Dokter Relawan Budi Laksono, Biasa Ajak Keluarga Terjun ke Lokasi Bencana

Berdayakan warga lokal kelola Toko Free di Lumajang

Semarang, IDN Times - Dr dokter Budi Laksono bukan sekadar dokter yang mengobati pasien sakit. Lelaki berusia 58 tahun ini juga memiliki jiwa sosial yang tinggi dan selalu memiliki ide-ide kreatif dalam melakukan aksi sosial demi kemanusiaan serta kepentingan masyarakat. 

1. Budi bantu pemulihan warga di lokasi bencana erupsi Semeru

Dokter Relawan Budi Laksono, Biasa Ajak Keluarga Terjun ke Lokasi BencanaDoktor dokter Budi Laksono (paling kanan) dari Kota Semarang terjun sebagai relawan memberdayakan warga lokal untuk bangkit dari bencana erupsi Gunung Semeru, Lumajang, Jawa Timur. (Facebook/Budi Laksono)

Seperti ketika mendengar kabar bencana erupsi Gunung Semeru di Kabupaten Lumajang, Jawa Timur pada 4 November lalu. Hatinya langsung bergetar dan ingin langsung pergi ke lokasi bencana untuk mengulurkan tangan kepada para korban dan pengungsi di sana.

Namun, apa daya saat itu dia sedang berkegiatan sosial menyelesaikan program pembuatan 100 jamban kepada warga yang kurang mampu di Kota Semarang. Beberapa hari kemudian, begitu kegiatan selesai Budi langsung berangkat ke Lumajang.

Saat dihubungi IDN Times, Kamis (16/12/2021), ia mengabarkan bahwa Gunung Semeru sudah kondusif, hanya saja masih banyak warga yang tinggal di tempat pengungsian atau rumah kerabatnya.

‘’Sekarang para korban dan pengungsi sudah mulai pulih, meskipun banyak harta benda mereka hilang,’’ ungkapnya.

Untuk membantu pemulihan warga, Budi bersama tim relawan Yayasan Wahana Bakti yang didirikannya itu melaksanakan sejumlah program. Adapun, program itu antara lain membangun hunian sementara (huntara), mendirikan Toko Free, melatih warga membuat bata ringan, hingga membuat stasiun air minum bergerak.

‘’Memang banyak yang diperlukan warga yang terdampak erupsi Semeru baik moril maupun materil. Untuk bantuan seperti makanan minuman sudah melimpah. Namun, yang menjadi masalah lain bagaimana mengelola bantuan itu dan membangun kembali tempat tinggal warga yang terdampak,’’ jelas dosen di Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Diponegoro (Undip) Semarang itu.

2. Berikan pelayanan melalui pemberdayaan warga lokal

Dokter Relawan Budi Laksono, Biasa Ajak Keluarga Terjun ke Lokasi BencanaDoktor dokter Budi Laksono (kiri) dari Kota Semarang terjun sebagai relawan memberdayakan warga lokal untuk bangkit dari bencana erupsi Gunung Semeru, Lumajang, Jawa Timur. (Facebook/Budi Laksono)

Maka, di sana ia memberikan pelayanan yang komplementer seperti membuat huntara yang dindingnya dari triplek dan atapnya dari plastik terpal. Sehingga, tempat tinggal sementara ini tidak membuat warga kedinginan. Satu huntara ini pun hanya untuk satu keluarga, sehingga risiko penularan COVID-19 bisa ditekan.

Pengampu mata kuliah disaster management ini juga mendirikan Toko Free sebagai upaya untuk mendistribusikan bantuan pakaian kepada pengungsi dengan cara yang lebih humanis.

‘’Sebab, selama ini bantuan pakaian hanya diberikan pakai karung-karung gitu. Maka, kami membuat Toko Free dengan memanfaatkan serambi rumah warga dan menggantung pakaian-pakaian tersebut. Sehingga, warga lebih mudah mengakses dan memilih apa yang mereka butuhkan, tidak lempar sana lempar sini,’’ jelas Budi.

Baca Juga: Jelang Nataru, Pemerintah Sudah Punya 60 Ribu Relawan COVID-19

3. Jadi dokter hingga tukang kayu di lokasi bencana

Dokter Relawan Budi Laksono, Biasa Ajak Keluarga Terjun ke Lokasi BencanaSeorang warga mengangkut barang yang bisa diselamatkan dari rumahnya yang hancur akibat erupsi gunung Semeru di desa Supiturang, Lumajang, Jawa Timur, Minggu (5/12/2021). (ANTARA FOTO/Ari Bowo Sucipto)

Sedangkan, program stasiun air minum bergerak ini merupakan pengelolaan bantuan air minum kepada pengungsi dengan mobil keliling. Upaya ini agar para pengungsi bisa minum tanpa memperbanyak sampah botol plastik.

‘’Sebab, bantuan air minum kemasan memang banyak sekali, tapi setelah itu menimbulkan banyak sekali sampah botol plastik. Maka, dengan stasiun air minum bergerak ini warga bisa mengisi ulang botol yang sudah ada. Kemudian, ia juga melatih warga lokal membuat bata ringan pasir erupsi Semeru. Karena pasir yang menutup rumah warga itu merupakan pasir dengan kualitas nomor satu.

Dalam menjalani tugas relawan yang juga mewakili Alumni Undip, IDI Jawa Tengah, dan Rotary Club itu, Budi selalu memberdayakan warga lokal. Ia pun dan tim juga dituntut serba bisa, tidak hanya mengobati pasien dan trauma healer tetapi juga harus bisa sebagai tukang kayu.

4. Terjun jadi relawan sejak remaja

Dokter Relawan Budi Laksono, Biasa Ajak Keluarga Terjun ke Lokasi BencanaDoktor dokter Budi Laksono dari Kota Semarang terjun sebagai relawan di lokasi bencana. (Facebook/Budi Laksono)

Kecintaan Budi pada profesi sukarelawan dan selalu terpanggil jika ada ada bencana itu berangkat dari pengalaman hidup pernah menjadi orang miskin. Kondisi itu mendorong dia bisa melakukan apapun dalam berbagai situasi.

‘’Saya terjun jadi relawan sejak remaja, ikut PMR dan sampai sekarang kalau ada bencana selalu diikutkan. Dulu diikutkan karena tidak punya duit, sekarang berangkat sendiri. Syukur ada yang mau bantu ya diterima kalau nggak ya nggak masalah,’’ katanya.

Panggilan nurani itu menggerakkan hati dan raganya untuk membantu sesama yang sedang mengalami kesulitan. Apalagi sekarang saat ia sudah berprofesi sebagai dokter, Budi ingin ilmu yang dimilikinya itu bermanfaat bagi yang membutuhkan.

Adapun, pengalaman selama menjadi relawan ia pernah memberikan pelayanan saat bencana tsunami Aceh tahun 2004. Ia tinggal selama tiga bulan bersama pengungsi menikmati kehidupan di sana dan membangkitkan mereka untuk berdaya melalui 23 program yang digagasnya mulai dari huntara, ekonomi, pendidikan hingga keagamaan.

Kemudian, saat gempa bumi di Bantul Yogyakarta tahun 2006, Budi bahkan mengajak istri dan anak-anaknya membantu di sana.

‘’Anak saya waktu itu masih menjadi dokter kecil. Dengan pakai seragam dokter kecil ia turut melayani para pengungsi. Sampai sekarang pun ia juga selalu ikut jadi relawan membantu saya sebagai supir sekaligus trauma healer. Sedangkan, anak saya yang lain juga kadang turut terjun sebagai farmasi dan istri saya juga berperan sebagai trauma healer,’’ jelas lelaki asal Semarang itu.

5. Orang yang paling bahagia adalah orang bisa berbagi

Dokter Relawan Budi Laksono, Biasa Ajak Keluarga Terjun ke Lokasi Bencanaunsplash.com

Selain terjun di lokasi bencana di dalam negeri, Budi juga pernah menjadi relawan saat ada bencana topan Haiyan di Filipina tahun 2013. Saat itu ia mendaftar sebagai relawan di PMI, tapi tidak dipanggil untuk diberangkatkan hingga akhirnya Budi berangkat sendiri. Di sana ia juga melayani para korban dan pengungsi meskipun berbeda negara.

Semua kerja keras dan kedermawanan Budi ini semata-semata hanya ingin berbagi dan membuat dirinya bahagia. Ia pun selalu memegang prinsip bahwa orang yang paling bahagia itu adalah yang bisa memberi dan berbagi.

‘’Dulu saat ketika miskin saya pikir orang yang paling bahagia adalah orang kaya. Namun, sekarang ketika saya sudah hidup berkecukupan, ternyata kaya itu tidak sekadar apa yang kita miliki secara materi. Kekayaan adalah yang bisa memberikan kebahagiaan dan bisa berbagi dengan orang lain. Berbagi apa itu, ya bisa waktu, ilmu, atau materi. Namun, tujuan saya saat ini tidak hanya membuat orang lain bahagia, tapi juga membuat saya bahagia. Ini adalah pelayanan untuk diri sendiri dan jiwa saya,’’ tandasnya.

Baca Juga: Kisah Dukun Bayi Urus Jenazah COVID-19 di Semarang Demi Kemanusiaan

Topik:

  • Dhana Kencana

Berita Terkini Lainnya