Menanam Sayur di Rumah, Cara Arina Mandiri Pangan dan Hidup Sehat  

Tips jaga imunitas hingga jadi peluang usaha saat pandemik

Semarang, IDN Times - Saat dunia terpuruk karena wabah COVID-19, ternyata sebagian masyarakat masih bisa mengambil hikmah positif dari kejadian tersebut. Mereka justru menemukan minat dan aktivitas baru untuk dikerjakan selama pandemik atau menjalani masa pembatasan jarak sosial.

1. Pandemik jadi alasan untuk memulai aktivitas bercocok tanam di rumah

Menanam Sayur di Rumah, Cara Arina Mandiri Pangan dan Hidup Sehat  Arina Molitha (39 tahun), warga Kota Semarang melakukan aktivitas bercocok tanam di rumahnya Jalan Kyai Saleh No 13. (IDN Times/Anggun Puspitoningrum)

Bercocok tanam di rumah yang dilakukan masyarakat perkotaan atau kerap disebut urban farming mendadak menjadi tren dan kebiasaan baru dalam 1,5 tahun belakangan ini. Mereka memanfaatkan lahan terbatas di sekitar tempat tinggal dan memulai berkebun atau bertani, sekaligus menyalurkan minat dan meningkatkan imunitas di tengah pandemik.

Seperti yang dilakukan Arina Molitha (39 tahun), warga Kota Semarang itu memulai aktivitas bercocok tanam di rumah pada awal pandemik tahun 2020 lalu. Dia terinspirasi dari orang tuanya yang terlebih dahulu memulai aktivitas urban farming di Jakarta.

‘’Melihat orang tua saya yang semangat mengambil hikmah positif dari pandemik, saya jadi terinspirasi. Apalagi, saat mereka menunjukkan bibit tanaman itu tumbuh setiap hari melalui foto-foto yang dikirim ke aplikasi percakapan. Itu menginspirasi anak-anaknya. Setelah itu saya langsung membeli alat-alat bercocok tanam secara online, karena saat itu ada social distancing,’’ ungkapnya saat ditemui di rumahnya di Jalan Kyai Saleh No 13 Semarang.

2. Belajar urban farming secara daring

Menanam Sayur di Rumah, Cara Arina Mandiri Pangan dan Hidup Sehat  Arina Molitha (39 tahun), warga Kota Semarang melakukan aktivitas bercocok tanam di rumahnya Jalan Kyai Saleh No 13. (IDN Times/Anggun Puspitoningrum)

Ibu tiga anak ini memulai hobi baru bercocok tanam dengan serba online. Mulai belanja perlengkapan berkebun di marketplace hingga belajar menanam lewat YouTube semua dilakukan secara daring.

’’Maka, saya ini petani YouTube. Bahkan, saking milenialnya pertama kali menanam saya lakukan di balkon depan kamar biar mudah memantau pertumbuhan bibit, kan males kita anak mager seneng rebahan,’’ tuturnya sambil bercanda.

Arina juga mengaku, ini pengalaman pertama karena sebelumnya tidak pernah melakukan aktivitas bercocok tanam. Bermodal peralatan bercocok tanam secara hidroponik, ia menanam sayuran seperti kangkung, pokcoy, sawi dan bayam.

Baca Juga: Kisah Pengusaha Informal di Demak dalam Menjaga Ketahanan Pangan Warga

3. Menanam sayur secara hidroponik dan diunggah di media sosial

Menanam Sayur di Rumah, Cara Arina Mandiri Pangan dan Hidup Sehat  Arina Molitha (39 tahun), warga Kota Semarang melakukan aktivitas bercocok tanam di rumahnya Jalan Kyai Saleh No 13. (IDN Times/Anggun Puspitoningrum)

‘’Sebagai pemula saya menanam secara hidroponik, yang gampang dulu deh. Tidak menggunakan metode tanah, ya begitulah anak muda tidak mau kotor terus pakai air nanamnya,’’ imbuhnya.

Namun, karena sudah niat dan dilakukan dengan hati kegiatan urban farming ini membuat perempuan kelahiran Magelang ini makin jatuh cinta. Selama bulan Maret sampai Oktober, Arina bisa berkali-kali panen sayuran. Hasil panen itu dibagi-bagikan ke saudara dan tetangga. Sebagai milenial pun ia tak lupa mengunggah keseruan aktivitas berkebun itu ke media sosial.

‘’Kok lama-lama seru juga ya berhasil dan bisa panen sayur sendiri. Kesenangan itu saya posting di media sosial juga, ternyata dampaknya luar biasa. Teman-teman saya jadi pengen belajar bercocok tanam. Okelah, akhirnya saya ajari mereka lewat Whatsapp melalui grup Mari Belajar Berkebun. Saya pun juga terus belajar dengan mengikuti pelatihan secara daring dari yang gratis sampai berbayar,’’ katanya.

4. Menanam untuk jaga ketahanan pangan dan hidup sehat

Menanam Sayur di Rumah, Cara Arina Mandiri Pangan dan Hidup Sehat  Arina Molitha berbagi hasil panen sayur hidroponik kepada saudara dan tetangga. (IDN Times/Anggun Puspitoningrum)

Selama menjalani aktivitas urban farming ini banyak sekali manfaat yang dirasakan oleh Arina. Selain mengisi waktu di rumah saat pandemik, menanam sayuran di rumah ini juga untuk menjaga ketahanan pangan dan menerapkan gaya hidup sehat, disamping itu manfaat lain adalah bisa lebih berhemat.

‘’Sebab, kalau beli sayur organik di supermarket lumayan harganya bisa sampai Rp 15.000 per ikat. Kalau menanam sendiri untuk selada kita hanya butuh modal Rp 600--Rp 1000. Lebih murah dan jelas sehat, karena sayurannya kita rawat sendiri,’’ tuturnya.

Aktivitas urban farming yang dijalani Arina selama pandemik itu pun telah merambah menjadi ladang bisnis. Sebab, hasil panen sayuran dari kebunnya bisa dijual dan dia juga kerap diundang untuk berbagi ilmu tentang bercocok tanam. Bahkan, dalam dua bulan belakangan perempuan yang mempunyai studio yoga ini membuka usaha katering makanan sehat yang bahannya berasal dari kebun sayurnya.

5. Dari urban farming merambah ke bisnis

Menanam Sayur di Rumah, Cara Arina Mandiri Pangan dan Hidup Sehat  Bisnis katering makanan sehat dikembangkan Arina Molitha dari aktivitas urban farming. (IDN Times/Anggun Puspitoningrum)


"Hasil panen sayur itu awalnya tidak niat saya jual. Bagi yang mau, silakan ambil for free. Namun, teman-teman yang biasa yoga disini ini setelah ambil sayur malah bayar transfer ke rekening saya. Namun, saya tidak berupaya untuk memasarkan hasil panen, tapi jualannya dari edukasi bagi mereka yang ingin belajar bercocok tanam saya jual starter kit menanam bayam, kangkung, sawi dan lainnya. Mereka bisa beli seharga Rp 100 ribu per paket," katanya.

Kemudian, lanjut dia, aktivitas disini mulai yoga dan menanam sayur juga mendorong orang untuk makan sehat. Maka, bikin katering makanan sehat. "Katering makanan sehat ini tidak hanya makan salad, tapi juga menerapkan makan dengan gizi seimbang, pakai bahan yang fresh, tidak digoreng, tidak menggunakan bumbu instan atau kemasan," ujar perempuan yang dulu pernah berkarir di perusahaan event organizer itu.

Selama bergelut dalam bercocok tanam ini ada nilai yang diambil oleh Arina. Dia mengatakan, hidup itu pada dasarnya seperti aktivitas menanam. Ada proses menyemai, memupuk, hingga memanen.

6. Generasi milenial harus mau hidup berproses

Menanam Sayur di Rumah, Cara Arina Mandiri Pangan dan Hidup Sehat  Arina Molitha mengajarkan anaknya bercocok tanam di rumah. (IDN Times/Anggun Puspitoningrum)

"Kalau generasi milenial sekarang disebut sebagai generasi instan, saya ingin mengubah mindset itu. Bahwa generasi saya ini mau berproses dan bisa menemukan pemahaman hidup dari proses bercocok tanam," katanya.

Maka, imbuh dia, yang menjadi tantangan bagi generasi muda yang ingin menggeluti bidang apapun termasuk pertanian atau perkebunan ini adalah mengalahkan diri sendiri dari malas, mager, atau rebahan. Setelah sadar harus tahu dengan potensi yang dimiliki dan mau berubah menjadi lebih baik dengan segera mengambil keputusan dan bertindak.

Baca Juga: Warga Giatkan Urban Farming di Lokasi Proyek SPAM Semarang Barat

Topik:

  • Bandot Arywono

Berita Terkini Lainnya