Pakar Sastra Jawa Unnes: Bahasa Jawa Sudah Melintasi Zaman Dengan Caranya Sendiri

Ajak peserta didik belajar bahasa Jawa dengan cara menyenangkan

Semarang, IDN Times - Kekhawatiran terhadap kepunahan bahasa daerah selalu muncul dalam setiap zaman. Apalagi, di zaman modern seperti sekarang yang mana anak-anak muda millennial dan generasi Z lebih tertarik dengan segala sesuatu yang kekinian, termasuk bahasa.

1. Kepunahan bahasa Jawa sudah dikhawatirkan sejak dulu

Pakar Sastra Jawa Unnes: Bahasa Jawa Sudah Melintasi Zaman Dengan Caranya SendiriBudaya Jawa (Instagram.com/jogjaseni)

Tentu untuk mempertahankan bahasa daerah agar tetap digunakan dan dituturkan dalam pergaulan sehari-hari ini menjadi tantangan. Lalu, bagaimana caranya mengajak generasi muda khususnya di Jawa Tengah untuk mau mengenal dan menuturkan bahasa Jawa yang juga kerap disebut sebagai bahasa ibu ini.

Dosen Sastra Jawa Fakultas Bahasa dan Sastra Universitas Negeri Semarang (Unnes), Dhoni Zustiyantoro mengatakan, kekhawatiran lunturnya bahasa Jawa ini tidak hanya terjadi pada zaman sekarang. Sejak dahulu kala saat abad ke-19 atau ke-20 bahkan pada masa kolonialisme, sudah ada kekhawatiran bahwa bahasa dan budaya daerah akan terkikis oleh zaman.

‘’Lalu, hari ini apakah bahasa Jawa sudah benar-benar hilang, nyatanya kan tidak. Bahasa Jawa sudah melintasi zaman dengan caranya sendiri. Bahasa Jawa sudah berevolusi dari zaman kuno, tengahan hingga modern yang banyak mengalami perubahan ini. Dengan berhasilnya melintasi zaman, artinya bahasa Jawa sudah bisa beradaptasi dengan zaman sekarang,’’ ungkapnya saat dihubungi IDN Times, Jumat (17/6/2022).

Baca Juga: 6 Fakta Asal-usul Suku Jawa, Ternyata Keturunan China dan India

2. Inovasi pembelajaran bahasa Jawa perlu diapresiasi

Pakar Sastra Jawa Unnes: Bahasa Jawa Sudah Melintasi Zaman Dengan Caranya SendiriIlustrasi wayang (ANTARA FOTO/Andreas Fitri Atmoko)

Dalam meregenerasi penutur bahasa Jawa, pemerintah juga sudah melakukan upaya mewajibkan pembelajaran bahasa Jawa di semua jenjang pendidikan di Jawa Tengah dan DI Yogyakarta. Selain itu, sejumlah inovasi yang dilakukan oleh para pendidik melalui media pembelajaran juga perlu diapresiasi.

‘’Inovasi itu dengan memanfaatkan media sosial menjadi sarana yang masif untuk mengajarkan bahasa Jawa. Ini karena generasi muda sekarang suka sesuatu yang praktis dan berjam-jam menghabiskan waktu di dunia maya. Maka, hadirlah konten-konten seperti video atau games berbahasa atau memakai aksara Jawa di media sosial. Dengan demikian, tidak perlu khawatir yang berlebihan,’’ jelasnya.

Dhoni mencermati eksistensi bahasa Jawa juga tampak pada minat calon mahasiswa yang memilih program studi Pendidikan Bahasa Jawa dan Sastra Jawa di Unnes. Dari 120 kuota yang tersedia setiap tahun ada 1.000 calon mahasiswa yang mendaftar.

3. Orang luar Jawa berminat belajar bahasa Jawa

Pakar Sastra Jawa Unnes: Bahasa Jawa Sudah Melintasi Zaman Dengan Caranya SendiriIlustrasi aksara Jawa. IDN Times/Febriana Sinta

Menurut dia, ada pelebaran kepeminatan dari calon mahasiswa yang mendaftar jurusan Bahasa Jawa. Mereka tidak hanya orang Jawa yang tinggal di wilayah Jawa Tengah dan DI Yogyakarta, tetapi ada yang dari Jakarta, Jawa Barat hingga Kalimantan.

‘’Ini menarik kan, mahasiswa Bahasa Jawa tidak hanya wong Jowo. Mereka yang bukan orang Jawa tertarik belajar bahasa Jawa karena ingin bisa bicara bahasa Jawa, ada juga yang ingin mempelajari naskah-naskah Jawa kuno,’’ ujarnya.

Sehingga, ini menjadi tantangan bagi pendidik untuk memberikan pembelajaran yang menyenangkan, inovatif dan kreatif. Ini menjadi kunci atau tolak ukur agar mereka mau belajar lebih jauh.

4. Bahasa Jawa dengan dialek khas diusulkan untuk dipelajari

Pakar Sastra Jawa Unnes: Bahasa Jawa Sudah Melintasi Zaman Dengan Caranya SendiriIDN Times/Galih Persiana

‘’Pemberian materi guru dan dosen tidak boleh satu arah. Jangan membuat peserta didik pasif, jangan hanya diceramahi di kelas. Mari kita bangun diskusi dengan mengajak mereka berbicara dan bercakap-cakap dengan bahasa Jawa. Istilahnya, omongo nggo boso jowo, jadikan bahasa Jawa menjadi bahasa pengantar kita,’’ katanya.

Sementara itu, pandemik COVID-19 juga memberikan dampak positif terhadap arah pembelajaran bahasa Jawa ke depannya. Pada Forum Group Discussion Kongres Bahasa Jawa akhir tahun 2021 lalu, banyak masukan dari pakar hingga pendidik terkait bagaimana bahasa Jawa pada masa mendatang dan mau seperti apa generasi penutur bahasa Jawa di masa depan.

‘’Kami pun mengusulkan agar bahasa Jawa yang mempunyai dialek khas di masing-masing daerah juga dipelajari, sehingga bahan ajar tidak terpusat bahasa Jawa Solo atau Yogyakarta saja. Sebab, Pulau Jawa ini kan kaya dengan dialek daerah. Misalnya, dialek Pati, Rembang, Semarang, Brebes, Tegal hingga Cilacap punya dialek yang khas. Sudah ada sejumlah wacana untuk mendukung agar itu bisa diterapkan,’’ jelas Dhoni.

5. Dorong penggunaan bahasa Jawa dalam komunikasi formal

Pakar Sastra Jawa Unnes: Bahasa Jawa Sudah Melintasi Zaman Dengan Caranya Sendiriilustrasi budaya Jawa (unsplash.com/camerale)

Selain itu, untuk melanggengkan bahasa Jawa, dosen yang mengampu mata kuliah budaya Jawa ini mendorong agar bahasa Jawa juga digunakan dalam wilayah komunikasi atau formal.

‘’Dalam konteks kesadaran, bahasa Jawa harus dipakai dalam pergaulan sehari-hari terkhusus kalau kita hidup di Pulau Jawa. Sebab, ukuran regenerasi bahasa Jawa ini berhasil kalau dari simbah hingga buyut masih bercakap-cakap dengan bahasa Jawa. Disamping itu, bukan tidak mungkin pada masa-masa mendatang bahasa Jawa tetap dituturkan. Meskipun ada gesekan budaya lain atau bahasa lain,’’ tandasnya.

Baca Juga: Resep Pipis Kopyor, Si Manis Khas Jawa Tengah yang Mulai Sulit Dicari

Topik:

  • Bandot Arywono

Berita Terkini Lainnya