Kisah Pilu Diisolasi, Dokter di Semarang Jalani Ramadan Tanpa Keluarga

Akan tadarus online dan salat tarawih berjemaah antarkamar

Semarang, IDN Times - Tidak mudah memang harus menerima kenyataan sebagai pasien positif virus corona. Apalagi, bagi tenaga medis yang harus menerima kenyataan terinfeksi COVID-19.

1. Zainal menjalani isolasi bersama 30 dokter lainnya

Kisah Pilu Diisolasi, Dokter di Semarang Jalani Ramadan Tanpa KeluargaDokter spesialis bedah syaraf RS Dr Kariadi Semarang, Prof dokter Zainal Muttaqin SpBS PhD jalani isolasi diri di Hotel Kesambi Hijau. Dok. Zainal Muttaqin

Hari-hari mereka yang biasanya menolong dan menyembuhkan penyakit pasien, kini berbalik menjadi pasien yang harus dirawat dan melakukan isolasi diri. Ada 30 tenaga medis, yang terdiri dari dokter dan dokter residen yang kini sedang menjalani isolasi setelah dinyatakan positif virus corona tanpa gejala di Hotel Kesambi Hijau Semarang.

Salah satunya adalah Dokter Spesialis Bedah Syaraf RS Dr Kariadi Semarang, Prof dokter Zainal Muttaqin SpBS PhD. Tenaga medis yang sehari-hari menangani pasien dengan penyakit gangguan syaraf seperti tumor otak, stroke, sampai hidrosefalus itu, kini harus beristirahat sementara menjalani isolasi sejak, Kamis (16/4). 

2. Petugas kesehatan rutin memeriksa kondisi mereka

Kisah Pilu Diisolasi, Dokter di Semarang Jalani Ramadan Tanpa KeluargaDok. Dinas Kesehatan Kota Semarang

Ketika IDN Times menghubungi melalui telepon, Sabtu (18/4), dia menceritakan rutinitas apa saja yang dilakukan setiap hari. 

"Setiap pagi kami rutin berolahraga, kemudian sarapan dan setelah itu di kamar melaksanakan kegiatan masing-masing atau beristirahat," ungkapnya. 

Selama isolasi para dokter di sana juga mendapat perawatan dan pengobatan dari RS Dr Kariadi Semarang. Setiap pagi rutin ada petugas kesehatan yang datang untuk mengukur suhu badan, mengecek tekanan darah dan oksigen. 

"Selain itu, kami juga rutin setiap seminggu sekali melakukan tes swab PCR dari rumah sakit. Tes ini akan terus diulang kepada kami yang masih positif COVID-19 hingga hasilnya negatif," tutur Zainal. 

3. Pasien COVID-19 mulai bosan di tempat isolasi

Kisah Pilu Diisolasi, Dokter di Semarang Jalani Ramadan Tanpa KeluargaIlustrasi. (IDN Times/Khaerul Anwar)

Para dokter yang biasanya menjalani aktivitas pekerjaan mulai dari praktek bertemu dengan pasien atau melakukan tindakan di rumah sakit, kini setelah diisolasi dilanda kebosanan. 

"Saya sendiri sampai kebingungan biasanya pagi sampai sore sibuk. Kini jadi pengangguran, akhirnya diisi dengan mengaji, salat dhuha, bawa laptop buat nulis. Ya, mungkin dengan kondisi ini kami jadi diberi kesempatan untuk istirahat," ujarnya. 

Baca Juga: Tragis! Positif Corona, Dokter RS Kariadi Semarang Dapat Stigma Sosial

4. Berencana mengadakan sesi perkuliahan online dari tempat isolasi

Kisah Pilu Diisolasi, Dokter di Semarang Jalani Ramadan Tanpa Keluargaobserverxtra.com

Menjalani karantina dengan teman sejawat dan residen yang juga anak didiknya, Zainal yang merupakan dokter senior di klaster bedah syaraf RS Dr Kariadi itu hendak berencana memberikan perkuliahan kepada mereka. 

"Disini kan ada 12 dokter residen dan ada dokter bedah syaraf juga, saya ingin menawari mereka bagaimana kalau tetap kuliah walaupun sedang isolasi. Perkuliahan tidak melalui tatap muka, tetapi lewat aplikasi Zoom. Biar tidak bosan," katanya. 

5. Terpaksa harus menjalani ibadah Ramadan jauh dari keluarga

Kisah Pilu Diisolasi, Dokter di Semarang Jalani Ramadan Tanpa Keluarga

Isolasi bagi pasien positif virus corona tanpa gejala ini tidak hanya mendatangkan rasa bosan, tapi juga pilu. Apalagi, sebentar lagi memasuki bulan Ramadan. Waktu berkumpul dengan keluarga untuk menjalani ibadah bersama pun harus terlewatkan. 

Zainal mengungkapkan, tentu dirinya juga sedih harus berpisah dengan istrinya, apalagi saat bulan puasa.

"Saya di rumah cuma dengan istri. Mau tidak mau karena kondisi seperti ini harus berpisah dulu," tuturnya. 

6. Menyiapkan tadarus secara online dan salat tarawih di depan pintu kamar

Kisah Pilu Diisolasi, Dokter di Semarang Jalani Ramadan Tanpa KeluargaIlustrasi salat berjemaah di masjid. Dok. IDN Times

Kendati demikian, agar tidak merasa sendirian menjalankan ibadah bulan Ramadan, dokter Zainal akan menginisiasi bersama pasien yang diisolasi untuk tadarus bersama di kamar, masing-masing melalui aplikasi virtual meeting.

"Selain itu, kami juga akan salat berjamaah baik salat fardu atau tarawih, tapi caranya berjauh-jauhan. Kami akan salat di depan pintu kamar masing-masing," jelasnya. 

7. Ia terus mengingatkan masyarakat untuk mengikuti aturan pemerintah

Kisah Pilu Diisolasi, Dokter di Semarang Jalani Ramadan Tanpa KeluargaIDN Times/Khaerul Anwar

Sementara, demi menekan penyebaran COVID-19, Zainal kembali mengingatkan masyarakat agar mengerti dan memahami tentang wabah tersebut. 

"Jadi tolong agar masyarakat mengerti tentang wabah ini. Jangan hanya melihat yang meninggal sedikit, gejalanya ringan, tidak apa-apa jika masih berada di luar rumah. Kemudian, juga tidak pakai masker, tidak cuci tangan," tuturnya. 

Kalau perilaku masyarakat terus begitu, lanjut dia, masalah wabah ini bakal selalu ada dan tidak akan berhenti hingga akhir tahun. Masyarakat perlu disiplin, harus jaga jarak dan kontak, jangan keluar rumah kalau tidak perlu betul. Sebab, diluar sana mungkin ada orang yang terlihat sehat-sehat saja tidak mempunyai gejala tapi positif virus corona. 

Baca Juga: Hati-hati! Keluyuran Tanpa Masker di Banyumas Didenda Rp50 Ribu

Topik:

  • Dhana Kencana

Berita Terkini Lainnya