Kisah Sopir Ambulans Tuntun Syahadat saat Pasien COVID Meregang Nyawa

Kerja 24 jam di Semarang, sehari bawa 8--9 pasien corona

Semarang, IDN Times - Berbagai kisah mewarnai selama pandemik COVID-19. Salah satunya cerita tentang para relawan ambulans yang setiap hari berjibaku mengantar pasien dan jenazah virus corona di Kota Semarang.

1. Muthohir, sopir ambulans kian sibuk saat kasus COVID-19 melonjak

Kisah Sopir Ambulans Tuntun Syahadat saat Pasien COVID Meregang NyawaTim relawan ambulans COVID-19 Respect Aksi Warga (RAW) saat bertugas menjemput pasien COVID-19 di Kota Semarang. (dok. Tim RAW).

Hari-hari Muthohir dalam beberapa bulan belakangan sangat sibuk. Pukul 08.00 WIB dia sudah keluar rumah untuk bekerja dan menuju di sebuah tempat bernama Rumah Aspirasi Warga di Jalan Panda Tengah Nomor 8 Palebon, Pedurungan, Semarang. Warga Sendangguwo Raya, Gemah itu harus siap siaga di sana sembari menunggu kabar dari orang yang membutuhkan bantuannya.

Muthohir adalah sopir ambulans dan merupakan salah satu relawan dari Tim Respect Aksi Warga (RAW). Saban hari bersama relawan lainnya, dia bertugas mengantar pasien COVID-19 ke rumah sakit atau tempat isolasi. Kerap juga dia mengantar jenazah yang meninggal dunia akibat virus corona ke pemakaman. Bahkan pria 52 tahun itu hampir 24 jam bekerja dan selalu kembali ke rumah pada pagi hari keesokan hari.

‘’Saya sudah menjadi sopir ambulans sejak tahun 2019. Jika sebelumnya hanya jenazah non COVID-19, kini karena kasus virus corona meledak tidak hanya mengantar orang meninggal ke pemakaman tapi juga pasien dan jenazah COVID-19,’’ ungkapnya saat dikonfirmasi IDN Times, Rabu (14/7/2021).

2. Sering lihat pasien COVID-19 sakaratul maut di ambulans

Kisah Sopir Ambulans Tuntun Syahadat saat Pasien COVID Meregang NyawaTim relawan ambulans COVID-19 Respect Aksi Warga (RAW) membantu jenazah yang meninggal karena virus corona untuk dimakamkan. (dok. Tim RAW).

Lonjakan kasus COVID-19 di Kota Semarang beberapa hari terakhir membuat Muthohir dan kawan-kawannya kian sibuk. Setiap hari jadwalnya padat, mengantar sampai 5--6 pasien COVID-19 termasuk 8--9 jenazah virus corona. Tidak jarang ia sering menyaksikan dengan mata kepala sendiri warga terkonfirmasi COVID-19 meregang nyawa.

‘’Ada yang belum sampai rumah sakit sudah meninggal di ambulans. Jika ketemu kejadian yang seperti itu saya juga turut membantu menuntun mereka baca kalimat syahadat. Kemudian, setelah saya pastikan denyut nadinya tidak ada, maka mata saya tutup dan tangannya saya ikat dengan tali. Sudah gak ada lagi rasa takut, saya nekat dan memberanikan diri,’’ tutur Muthohir.

Ayah dua anak itu sudah mengetahui dan menerima segala risiko dari pekerjaannya. Bahkan pada masa pandemik COVID-19 ketika melayani, dia rela kegerahan ketika harus memakai baju alat pelindung diri (APD). Sebab dalam sehari, Muthohir bisa beberapa kali berganti APD--tergantung kondisi pasien yang dia temui--.

‘’Kalau interaksi langsung ada kontak fisik, setelah selesai APD langsung kami bakar. Namun, kalau sekadar mengambil jenazah sudah posisi dalam kemasan peti kemudian cuma diantar ke pemakaman, ya kami siasati dengan penyemprotan disinfektan lalu dijemur. Nah, pengalaman pakai APD ini memang gerah sekali mau dipakai malam atau siang pasti bikin keringetan luar biasa. Sehingga tidak heran kalau tim medis kewalahan sampai gak kuat saat pakai APD. Selain APD, kami juga wajib pakai masker tiga lapis,’’ aku Muthohir.

Baca Juga: Cerita Dokter COVID-19, Berangkat ke RS Bak Nyebrang Shiratal Mustaqim

3. Bersyukur pekerjaan sebagai sopir ambulans bisa bermanfaat bagi orang lain

Kisah Sopir Ambulans Tuntun Syahadat saat Pasien COVID Meregang NyawaTim relawan ambulans COVID-19 Respect Aksi Warga (RAW) saat bertugas menjemput pasien COVID-19 di Kota Semarang. (dok. Tim RAW).

Meski belum pernah terinfeksi COVID-19, dalam menjalani profesi sebagai sopir ambulans Muthohir sudah berserah. Dia sudah mendermakan hidup untuk membantu orang lain dan keputusannya itu selalu didukung oleh keluarganya. Lelaki yang akrab disapa Thohir itu juga banyak mengambil pelajaran dari pekerjaan yang dilakukan sehari-hari ketika melayani orang kesusahan.

‘’Apa yang terjadi itu yang kita perbuat. Misalnya, saya diganjar kena COVID-19 lalu dijauhi kan rasanya sakit hati. Maka, saya berpikir tidak melakukan hal itu dan membantu orang susah atau sedang sakit dengan ikhlas. Selain itu, selama saya mengerjakan tugas sebagai relawan ini saya sangat bersyukur hidup saya dan apa yang saya miliki berguna serta bermanfaat bagi orang lain,’’ ujar lelaki yang sebelumnya bekerja sebagai buruh serabutan itu.

Meski tampak tegar, Muthohir terkadang sedih masih ada orang yang memanfaatkan tugasnya sebagai relawan.

"Kita kerja ikhlas, tapi ada orang yang ambil keuntungan, ibaratnya kayak dimakelari. Padahal, kami tidak mengambil keuntungan apapun dalam tugas sukarelawan ini. Kalau dikasih alhamdulillah, gak juga tidak apa-apa,’’ tandasnya.

4. Rahmulyo hibahkan mobil pribadi untuk ambulans COVID-19

Kisah Sopir Ambulans Tuntun Syahadat saat Pasien COVID Meregang NyawaTim relawan ambulans COVID-19 Respect Aksi Warga (RAW) saat bertugas menjemput pasien COVID-19 di Kota Semarang. (dok. Tim RAW).

Langkah para sukarelawan kemanusiaan di Tim RAW untuk terus berbuat kebaikan ditengah pandemik COVID-19 tidak pernah mundur. Awalnya aksi tersebut diinisiasi oleh Rahmulyo Adi Wibowo (48 tahun). Warga Palebon, Pedurungan yang kini duduk sebagai Anggota DPRD Kota Semarang itu menghibahkan mobil pribadinya dijadikan ambulans guna membantu warga yang tidak mampu.

‘’Mobil ini saya miliki secara pribadi. Kemudian, berubah menjadi ambulans ketika ada kejadian seorang warga harus memakamkan keluarganya di luar kota Semarang, tapi dia gak punya uang. Mau sewa ambulans biayanya lebih mahal daripada biaya pemakaman di kampung halamannya. Akhirnya, mobil ini saya manfaatkan untuk membantu warga yang tidak mampu,’’ katanya saat dihubungi IDN Times.

Ambulans RAW mulai beroperasi rutin sejak Januari 2020 mengangkut jenazah warga Kota Semarang yang ingin dimakamkan di luar kota. Namun, operasional mobil berjenis multipurpose vehicle (MPV) itu semakin sibuk saar kasus COVID-19 di Kota Semarang meroket.

‘’Mobil siaga ini akhirnya juga untuk mengangkut pasien dan jenazah COVID-19, karena ambulans milik Pemkot Semarang sudah tidak bisa melayani permintaan warga. Per hari bisa 8--9 jenazah COVID-19, kami angkut dari rumah sakit untuk dibawa ke pemakaman. Selain itu, 5--6 pasien virus corona juga kami antar ke rumah sakit atau tempat isolasi,’’ tutur pria yang akrab disapa Bowo itu.

5. Modal nekat bantu warga yang kesusahan dan terdesak saat pandemik

Kisah Sopir Ambulans Tuntun Syahadat saat Pasien COVID Meregang NyawaTim relawan ambulans COVID-19 Respect Aksi Warga (RAW) saat bertugas menjemput pasien COVID-19 di Kota Semarang. (dok. Tim RAW).

Keputusan Bowo membantu warga yang kesusahan dan dalam kondisi pandemik COVID-19 sangat bulat. Ia bersama para relawan yang terjun diakui memang juga bukan tenaga medis atau kesehatan. Bahkan, peralatan di dalam mobil ambulans hanya ada tandu.

‘’Pokoknya modal nekat, bismillah dan baca salawat sebelum berangkat,’’ ujarnya.

Ada dua sif yang bekerja di tim relawan ambulans RAW. Satu tim terdapat tiga orang yang masing-masing bertugas sebagai sopir, koordinator, dan penjaga pasien. Dalam bertugas mereka menyatakan siap mengangkut dan menggotong pasien masuk ke mobil ambulans. Tetapi, dalam bertugas tim tidak bertanggung jawab atas administrasi pasien.

‘’Hal itu saya tegaskan ke tim kami kalau tugas mereka cuma mengambil terus mengantar pasien COVID-19 ke tujuan mereka. Pastikan seluruh administrasi pasien sudah diurus keluarga, sebab panggilan tugas berikutnya sudah antre. Namun, kami juga tidak bisa lepas tangan kalau ada pasien yang dibawa ke rumah sakit sampai sana tidak ada tempat tidur atau kursi roda. Terpaksa harus kami bantu dan pinjamkan tandu kami untuk sementara,’’ ujar Wakil Ketua Komisi D DPRD Kota Semarang itu.

Banyak yang telah memanfaatkan jasa ambulans RAW. Mulai dari rakyat jelata sampai keluarga pejabat. Informasi ambulans ini tersebar secara getok tular dan melalui media sosial di grup Facebook Media Informasi Kota Semarang (MIK Semar).

6. Mayoritas warga hanya ucapkan terima kasih

Kisah Sopir Ambulans Tuntun Syahadat saat Pasien COVID Meregang NyawaTim relawan ambulans COVID-19 Respect Aksi Warga (RAW) saat bertugas menjemput pasien COVID-19 di Kota Semarang. (dok. Tim RAW).

Banyak suka duka dialami Bowo saat turun langsung mengantar pasien atau jenazah COVID-19.

‘’Pernah saya menjemput warga kakak beradik kena COVID-19. Dalam kondisi mereka yang sudah parah dan sesak nafas tidak ada warga di lingkungannya yang membantu. Ketika kami datang mereka mendekat hanya untuk menonton dan foto-foto. Sebenarnya, kami tidak butuh gitu-gituan, kami minta sesama warga bisa peduli. Tapi mereka masih menganggap kena COVID-19 itu aib,’’ jelas ayah empat anak itu.

Ia menegaskan, apa yang dilakukan dirinya bersama tim relawan sama sekali tidak mencari pengakuan atau pencitraan. Sebab, semua yang dikerjakan atas dasar rasa kemanusiaan membantu sesama warga sehingga tidak ada tarif atau biaya khusus untuk ambulans RAW.

‘’Teman teman sudah saya beritahu sejak awal. Kami ini kerja kemanusiaan insyaallah kita bantu orang nanti dapat rejeki lain. Sehingga, jika ada warga yang kasih, berapa pun kami terima. Artinya, ada warga yang pengertian kepada teman-teman relawan kami dan menghargai kerja keras mereka. Paling tidak mereka happy, bisa beli makan minum atau rokok. Namun, selama ini memang mayoritas hanya ucapan terima kasih,’’ ungkap Bowo.

Saat ini, permintaan bantuan ambulans dari warga terus mengalir. Tim RAW berencana menambah satu unit ambulans lagi. Bowo sekarang ini sedang menggalang donasi melalui MIK Semar.

‘’Insyaallah terwujud, karena ada dari kalangan usaha mau bantu dan donasi dari warga juga mengalir,’’ tandasnya.

Baca Juga: Semua Lampu di Jalan Protokol Semarang Dimatikan Selama PPKM Darurat 

Topik:

  • Dhana Kencana

Berita Terkini Lainnya