Kisah Bu Carik di Klaten, Tawarkan Diri Jadi Sopir Ambulans COVID-19  

Saat nyopir sering dikira ambulans jalan sendiri

Klaten, IDN Times - Garda terdepan penanganan COVID-19 tidak selalu tenaga kesehatan dan tenaga medis yang bekerja di rumah sakit maupun tempat isolasi untuk merawat pasien yang terinfeksi virus corona.

Masih banyak relawan yang dengan ikhlas hati mencurahkan tenaganya tanpa pamrih, berada di paling depan dan turut terlibat menangani COVID-19 meskipun itu bukan tugas dan pekerjaan mereka. 

1. Bu Carik alih profesi jadi sopir ambulans COVID-19

Kisah Bu Carik di Klaten, Tawarkan Diri Jadi Sopir Ambulans COVID-19  Kartika Dewi, Carik atau Sekretaris Kelurahan Kabupaten, Kecamatan Klaten Tengah, Kabupaten Klaten Jawa Tengah bergabung dalam relawan COVID-19 sebagai sopir ambulans. (IDN Times/Kartika Dewi/bt)

Seperti kisah Kartika Dewi, Carik atau Sekretaris Kelurahan Kabupaten, Kecamatan Klaten Tengah, Kabupaten Klaten Jawa Tengah. Jika biasanya pekerjaan Carik selalu berada di belakang meja, tetapi dalam sebulan terakhir perempuan berusia 48 tahun itu harus duduk di belakang setir mobil ambulans COVID-19.

Mendadak tenaganya dibutuhkan sebagai sopir ambulans untuk mengantar pasien dan jenazah COVID-19 yang akan dimakamkan. Kondisi itu karena Tim Kubur Cepat (TKC) Kelurahan Kabupaten kekurangan tenaga relawan.

‘’Saat kekurangan orang dan tugas sudah menunggu, siapapun harus maju meski bukan tugasnya. Sebab, sebagai relawan juga harus bergerak cepat, termasuk ketika mendadak didapuk jadi sopir ambulans’’ ungkapnya kepada IDN Times, Selasa (17/8/2021).

2. Tawarkan diri saat tim relawan TKC tidak punya sopir ambulans

Kisah Bu Carik di Klaten, Tawarkan Diri Jadi Sopir Ambulans COVID-19  Kartika Dewi, Carik atau Sekretaris Kelurahan Kabupaten, Kecamatan Klaten Tengah, Kabupaten Klaten Jawa Tengah bergabung dalam relawan COVID-19 sebagai sopir ambulans. (IDN Times/Kartika Dewi/bt)

Dewi yang berstatus sebagai Pegawai Negeri Sipil (PNS) itu turut mengantarkan jenazah COVID-19 menuju pemakaman meskipun malam hari. Dengan sigap di balik kemudi ia bersama tim relawan lainnya menembus malam menjalankan tugas mulia itu.

‘’Ya, awalnya memang tugas saya hanya mengkoordinir tim relawan kelurahan, tapi saat tidak ada sopir. Lalu mereka menghubungi saya tanya bagaimana solusinya. Saya pun menawarkan diri. Mereka sempat kaget tetapi akhirnya malah senang karena Bu Carik mau terjun langsung mengantarkan jenazah di malam hari,’’ tutur ibu dua anak itu.

Kerelaan dirinya bergabung bersama TKC Kelurahan Kabupaten itu disambut antusias oleh para relawan lainnya. Menurut Dewi pun itu tidak masalah meskipun bukan bagian dari tugas dan pekerjaannya.

Baca Juga: Kasus COVID-19 Melonjak, Kematian di Klaten Sehari Capai 100 Orang

3. Banyak cerita mengesankan selama jadi sopir ambulans COVID-19

Kisah Bu Carik di Klaten, Tawarkan Diri Jadi Sopir Ambulans COVID-19  Kartika Dewi, Carik atau Sekretaris Kelurahan Kabupaten, Kecamatan Klaten Tengah, Kabupaten Klaten Jawa Tengah bergabung dalam relawan COVID-19 sebagai sopir ambulans. (IDN Times/Kartika Dewi/bt)

"Tak masalah bagi saya. Apalagi, saya seorang pegawai negeri dan negara butuh partisipasi warga dalam penanganan COVID-19. Maka ini bentuk dukungan dan pengabdian saya kepada negara dan masyarakat," ujarnya.

Banyak kesan dan suka duka saat menjalankan profesi sebagai sopir ambulans. Selain harus siap sedia ketika dibutuhkan kapanpun waktunya, juga ada cerita yang mengesankan.

"Pernah ada cerita, tubuh saya yang mungil ini bisa bikin kaget orang. Mereka mengira ambulans jalan sendiri di malam hari dengan bunyi sirine karena sopirnya tidak terlihat," ujarnya.

4. Masih banyak pasien COVID-19 yang membutuhkan kehadiran relawan

Kisah Bu Carik di Klaten, Tawarkan Diri Jadi Sopir Ambulans COVID-19  Ilustrasi pemakaman pasien positif COVID-19. ANTARA FOTO/Iggoy el Fitra

Hingga sekarang Dewi tetap menyediakan dirinya terlibat dalam penanganan COVID-19 pada TKC Kelurahan Kabupaten. Hal itu dilakukan karena masih banyak warga terutama yang terinfeksi COVID-19 yang membutuhkan bantuannya. Untuk mengantar ke rumah sakit maupun ke pemakaman.

"Namanya Tim Kubur Cepat. Jadi saat ada yang meninggal, kami berusaha menanganinya secara cepat. Kalau bisa, jenazah dimakamkan segera mungkin. Dari pengalaman sebelumnya, banyak warga yang menunggu lama saat anggota keluarganya harus dimakamkan segera. Ini karena tidak ada relawan maupun mobil ambulans yang membawa, mereka harus mengantre lama," tuturnya.

5. Berharap tidak ada lagi korban COVID-19

Kisah Bu Carik di Klaten, Tawarkan Diri Jadi Sopir Ambulans COVID-19  Seorang tenaga kesehatan melambaikan tangan sebelum memberikan makanan kepada pasien positif COVID-19 di Rumah Sakit Khusus Ibu dan Anak (RSKIA) Bandung, Jawa Barat, Senin (13/7/2020). Kementerian Kesehatan menyebut anggaran untuk insentif tenaga kesehatan yang menangani pasien COVID-19 mencapai Rp1,9 triliun baik di fasilitas pelayanan kesehatan (fasyankes) dan institusi kesehatan pusat. ANTARA FOTO/Raisan Al Farisi

Begitulah TKC bergerak membantu penanganan COVID-19 di Kelurahan Kabupaten. Menurut Dewi, ini merupakan pengalaman yang tidak dapat dilupakan. Dia juga berharap semoga relawan TKC tidak bekerja lagi untuk menangani COVID-19.

‘’Melayani dan membantu sesama itu suatu kehormatan. Sejak bumi dijadikan baru pertama kali ini saya merasakan jadi driver TKC korban COVID-19. Semoga kerja TKC segera selesai, karena sudah tidak ada lagi korban COVID-19. Tuhan tolong sembuhkan dan pulihkan Indonesiaku,’’ tandasnya.

Baca Juga: Pasien Isoman COVID-19 Terpusat di Klaten Heboh Senam Cendol Dawet

Topik:

  • Bandot Arywono

Berita Terkini Lainnya