Fenomena Ghozali, NFT Bisa Jadi Ladang Bisnis Digital yang Prospektif 

Peluang yang bisa dimanfaatkan institusi pendidikan

Semarang, IDN Times - Fenomena Ghozali Everyday yang menjual Non Fungible Token (NFT) dari foto selfie di platform OpenSea dan meraup uang miliaran rupiah ini bisa menjadi berkah. Tidak hanya bagi pemuda berusia 22 tahun itu, tapi juga bagi masyarakat umumnya untuk lebih memahami kemajuan teknologi.

1. Masyarakat perlu memahami keberadaan metaverse

Fenomena Ghozali, NFT Bisa Jadi Ladang Bisnis Digital yang Prospektif Ilustrasi metaverse. (Unsplash.com/Vinicius "amnx" Amano)

Guru Besar Fakultas Ilmu Komputer Universitas Dian Nuswantoro (Udinus), Prof Zainal Arifin Hasibuan PhD mengatakan, yang perlu dipahami soal fenomena NFT Ghozali ini adalah apa yang dia jual dan dimana dia jual. 

"Inilah yang dinamakan metaverse. Alam semesta kita ini dipindahkan ke alam maya. Ada pasar di dunia nyata ada pasar dunia maya. Apa pesannya disini? Ide. Ide yang perlu dikembangkan, apa yang perlu dibisniskan," ungkapnya pada Webinar Peluang NFT dalam Bisnis Kreatif yang diselenggarakan Udinus, Rabu (19/1/2022). 

Menurut akademisi yang akrab disapa Prof Ucok ini apa yang dilakukan Ghozali ini sama saja dengan orang berjualan. Hanya saja ia memanfaatkan dunia maya untuk tempat berjualan. Ia gunakan OpenSea untuk menjual foto-foto selfienya. Orang yang paham ini seninya tinggi tentu tidak sungkan berbelanja. 

Baca Juga: Viral di Medsos Jual NFT Foto Selfie, Ini Rahasia Ghozali Raup Rp1,5 M

2. Pembelian NFT menggunakan cryptocurrency

Fenomena Ghozali, NFT Bisa Jadi Ladang Bisnis Digital yang Prospektif Ilustrasi Bitcoin (Dok. ANTARA News)

"Momentum ini tepat karena ini pandemik, banyak orang bosan bahkan di Eropa sudah lockdown lagi. Sehingga, mereka berbelanja apa yang mereka mau, salah satunya NFT. Hal ini terlihat dari grafik penjualan NFT Ghozali per bulan Januari yang merangkak naik," jelasnya. 

Pada transaksi tersebut pembelian NFT yang dijual di marketplace seperti OpenSea, SandBox, Mintable, Nifty Gateway, dan Rarible itu menggunakan cryptocurrency sebagai media pembayaran. 

"Lalu, bagaimana kita memandang ini dan bagaimana bisa mengubah bisnis model konvensional yang tidak efektif dan efisien saat ini dengan teknologi sebagai tuntutan abad ke-21. Maka, tren ini harus disambut oleh dunia pendidikan," kata Ketua Asosiasi Pendidikan Tinggi Ilmu Komputer (Aptikom) Indonesia ini. 

Menurut Prof Ucok, dunia pendidikan memiliki peran untuk mengontrol teknologi seperti NFT. 

3. Dunia pendidikan harus bisa manfaatkan peluang

Fenomena Ghozali, NFT Bisa Jadi Ladang Bisnis Digital yang Prospektif Guru Besar Fakultas Ilmu Komputer Universitas Dian Nuswantoro (Udinus), Prof Zainal Arifin Hasibuan PhD. (IDN Times/Anggun Puspitoningrum)

"Dunia pendidikan pun harus mengikuti kemajuan teknologi. Ke depan NFT ini mampu menjadi peluang yang dapat dimanfaatkan oleh institusi pendidikan," ujarnya. 

Langkah ini agar peran institusi pendidikan tidak hanya menjadi pengikut tren, namun dapat menjadi pencipta tren itu sendiri. "Dunia pendidikan juga sebagai pengontrol teknologi di bagian proses pembelajaran," imbuhnya. 

Sementara itu, apa yang telah terjadi pada mahasiswa jurusan Animasi Fakultas Ilmu Komputer Udinus, Sultan Gustaf Al Ghozali ini tidak hanya sekedar fenomena belaka, namun bisa menjadi trend setter. 

"Tapi saya mengimbau agar para follower Ghozali atau kreator baru lainnya tidak menjual belikan foto yang melanggar hukum, seperti yang sedang ramai berupa KTP dan file rahasia lainnya,” tandasnya.

Baca Juga: Menguak Super Komputer Udinus yang Kelola Big Data Kota Semarang

Topik:

  • Bandot Arywono

Berita Terkini Lainnya