Ini Keunikan Pasar Gang Baru, Wajib Belanja saat Wisata ke Semarang

- Pemerintah Kota Semarang meresmikan Pasar Gang Baru di Kawasan Pecinan Kota Semarang sebagai destinasi wisata.
- Peresmian Pasar Gang Baru dilakukan setelah revitalisasi tahap pertama yang dilakukan pemerintah rampung.
- Pasar Gang Baru memiliki keunikan tersendiri dengan pedagangnya berjualan menempati halaman dari rumah penduduk, serta menjadi penyuplai bahan baku untuk restoran top di Jawa Tengah.
Semarang, IDN Times - Pemerintah Kota Semarang meresmikan Pasar Gang Baru di Kawasan Pecinan Kota Semarang sebagai destinasi wisata. Pemerintah dan para pegiat pariwisata pun mengajak masyarakat dan wisatawan untuk berkunjung serta berbelanja ke pasar yang sudah ada sejak tahun 1740 itu.
1. Pasar Gang Baru diresmikan jadi destinasi wisata

Peresmian Pasar Gang Baru dilakukan setelah revitalisasi tahap pertama yang dilakukan pemerintah rampung. Adapun, peresmian dilakukan oleh Kepala Dinas Kebudayaan Pariwisata (Disbudpar) Kota Semarang, Wing Wiyarso dan Ketua Komunitas Pecinan Semarang untuk Pariwisata (Kopi Semawis), Harjanto Halim di sela penyelenggaraan Pasar Imlek Semawis 2025, 25–27 Januari 2025.
Kepala Disbudpar Kota Semarang, Wing Wiyarso mengatakan, revitalisasi dan peresmian Pasar Gang Baru ini bertujuan untuk menggairahkan pasar tradisional yang saat ini banyak dilupakan.
Adapun, peresmian Pasar Gang Baru sebagai destinasi wisata ini karena pasar di kawasan Pecinan Semarang tersebut memiliki nilai-nilai tradisional yang lekat dengan gotong royong dari warganya serta banyak keberagaman.
"Maka itu, Pasar Gang Baru bisa jadi satu destinasi wisata baru yang dapat menarik kunjungan wisatawan. Upaya ini sekaligus mengajak masyarakat untuk berbelanja di pasar tradisional,’’ ungkapnya.
2. Lengkapi wisata kawasan Semarang lama

Pasar Gang Baru di Pecinan Semarang ini ke depan juga akan melengkapi wisata kawasan Semarang lama, bersama Kota Lama dan Kampung Melayu. Sebab, memiliki nilai-nilai tradisional, keberagaman, akulturasi budaya dan bhineka tunggal ika.
‘’Setelah revitalisasi tahap pertama dengan memperbaiki infrastruktur seperti jalan dan pedestrian selesai, kami akan melanjutkan dengan penambahan ornamen-ornamen yang menunjukkan kekhasan kawasan Pecinan,’’ tandas Wing.
Sementara itu, dinobatkannya Pasar Gang Baru sebagai destinasi wisata ini karena pasar tersebut memiliki keunikan tersendiri dibandingkan pasar tradisional umumnya.
Ketua Komunitas Pecinan Semarang untuk Pariwisata (Kopi Semawis), Harjanto Halim mengatakan, keunikan Pasar Gang Baru, yaitu pasar ini tidak memiliki bangunan layaknya pasar tradisional.
3. Pedagang berjualan di halaman rumah penduduk

‘’Pasar Gang Baru ini pasar tradisional yang pedagangnya berjualan menempati halaman dari rumah penduduk. Jadi, ada simbiosisme yang cukup unik disana,’’ ungkapnya.
Pasar Gang Baru ini berlokasi di sebuah lorong permukiman atau disebut gang di kawasan Pecinan Semarang. Kurang lebih ada 200-400 pedagang yang berjualan setiap hari di Pasar Gang Baru mulai pukul 05.00 sampai dengan 12.00 WIB. Aneka komoditas berkualitas diperdagangkan di sana mulai dari sayur, buah, daging, hingga pakaian.
‘’Mau cari apa saja di Pasar Gang Baru ada. Komplit yang dijual disana mulai baju, makanan, jajanan. Kalau mau cari snack di Cik Pien, Gang Baru No. 40, lalu cari baju all season bisa ke Cik Yiek murah-murah. Bahkan, dodolan (jualan, red) pisau sampai racun tikus lengkap,’’ terang Harjanto.
4. Jual komoditas berkualitas dan ada bibi gendhong

Bahkan, menurut pria keturunan Tionghoa itu, untuk kualitas komoditas daging, seafood, dan sayuran di Pasar Gang Baru nomor satu di Kota Semarang. Para pedagang dari pasar tersebut kerap menjadi penyuplai bahan baku untuk rumah makan atau restoran top di Ibu Kota Jawa Tengah.
Keunikan lainnya, yaitu di Pasar Gang Baru ada jasa kuli gendong perempuan atau disebut Bibi Gendhong. Mereka bekerja untuk membantu membawakan barang belanjaan pembeli dan menerima tips sukarela sesuai bobot barang belanjaan.
‘’Kami berharap dengan peresmian Pasar Gang Baru menjadi destinasi wisata ini, pedagang semakin tertib, disiplin dan menjaga kebersihan saat berjualan. Khususnya, bagi para pedagang daging, limbahnya jangan dibuang langsung di selokan. Kemudian, jam 12.00 harus kukut sehingga tidak mengganggu aktivitas warga yang tinggal di sana,’’ tandas Harjanto.