Lika-Liku Golek Banyu, Sendang Kaliancar Jadi Jujugan Warga Saat Kemarau

Semarang, IDN Times - Tiga perempuan paruh baya terlihat asyik menikmati guyuran dari dua pipa yang terus mengalir air di Sendang Kaliancar, Desa Kaliancar, Kelurahan Podorejo, Kecamatan Ngaliyan Kota Semarang, Kamis (8/9/2023). Mereka bersuka cita sambil bercerita tentang kehidupannya sehari-hari.
1. Warga kesulitan air saat musim kemarau

Salah satu perempuan, Nunung warga Palir Asri, Podorejo, Ngaliyan mengungkapkan, kalau dalam dua minggu terakhir kesusahan air. Musim kemarau menyebabkan sumur bor di rumahnya dan sumur artesis di lingkungan tempat tinggalnya tidak mengeluarkan air.
“Mau wudhu saja nggak bisa, apalagi mandi. Ya, jadi kesini (Sendang Kaliancar, red) saja. Duh, bahagia sekali bisa ketemu air, bisa mandi bareng juga sama bestie,” ungkapnya saat ditemui IDN Times, Kamis (7/9/2023).
Kesulitan mendapatkan air bersih selama musim kemarau juga dirasakan, Ros warga Palir Lestari, Podorejo, Ngaliyan. Pakaian kotor mereka menumpuk karena tidak bisa mencuci di rumah.
“Sprei belum saya cuci karena nggak ada air. Pakaian kotor juga banyak, tahu gitu saya bawa kesini buat dicuci,” ujarnya yang baru pertama kali datang ke Sendang Kaliancar.
2. Datang ke Sendang Kaliancar untuk mandi dan cuci baju

Mimi, warga Palir Lestari yang juga ikut mandi di sendang menuturkan, senang sekali bisa mandi sore. Apalagi, di bawah guyuran air yang mengalir.
“Duh, segar sekali air di sendang ini. Soalnya ini cuacanya panas banget, terus kesiram air tuh bahagia banget,” tuturnya.
Tidak ada yang tahu sejak kapan mata air muncul di Desa Kaliancar itu. Namun, ketika air terus mengalir dan menjadi sendang, warga sekitar mulai mengelola agar bisa dimanfaatkan oleh masyarakat.
3. Sendang Kaliancar tidak pernah sepi pengunjung

Sendang Kaliancar tidak pernah sepi pengunjung. Setiap hari warga desa setempat maupun dari luar desa mendatangi sendang yang berada di area perbukitan itu untuk mandi, mencuci pakaian, dan mengambil air untuk keperluan rumah tangga.
Suasana di Sendang Kaliancar itu sangat asri dan sejuk karena dinaungi oleh pohon-pohon besar. Untuk diketahui, ada dua sendang di sana, nenek moyang Desa Kaliancar menamai Sendang Panguripan dan Sendang Pengasihan. Mata air dari dua sendang terus mengalir tak mengenal musim untuk memenuhi kebutuhan masyarakat.
Menurut Juminem, warga RT 01 RW 01 Desa Kaliancar, selama 25 tahun tinggal di desa tersebut ia tidak pernah kekurangan air. Bahkan, meskipun saat ini sudah ada sumur artesis yang tersalurkan di rumahnya, ia masih memanfaatkan air dari Sendang Kaliancar untuk kebutuhan memasak dan minum sehari-hari.
‘’Dulu sebelum ada sumur artesis saya setiap hari ambil air di sendang. Setiap pukul 03.00 pagi saya jalan kaki sekitar satu kilometer ke sendang untuk cuci baju dan ambil air, lalu masak di rumah dan pukul 06.00 WIB berangkat kerja. Jadi, ayem (tenang, red) kalau di rumah sudah ada air,’’ tuturnya.
4. Air sendang tidak boleh dijualbelikan

Perempuan berusia 43 tahun itu menuturkan, sejak dahulu warga boleh memanfaatkan dan mengambil air di sendang dengan sesuka hati. Sebab, memang ada pesan dari nenek moyang kalau air sendang tidak boleh dijualbelikan.
‘’Jadi kalau mau ambil ya ambil saja, nggak dipungut biaya. Kalau musim kemarau seperti ini banyak masyarakat yang kesulitan air dari luar desa datang ke sendang untuk mandi, cuci atau ambil air dengan galon,’’ ujar ibu tiga anak itu.
5. Warga Desa Kaliancar menjaga sendang tetap lestari

Demi menjaga kelestarian dan konservasi, warga sekitar terus membenahi Sendang Kaliancar. Kalau dulu aliran air melalui talang bambu, sekarang sudah dengan pipa besi. Selain itu, juga dibangun penutup dari tembok untuk menutupi warga yang mandi di area sendang.
Pengelola Sendang Kaliancar, Madekun menuturkan, Sendang Kaliancar baru direhabilitasi dan dibenahi sekitar tahun 1976 oleh Perhutani. Sehingga, lebih layak untuk dimanfaatkan oleh masyarakat.
‘’Ya, karena dari dulu sendang ini sudah jadi sumber kehidupan bagi masyarakat yang membutuhkan air sebelum ada sumur artesis. Sendang ini pun dulu juga tidak dikenal, orang luar desa baru datang kesini sekitar tahun 2000an. Mereka datang untuk kepentingan spiritual. Ada dari Kendal, Solo, Mranggen, Demak, Lombok, hingga Bali,’’ jelasnya.
6. Air sendang memiliki kandungan mineral yang tinggi

Pria berusia 47 tahun yang lahir, besar dan tinggal di Desa Kaliancar ini hingga sekarang turut menjaga Sendang Kaliancar. Sampai saat ini pun pengelola juga tidak menarik retribusi jika ada pengunjung yang datang atau mengambil air.
‘’Kalau musim kemarau dan kekeringan seperti sekarang ini makin banyak orang kesini. Sebab, air Sendang Kaliancar ini memang terkenal bagus, lebih bagus dari air sumur atau PDAM,’’ ujarnya.
Madekun mengungkapkan, air sendang ini buat mandi tidak licin di kulit, terus warga desa yang ambil air sendang buat minum, biasanya langsung diminum tanpa dimasak. Ini karena air sendang memiliki kandungan mineral yang kaya. Apalagi musim kemarau seperti ini kandungan mineralnya semakin tinggi.