Kisah Dokter COVID-19 di Semarang, Pakai APD Jas Hujan, Dihujat Dimaki

Kena virus corona tapi hasil tes non-reaktif

Semarang, IDN Times - Setahun pandemik COVID-19, segala daya upaya melawan wabah virus corona di Tanah Air masih terus dilakukan. Perjuangan para tenaga medis sebagai garda terdepan penanganan virus corona belum berakhir, seiring masih terus bertambahnya kasus baru pasien terkonfirmasi positif di berbagai daerah di Indonesia

1. Banyak suka duka yang dirasakan selama pandemik COVID-19

Kisah Dokter COVID-19 di Semarang, Pakai APD Jas Hujan, Dihujat DimakiTenaga medis atau dokter umum yang menangani COVID-19 di RSUD Tugurejo Semarang, Ade Dhani Nuraini. Dok. Ade Dhani Nuraini

Waktu, pikiran, tenaga hingga nyawa mereka korbankan demi menyelamatkan ratusan hingga ribuan pasien COVID-19 pada masa pandemik. Seperti yang dilakukan Ade Dhani Nuraini (33), salah satu dokter yang menangani COVID-19 di RSUD Tugurejo Kota Semarang.

Setahun belakangan, dia mengemban tugas kemanusiaan menangani pasien virus corona di instalasi gawat darurat (IGD) rumah sakit milik Pemerintah Provinsi Jawa Tengh tersebut. Sebelumnya perempuan yang akrab disapa Ade itu juga sempat bertugas di rumah sakit swasta di Kabupaten Pemalang pada awal virus corona mewabah.

Sebagai tenaga kesehatan, suka duka ia rasakan dan alami, namun tetap harus tegar tanpa kenal lelah menangani pasien.

2. Tenaga medis rela modal sendiri untuk membeli APD

Kisah Dokter COVID-19 di Semarang, Pakai APD Jas Hujan, Dihujat DimakiANTARA FOTO/Oky Lukmansyah

Pada Maret 2020 atau awal virus corona menyebar, salah satu kesulitan yang ia hadapi sebagai tenaga medis adalah mendapatkan alat pelindung diri (APD).

‘’Kami kesulitan dapat APD, sampai-sampai kami harus pakai jas hujan saat harus memeriksa pasien yang memiliki gejala awal seperti COVID-19,’’ katanya saat dihubungi IDN Times, Jumat (19/2/2021).

Ketidaktersediaan APD tersebut lantaran tempat Ade bekerja adalah rumah sakit swasta yang tidak mendapat suntikan dana dari Pemerintah Kabupaten Pemalang. Sehingga, untuk memperoleh APD, rumah sakit gotong royong mencari modal secara mandiri.

‘’Jadi, semua pakai modal sendiri, termasuk jika rumah sakit tidak menyediakan ya kami beli sendiri seperti face shield, masker N95, sarung tangan, dan pelindung diri lainnya. Untuk masker N95, rumah sakit memang kasih, tapi pemakaian dibatasi seminggu hanya boleh ganti sekali. Maka, biasanya setelah dipakai masker itu kami masukkan plastik yang sudah dilubangi terus dijemur di sinar matahari,’’ tuturnya.

Setelah kontrak kerja di rumah sakit swasta di Pemalang selesai, ibu satu anak itu melamar di rumah sakit lain dan diterima di RSUD Tugurejo sebagai pegawai kontrak pemerintah daerah.

Baca Juga: Kisah Perawat di Semarang, Ikut Bimbing Sakaratul Maut Pasien COVID-19

3. Kena marah keluarga pasien hingga dituduh mengcovidkan pasien

Kisah Dokter COVID-19 di Semarang, Pakai APD Jas Hujan, Dihujat DimakiIlustrasi. ANTARA FOTO/Abriawan Abhe

Ade rela berjibaku menangani pasien COVID-19 ditengah masalah yang dihadapi tenaga medis, seiring meningkatnya kasus positif virus corona.

Ketika bertugas di IGD, ia harus melayani pemeriksaan awal pasien terutama mereka yang dalam kondisi suspek COVID-19. Mulai dari melihat hasil rontgen dan laboratorium, kemudian mengkonsultasikan ke dokter paru dan penyakit dalam, selanjutnya menjelaskan hasil pemeriksaan ke pasien atau keluarganya. 

‘’Nah, saat saya menyampaikan kalau sakit pasien ini mengarah COVID-19 dan harus dirawat sambil menunggu hasil tes, ada keluarga yang tidak mau bahkan tidak percaya. Mereka minta pulang paksa pasien dengan marah-marah, terus ada yang ngatain juga dikira rumah sakit cari duit dengan meng-covid-kan pasien. Disitu saya sedih, karena rumah sakit dibilang cari untung kan gimana gitu rasanya. Kalau boleh minta mah saya mau nggak ada COVID-19, karena capek menangani wabah ini,’’ jelasnya yang sudah 7 tahun berprofesi sebagai dokter. 

Belum lagi, risiko tenaga medis yang bekerja menangani pasien COVID-19 selama pandemik terpapar virus SARS-CoV-2 cukup menghantui dirinya.

4. Tenaga medis tidak luput dari paparan virus corona

Kisah Dokter COVID-19 di Semarang, Pakai APD Jas Hujan, Dihujat DimakiSeorang tenaga kesehatan memakai alat pelindung diri (APD) berbincang dengan pasien positif COVID-19, di ruang karantina Adenium Rumah Sakit Mitra Siaga, Kabupaten Tegal, Jawa Tengah, Sabtu (10/10/2020). ANTARA FOTO/Oky Lukmansyah

Sampai pada akhirnya dirinya tidak bisa menolak terinfeksi virus corona pada Agustus 2020. Ade sadar dia tertular saat menangani pasien pada bangsal perawatan COVID-19.

‘’Saat itu saya dapat jatah jaga di IGD, lalu dari bangsal perawatan membutuhkan bantuan kedaruratan karena ada pasien yang gagal napas. Pasien tersebut butuh pemasangan intubasi atau pipa pernapasan yang dimasukkan lewat mulut melalui kerongkongan ke paru-paru, kemudian disambungkan ke ventilator. Saat proses pemasangan dan memasukkan alat bantu napas itu, pasien batuk dan dari situ mungkin secara tak sadar saya terkena walaupun saat menangani sudah memakai APD lengkap,’’ jelas lulusan Fakultas Kedokteran Universitas Sultan Agung Semarang itu.

Setelah tersebut, Ade merasakan tidak enak badan, seperti meriang selama satu minggu lebih. Dia sempat berpikir jika gejala yang dirasakan merupakan penyakit tipes, Pasalnya ketika tes swab hasilnya negatif. Pun dengan tes rapid antigen juga non-reaktif.

‘’Karena saya tidak yakin dengan hasil tes itu, saya bawa ke RS Telogorejo dan disana saya menjalani berbagai tes COVID-19 lagi dan hasilnya positif. Dari pemeriksaan paru-paru pun hasilnya bronchopneumonia, ada penurunan saturasi di angka 94, dan disertai batuk. Yang saya syukuri saat kondisi itu anak saya berada di Purwokerto dengan mertua. Jadi, saya tidak bingung saat harus menjalani perawatan,’’ ungkapnya.

5. Jumlah pasien COVID-19 yang dirawat di rumah sakit menurun

Kisah Dokter COVID-19 di Semarang, Pakai APD Jas Hujan, Dihujat DimakiIlustrasi pasien yang dinyatakan sembuh dari COVID-19. ANTARA FOTO/Ampelsa

Kini Ade sudah sembuh dan kembali pada rutinitas sebagai dokter umum di RSUD Tugurejo, menangani pasien COVID-19 di IGD. Menurut dia, dalam sebulan terakhir terjadi penurunan kasus positif di rumah sakit.

‘’Kalau dulu satu sif jaga ada 5-10 pasien COVID-19, sekarang per hari belum tentu ada. Kondisi ini pun juga terjadi di klinik tempat saya di Limbangan Kabupaten Kendal, di sana sering melakukan tes COVID-19 untuk karyawan pabrik dan hasil tes jarang ditemukan yang reaktif. Berbeda dengan dulu saat melakukan tes COVID-19 sedikit-sedikit ditemukan kasus reaktif. Ya, ini yang terjadi di tempat saya bekerja, nggak tahu kalau di tempat lain,’’ ujarnya.

Dari kondisi tersebut, menurut Ade dipengaruhi tingkat kesadaran masyarakat yang semakin tinggi terhadap protokol kesehatan COVID-19 dengan disiplin menerapkan 5M. Hal itu juga berlaku bagi para tenaga kesehatan dan medis di rumah sakit atau klinik.

‘’Selama ini terkadang tenaga kesehatan juga menyepelekan hal cuci tangan, dulu seringnya setelah periksa pasien selesai, jarang cuci tangan. Kemudian, juga tidak pakai masker. Dengan adanya COVID-19 ini kami menjadi lebih waspada, kalau kami tidak bisa menolong diri sendiri bagaimana mau menolong orang lain,’’ tuturnya.

6. Berharap kepada pemerintah agar serius tangani COVID-19

Kisah Dokter COVID-19 di Semarang, Pakai APD Jas Hujan, Dihujat DimakiIlustrasi Tenaga Medis. ANTARA FOTO/Raisan Al Farisi

Terakhir, Ade berharap agar pandemik segera berlalu. Perlu kesadaran masyarakat untuk melawan virus corona, ditambah keseriusan pemerintah dalam menangani wabah COVID-19.

‘’Sudah banyak yang kami lakukan dan korbankan sebagai tenaga medis seperti kesulitan mendapatkan APD, terpapar COVID-19 saat bertugas, hingga kehilangan teman sejawat dan guru-guru kami yang meninggal karena virus corona. Sehingga, harapannya penanganan wabah ini harus lebih serius misalnya dengan memberikan screening gratis kepada masyarakat yang rentan terpapar dan tidak mampu hingga vaksinasi yang tepat sasaran agar pandemik bisa selesai secepatnya,’’ tandasnya.

Baca Juga: 500 Tenaga Kesehatan Disebar Bantu Penanganan COVID-19 di Puskesmas

https://www.youtube.com/embed/Ij-ah_2PZGs

Topik:

  • Dhana Kencana

Berita Terkini Lainnya