Gerakan Menanam, Mandiri Atasi Krisis Pangan saat Pandemik COVID-19
Follow IDN Times untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Semarang, IDN Times - Pandemik virus corona (COVID-19) dan pembatasan jarak sosial berdampak pada kehidupan masyarakat. Tidak hanya soal kesehatan dan ekonomi. Pandemik mengimbas ketahanan pangan, terutama dalam penyediaan pangan khususnya dalam rumah tangga. Kondisi tersebut menjadi beban bagi kaum perempuan yang dituntut bertanggung jawab untuk menyediakan pangan bagi keluarga.
Ada solusi dari beberapa pihak. Yaitu melalui gerakan ketahanan pangan dari pekarangan rumah guna mewaspadai krisis pangan saat pandemik. Caranya cukup dengan menanam tanaman pangan di area sekitar rumah agar hasilnya bisa dipanen, mencukupi kebutuhan pangan.
1. Berbagai kalangan memulai gerakan menanam tanaman pangan
Warga di Jawa Tengah, terutama di Kota Semarang sudah menerapkan gerakan tersebut. Mulai dari ibu-ibu, kelompok tani, lembaga swadaya masyarakat (LSM), pelaku bisnis rintisan sampai perusahaan.
Eka Handriana, seorang ibu rumah tangga warga Perumahan Grand Greenwood Semarang termotivasi melakukan gerakan menanam sebagai upaya menyikapi isu krisis pangan di masa pandemik COVID-19.
‘’Saya menanam di rumah sudah sejak lama, jauh sebelum COVID-19 datang. Namun, ketika wabah ini menyerang dan disusul dengan isu krisis pangan, ada tambahan motivasi untuk lebih giat menanam tanaman pangan,’’ ungkapnya wanita 38 tahun itu kepada IDN Times, melalui sambungan telepon, Rabu (13/5).
Berkat mengikuti diskusi soal mitigasi dampak pandemik, Eka jadi paham apabila Organisasi Pangan dan Pertanian (FAO) sudah mengeluarkan peringatan terkait krisis pangan.
‘’Karena saat mendapat masalah (krisis pangan) ditemukan persoalan distribusi pangan yang mengganggu rantai pasokan. Akibatnya, harga di produsen anjlok karena pasokan berlebih, tapi di konsumen tinggi karena pasokan langka. Akhirnya, peserta grup itu juga berinisiatif melakukan penanaman,’’ jelasnya yang bekerja sebagai penulis lepas itu.
2. Memanfaatkan barang bekas rumah tangga untuk media tanam
Eka mulai menanam dengan membuat instalasi pembibitan sayur mayur. Instalasi itu terbuat dari barang-barang bekas rumah tangga. Ia menyusunnya seperti rak.
Media tersebut berfungsi untuk pembibitan benih sayur, karena jika langsung ditanam di tanah secara terbuka, bibit tanaman akan mudah rapuh.
Sejumlah bibit tanaman pangan ia tanam. Mulai dari singkong, pare, bayam, cabai, kangkung, sawi, anggur, sirsak, jeruk, sereh, jahe, kunyit, tomat, sampai kemangi. Berjalannya waktu, kegiatannya menginspirasi ibu-ibu lain di wilayah tempat tinggalnya untuk turut menanam tanaman pangan bersama-sama.
Baca Juga: 7 Manfaat Kesehatan Menanam Tumbuhan di dalam Rumah, Sudah Coba?
3. Ajak diskusi hingga manfaatkan lahan sempit di rusun untuk bercocok tanam
Di sisi lain, LSM Legal Resources Center untuk Keadilan Jender dan Hak Asasi Manusia (LRC-KJHAM) mendukung aksi tersebut dengan menginisiasi Gerakan Perempuan Menanam yang melibatkan para perempuan dari semua latar belakang, memanfaatkan momentum di rumah saja selama pembatasan jarak sosial. Mereka didorong untuk bisa menanam tanaman pangan yang cepat panen.
‘’Pertama, mereka kami ajak diskusi bersama komunitas perempuan tentang cara menanam bahan pangan cepat panen. Kemudian, membuat flyer tentang gerakan ini dan mendokumentasikan aktivitas menanam di rumah beserta tanamannya, lalu mempublikasikan ke media sosial,’’ ungkap Koordinator Gerakan Perempuan Menanam LRC-KJHAM, Lenny Ristiyanti saat dihubungi IDN Times, Rabu (13/5).
Pada diskusi yang digelar melalui Whatsapp Group (WAG), anggota Kelompok Perempuan Tani (KPT) sekaligus Komunitas Perempuan Dewi Sinta dari Kelurahan Bandarharjo, Semarang Utara, Sri Rahayu memberikan testimoni sekaligus pelatihan terkait cara menanam di lahan sempit serta jenis-jenis tanaman yang mudah ditanam dan cepat panen.
‘’Saya ini tinggal di rumah susun dan memiliki keterbatasan lahan untuk melakukan aktivitas menanam. Namun, dengan kendala itu, saya bersama penghuni rumah susun lainnya memanfaatkan tanah yang ada di lantai dasar buat menanam tanaman pangan seperti cabai, terong, kemangi, daun katuk, dan masih banyak jenis lainnya,’’ beber Sri.
4. Rahasia menanam agar tumbuh subur dan cepat panen
Editor’s picks
Sri menjelaskan tanaman tersebut ditanam pada media tanam tanah, pupuk, air dan ditempatkan di polybag dan pot. Untuk pupuk, mereka membuat kompos sendiri dari sisa-sisa sayur yang tak terpakai saat dimasak.
‘’Sisa-sisa sayuran kami potong, tambahkan gula pasir beberapa sendok dan cangkang telur yang dihaluskan. Lalu, tambahkan sedikit air untuk melarutkan gula pasir tadi, kemudian dicampur jadi satu, tambahkan sedikit tanah dan masukkan ke tempat komposer dan tunggu selama 5 hingga 7 hari sampai menjadi pupuk,’’ ungkapnya.
Tak lupa ia menyarankan, dalam merawat tanaman harus dengan cinta dan kasih. Perlu juga diajak komunikasi saat menyiram atau memberi pupuk agar tanaman tumbuh subur serta bermanfaat.
5. Antusias millennial dan pemula dalam berkebun tinggi di saat pandemik COVID-19
Gerakan menanam di kalangan millennial dan pemula mulai gencar saat pandemik COVID-19 saat ini. Mereka banyak mencari tahu cara menanam tanaman dan berkebun melalui dunia maya. Salah satunya yang ramai lewat media sosial Instagram @temanberkebun.
Teman Berkebun adalah platform digital yang bergerak untuk mendukung bidang pertanian, khususnya pertanian perkotaan atau urban farming. Bisnis rintisan atau startup itu berupaya menghubungkan masyarakat yang berminat memulai kegiatan berkebun dengan kelompok yang memiliki pengalaman dan pengetahuan dalam berkebun.
Sang pendiri, Ifa Rodja menuturkan, banyak anak muda dan masyarakat yang masih pemula dalam bercocok tanam merujuk website atau media sosial yang dimiliki Teman Berkebun. Bahkan, mereka turut berbelanja kebutuhan dan peralatan berkebun sebagaimana Teman Berkebun sediakan.
"Nah, saat pandemik virus corona ini, animo para newbie atau pemula tinggi. Seperti pelajar, mahasiswa dan ibu-ibu yang cari media berkebun untuk anaknya. Kami pun menyediakan beberapa kit untuk mendukung mereka memulai aktivitas berkebun di rumah, sekaligus mengkampanyekan ketahanan pangan," papar Ifa kepada IDN Times.
Adapun, perlengkapan bercocok tanam ala urban farming yang disediakan Teman Berkebun beragam. Seperti seedling kit atau bibit tanaman, paket berkebun hidroponik, pupuk organik cair, pestisida nabati dan sebagainya.
Selain itu, pihaknya juga mengedukasi tentang cara-cara memulai berkebun.
"Jadi, setelah mereka beli bahan-bahan berkebun biasanya saya kirim pesan kalau ada kesulitan silakan menghubungi kami. Selain itu, kami juga sering menerima konsultasi dari konsumen dan memberikan edukasi melalui akun Instagram @temanberkebun," imbuhnya.
Sebelum ramai pandemik, Teman Berkebun kerap menyelenggarakan pelatihan bagi masyarakat yang tertarik untuk berkebun.
"Namun, karena pandemik ini, ke depan akan digagas pelatihan secara online agar para pemula dan millennial semakin semangat memproduksi pangan dari kebun sendiri di lahan yang dimiliki dan hasilnya juga lebih sehat," tandasnya.
6. Kalangan pengusaha turut mendukung gerakan menanam
Gerakan menanam juga berangkat dari kalangan pelaku usaha seperti Harjanto Halim. CEO PT Marimas Putera Kencana itu membagikan turut 60 ribu stek bibit singkong mentega kepada masyarakat Jawa Tengah di pabriknya Kawasan Industri Gatot Subroto Semarang, belum lama ini.
Melansir dari akun Facebooknya Selasa (12/5), dia menceritakan bahwa kegiatannya terinspirasi dari anak sejawatnya yang baru berusia 8 tahun yang membagikan puluhan ribu batang bibit singkong ke lingkungannya.
Inspirasi dari bocah SD itu mendorong Harjanto dan perusahaannya membuat program pembagian 60.000 bibit singkong kepada ke kelompok tani, karang taruna, yayasan pendidikan, panti asuhan, pondok pesantren, MUI, dan potensi masyarakat. Setelah menerima bibit, mereka bisa beramai-ramai menanam singkong di halaman rumah masing-masing atau wilayahnya.
“Melalui aktivitas menanam singkong ini, selain menggalakkan penghijauan juga dalam rangka menguatkan ketahanan pangan serta melindungi tanah dari erosi bagi lingkungan yang rawan erosi atau longsor. Banyak manfaat menanam tanaman yang menghasilkan bahan pangan, seperti singkong ini, terutama untuk menghadapi masalah pangan di tengah pandemik COVID-19,’’ tandasnya saat dikonfirmasi.
Bibit singkong mentega sengaja dipilih untuk dibagikan karena satu batang pohon bisa menghasilkan 8-10 kilogram. Selain itu, cara menanamnya cukup mudah dan bisa dipanen 5-6 bulan kemudian. Keunggulan lainnya, batang pohon yang dipanen bisa menjadi bibit stek untuk ditanam lagi.
Harjanto nantinya akan menggalakkan gerakan menanam empon-empon karena bahan tersebut banyak manfaatnya di masa pandemik virus corona.
Gerakan menanam cukup menjadi solusi saat pandemik, menghadapi ancaman krisis pangan. Mudah dilakukan dan butuh niat untuk memulai agar berdikari pangan di situasi apapun.
Baca Juga: Yuk Go Green, Ini 10 Manfaat Menanam Tumbuhan di Sekitar Rumah