Pandemik, Ibu Kos di Semarang Beri Diskon hingga Tiru Bisnis MLM 

Keterisian kamar kurang dari 50 persen

Semarang, IDN Times - Pandemik COVID-19 berimbas pada bisnis sewa properti. Seiring pemberlakuan kebijakan pembatasan jarak sosial, usaha kos-kosan di area kampus seperti di kawasan Tembalang Kota Semarang lesu. 

Hal itu karena perguruan tinggi di sekitar kawasan tersebut menerapkan pembelajaran secara daring kepada mahasiswa selama pandemik. Sehingga, para mahasiswa memutuskan meninggalkan indekos dan pulang ke daerah asal.

1. Anak kos mulai pamit sebulan setelah pandemik COVID-19

Pandemik, Ibu Kos di Semarang Beri Diskon hingga Tiru Bisnis MLM Ilustrasi Dekorasi Ruang Kamar (IDN Times/Sunariyah)

Alhasil, dampak itu dirasakan Shelly Rahmathia, pemilik bisnis DNS Kost di Jalan Tanjungsari Dalam III No 9 Sumurboto Banyumanik Semarang. Tidak lama setelah virus corona masuk ke Indonesia, pada bulan April 2020 para anak kos pamit meninggalkan tempat tinggal sewanya untuk pulang ke rumah mereka.

‘’Memang pada awal-awal pandemik mereka (anak kos) masih bertahan di kost, tapi mereka kan jarang kuliah karena pembelajaran tatap muka dihentikan. Nah, setelah ada pemberlakuan kuliah online dari kampus mereka satu persatu meninggalkan kos-kosan,’’ ungkapnya saat dihubungi, Jumat (19/2/2021).

Sambil melihat kondisi ada beberapa anak kos yang masih menitipkan barang di kos-kosan, meskipun mereka sudah kembali ke rumah. Pada kondisi itu Shelly mulai memberikan potongan harga atau diskon kepada penyewa kamar.

2. Pemasukan pemilik kos masih ada harapan ketika para penghuni masih titip barang

Pandemik, Ibu Kos di Semarang Beri Diskon hingga Tiru Bisnis MLM Kamar kosan (istimewa)

‘’Jadi bagi yang masih titip barang saat mereka sudah pulang ke daerah asal, untuk kamar ber-AC aku diskon 50 persen dan kamar non AC potongannya Rp 200 ribu. Dengan cara itu masih ada pemasukan untuk saya, tapi setelah lebih dari sebulan akhirnya mereka memutuskan keluar,’’ tuturnya.

Ada tiga jenis kamar yang disewakan di sana, yakni kamar AC dengan biaya sewa Rp 1,2 juta per bulan, kamar non AC dengan kamar mandi dalam Rp 650 ribu, dan kamar non AC kamar mandi luar Rp 450 ribu.

Kini dari 19 kamar yang tersedia di DNS Kost hanya 8 kamar yang terisi, yakni 6 penghuni kamar non AC kamar mandi dalam dan 2 penghuni kamar non AC kamar mandi luar. Artinya, karena pandemik terjadi penurunan tingkat hunian kamar kos di sana lebih dari 50 persen. Kondisi itu pun tidak hanya dirasakan oleh Shelly.

Baca Juga: Vaksinasi COVID-19 Dorong Optimisme Bisnis Properti di Semarang 

3. Pemilik kos tetap harus mengeluarkan biaya operasional untuk kamar

Pandemik, Ibu Kos di Semarang Beri Diskon hingga Tiru Bisnis MLM ANTARA FOTO/Indrianto Eko Suwarso

Menurut dia, hampir semua pemilik kos di lingkungan tempat tinggalnya juga merasakan dampak yang sama sepertinya. ‘’Kebanyakan kalau kosnya untuk perempuan imbasnya sama. Kos jadi sepi dan hampir tidak ada penghuni, tapi kondisi itu berbeda dengan kos-kosan putra. Di sana masih banyak yang nge-kos, karena mayoritas cowok-cowok ini enggan pulang ke rumah saat pandemik,’’ ujarnya.

Sudah jatuh tertimpa tangga, meskipun jumlah penghuni berkurang ibu kos masih harus menanggung biaya operasional dari properti sewa yang dimiliki. Seperti di DNS Kost, setiap bulan pemilik harus mengeluarkan budget minimal sebesar Rp 1,5 juta untuk membayar listrik dan internet. Apalagi, listrik yang terpasang di indekos memiliki daya tinggi dan dengan internet kelas bukan rumah tangga.

‘’Ya, meski masih cukup buat bayar operasional kos-kosan, tapi nggak cukup kalau untuk memenuhi kebutuhan rumah tangga. Sebab, pemasukan dari kos tinggal 30 persen daripada sebelum pandemik COVID-19,’’ ungkap Shelly.

4. Kini mayoritas penghuni kos dari kalangan karyawan dan mahasiswa S2

Pandemik, Ibu Kos di Semarang Beri Diskon hingga Tiru Bisnis MLM pixabay/StartupStockPhotos

Saat ini penghuni kos yang masih tinggal di DNS Kost adalah para karyawan dan mahasiswa S2. Sebab, kalangan tersebut tidak menerapkan work from home maupun school from home. 

Berbagai upaya dilakukan oleh pemilik kos untuk meningkatkan tingkat hunian kamar kos. Shelly sendiri berinovasi dengan membuka kos harian dengan biaya Rp 75 ribu untuk kamar non AC kamar mandi dalam. Kemudian, secara personal dia pun mendekati anak kos untuk mengajak promosi jika ada teman kerja atau kuliah mereka yang cari tempat tinggal. 

‘’Untuk kos harian ini pun sampai sekarang tidak ada peminatnya, karena memang masih pandemik dan orang nggak berpikir untuk bepergian. Namun, kalau yang gethok tular anak kos ikut promosi ini ada hasilnya, karena ada dua penghuni baru masuk diajak sama yang sudah kos disini. Ke depan, saya ingin memberikan komisi kepada anak kos yang mengajak temannya kos di sini potongan Rp 100 ribu untuk biaya kos bulan depannya, jadi kayak model MLM gitu,’’ jelasnya.

5. Kos menerapkan protokol kesehatan COVID-19 ketat

Pandemik, Ibu Kos di Semarang Beri Diskon hingga Tiru Bisnis MLM Ilustrasi cuci tangan. IDN Times/Nurulia R. Fitri

Sementara, selama pandemik penerapan protokol kesehatan tetap berlaku di lingkungan DNS Kost. Bagi semua penghuni wajib memakai masker di lingkungan kos, kemudian pemilik juga memasang keran cuci tangan di depan pintu masuk, lalu ada sterilisasi rutin dari mulai pagar hingga gagang pintu kamar.

‘’Saya pun akan terus promosi baik secara langsung menawarkan kos dengan spanduk-spanduk dan promosi di media sosial. Selain itu, juga mendaftar di aplikasi pencarian kos. Meskipun, pesimis bisa untuk membidik mahasiswa yang ingin nge-kos, tapi masih optimistis untuk menyasar para karyawan untuk sewa kos di sini,’’ tandasnya.

Baca Juga: Mau Investasi Pertashop? Ini Syarat dan Peluang Bisnis di Jateng DIY

Topik:

  • Bandot Arywono

Berita Terkini Lainnya