emas Semarang memilih resign (mengundurkan diri) dari pabrik. Mereka memutuskan keluar dari pekerjaannya karena frustasi dengan banjir air laut pasang yang sering merendam lokasi pekerjaannya.

‘’Gelombang buruh yang memutuskan keluar dari pekerjaannya akibat banjir rob ini sudah terjadi sejak tahun 2021. Lalu, buruh yang menyusul resign jumlahnya semakin banyak hingga mencapai ratusan saat terjadi tanggul di pelabuhan jebol pada 23 Mei 2022 lalu,’’ ungkapnya saat dikonfirmasi Kamis (23/6/2022).

Berdasarkan catatan FSPIP KASBI, para pekerja di kawasan pelabuhan itu keluar lantaran stres imbas banjir rob yang terus menggenangi tempat kerjanya. Gaji yang mereka peroleh tidak sebanding dengan biaya yang dikeluarkan untuk memperbaiki motor dan lain-lain akibat dampak rob.

Baca Juga: 12 Potret Banjir Rob Kepung Pelabuhan Tanjung Emas, Semarang Tenggelam

2. Minta pemerintah tangani banjir rob secara serius

Banjir Rob Menerjang, Buruh Pelabuhan Tanjung Emas Semarang Makin TertekanSejumlah kendaraan roda dua terendam banjir rob di kawasan Pelabuhan Tanjung Emas Semarang, Senin (23/5/2022). (Antara/Aji Styawan)

Selain itu, pekerja juga tidak mendapat jaminan aman dari musibah rob. Bukannya mendapatkan penghidupan, para buruh malah terbebani utang yang risiko tidak bisa dibayar.

Kemudian soal usia, para pekerja yang memutuskan keluar dari pekerjaan mayoritas berumur di bawah 30 tahun. Mereka memilih resign karena masih ada kesempatan untuk melamar pekerjaan lain yang lebih menjamin penghidupan. Sedangkan, buruh berusia di atas 40 tahun mau tidak mau tetap bertahan.

‘’Ya, seperti saya yang sudah bekerja selama 13 tahun di Lamicitra Pelabuhan Tanjung Emas, banjir rob memang sudah sering terjadi. Namun, mau tidak mau saya tetap bertahan,’’ tutur Karmanto.

Dari kondisi banjir rob ini serikat pekerja di kawasan pelabuhan tersebut meminta pemerintah dan pengelola kawasan pelabuhan agar benar-benar serius dalam menangani ancaman rob. Sebab, selama ini masalah banjir rob tidak ditangani secara serius.

3. Banjir rob susulan karena drainase buruk

Banjir Rob Menerjang, Buruh Pelabuhan Tanjung Emas Semarang Makin TertekanPara pekerja di kawasan Pelabuhan Tanjung Emas Semarang pulang menembus banjir rob dengan menumpang truk milik Basarnas. (Antara/Aji Styawan)

Padahal, BMKG telah memprediksi kenaikan air pasang tersebut namun hal itu tidak diperhatikan oleh pengelola pelabuhan.

"Okelah, kami sepakat banjir rob pada 23 Mei 2022 lalu sebagai musibah, tapi kemarin kok bisa banjir rob lagi? Seharusnya, banjir rob kedua pada Senin (20/6/2022) lalu bisa diantisipasi,’’ ujarnya.

Karmanto mengungkapkan, banjir rob kemarin diduga karena buruknya drainase yang dibuat pengelola Lamicitra dan Pelindo. Sebab, tanggul di kawasan Lamicitra yang Mei 2022 lalu yang menjadi biang kerok banjir rob, ternyata masih dalam kondisi aman.

4. Buruh depresi saat dengar ada kabar rob

Banjir Rob Menerjang, Buruh Pelabuhan Tanjung Emas Semarang Makin TertekanPara pekerja menembus banjir rob untuk menuju tempat mereka bekerja di Pelabuhan Tanjung Emas Semarang, Selasa (24/5/2022). (Antara/Aji Styawan)

Kondisi itu lagi-lagi berdampak bagi para buruh di kawasan pelabuhan. Mereka mengalami trauma dan depresi sehingga ketika mendengar kabar rob datang lagi para pekerja langsung ketakutan.

‘’Kerugian lain, buruh yang memiliki kendaraan dan terkena banjir rob harus merogoh kantong hingga Rp2,5 juta untuk perbaikan. Ditambah banyak perusahaan di Lamicitra yang menerapkan no work no pay alias tak bekerja maka tak dibayar yang tentunya sangat memberikan dampak buruk bagi ekonomi buruh,’’ katanya.

Ihwal masalah tersebut, FSPIP KASBI berusaha berdiskusi dengan para pengusaha di Lamicitra. Namun, mereka juga mengeluh terjadi gagal ekspor lantaran tidak bisa produksi imbas banjir rob.

Baca Juga: 3 Kampung Terdampak Banjir Rob di Semarang, Terparah di Tambaklorok

Topik:

  • Dhana Kencana

Berita Terkini Lainnya