Pandemik COVID-19, Kasus Demam Berdarah di Semarang Capai 194 Kasus 

Warga diimbau memantau jentik nyamuk secara mandiri

Semarang, IDN Times - Kasus demam berdarah dengue (DBD) di Semarang, Jawa Tengah terus bertambah ditengah pandemik virus corona (COVID-19). Dinas Kesehatan Kota Semarang mencatat dari Januari 2020 hingga Kamis (23/4) jumlahnya telah mencapai 194 kasus.

1. Ada Dua kasus meninggal selama 4 bulan

Pandemik COVID-19, Kasus Demam Berdarah di Semarang Capai 194 Kasus reason.com

Jumlah kasus tersebut terbagi atas bulan Januari 2020 terdapat 25 kasus dan 1 meninggal dunia, Februari 2020 ada 60 kasus dan 1 meninggal dunia, Maret 2020 ada 71 kasus, kemudian per 23 April 2020 terdapat 36 kasus.

Kepala Dinas Kesehatan Kota Semarang, dokter Abdul Hakam mengatakan, wabah tersebut juga menjadi perhatian khusus bagi Pemkot Semarang, disamping pandemik COVID-19.

Baca Juga: Warga Purbalingga Kena Demam Berdarah, 2 Jam di RS Terus Meninggal

2. Tren curah hujan dan kelembaban tinggi menjadi pemicu meningkatnya kasus DBD

Pandemik COVID-19, Kasus Demam Berdarah di Semarang Capai 194 Kasus Timmy Si Robot

Berbeda dengan virus corona, wabah DBD ini berhubungan erat dengan udara, suhu kelembaban, dan curah hujan.

‘’Saat ini curah hujan dan kelembaban udara masih tinggi. Jika kelembaban tinggi, perkembangbiakan jentik nyamuk meningkat. Maka, otomatis virus ini juga meningkat,’’ ungkapnya saat dihubungi IDN Times, Kamis (23/4).

Jika dibandingkan dengan kasus DBD pada periode yang sama di tahun sebelumnya, angka pada 2020 justru menurun. Pada tahun 2019, bulan Januari ada 60 kasus, Februari 80 kasus dan 4 kasus meninggal dunia, Maret 88 kasus dan 4 meninggal dunia, April 80 kasus dan 2 meninggal dunia.

3. Dinkes Semarang terus menekan kasus DBD

Pandemik COVID-19, Kasus Demam Berdarah di Semarang Capai 194 Kasus timesofindia.indiatimes.com

Guna mengatasi dan menekan angka kejadian dari wabah tersebut Dinas Kesehatan Kota Semarang melakukan berbagai upaya. Salah satunya dengan penyediaan tenaga epidemiologi di seluruh puskesmas, peningkatan kapasitas kepada petugas surveilans kesehatan (Gasurkes), meningkatkan program Satu Rumah Satu Jumantik, dan siswa cari jentik (Sicentik). Disamping itu juga bekerja sama dengan lintas sektor untuk rutin mengadakan pemantauan jentik nyamuk (PJN).

Hakam menjelaskan, pihaknya juga telah melakukan inovasi dengan membuat sebuah sistem terintegrasi yang dinamai Bersatu Tanggulangi Deman Berdarah (Tunggal Dara), merupakan sistem informasi lintas sektor yang menjadi solusi untuk penangganan DBD yang terintegrasi. 

‘’Adapun, sistem kerjanya dengan melakukan pelaporan dan analisa serta penyebarluasan informasi secara online kepada petugas, pemangku kepentingan dan masyarakat,’’ jelasnya.

4. Selama pandemik COVID-19, pemantauan jentik nyamuk dilakukan mandiri

Pandemik COVID-19, Kasus Demam Berdarah di Semarang Capai 194 Kasus ANTARA FOTO/Kornelis Kaha

Kendati demikian, adanya pandemik COVID-19 dan imbauan untuk physical distancing serta melakukan kegiatan di dalam rumah, kegiatan PJN serentak diganti dengan kegiatan PJN secara mandiri atau kegiatan Gerakan Satu Rumah Satu Jumatik (GSRSJ).

‘’Karena selama ada nyamuk dan jentik, maka masih ada penderita DBD. Hanya saja perlu ditekan penyebaran, pencegahan dan tata kelola kasus agar tidak menimbulkan kematian yang lebih banyak lagi,’’ tandasnya.

Baca Juga: Dikira Demam Berdarah, Andrea Dian Ternyata Positif Corona COVID-19

Topik:

  • Dhana Kencana

Berita Terkini Lainnya