Prodi Bahasa Jawa di Unnes Tak Terkalahkan dengan Kecanggihan AI 

Mahasiswa juga belajar karawitan hingga ketoprak

Semarang, IDN Times - Kemajuan teknologi yang sangat masif saat ini berimbas pada kemunculan program studi (prodi) berbasis teknologi informasi di sejumlah perguruan tinggi di Indonesia. Kendati demikian, hal itu tidak membuat program studi lama yang menjunjung kearifan lokal tenggelam seperti prodi Pendidikan Bahasa Jawa dan prodi Sastra Jawa di Universitas Negeri Semarang (Unnes). 

1. Prodi Bahasa Jawa kebal terhadap gempuran tren prodi baru

Prodi Bahasa Jawa di Unnes Tak Terkalahkan dengan Kecanggihan AI Andrey Suslov / Shutterstock

Prodi tersebut dapat dikatakan unik dan kebal terhadap gempuran tren prodi-prodi baru di perguruan tinggi. Tidak semua perguruan tinggi memiliki prodi yang mempelajari secara mendalam bahasa Jawa.

Untuk di Provinsi Jawa Tengah saja, hanya lima perguruan tinggi yang ada prodi Bahasa Jawa seperti Unnes, Universitas PGRI Semarang, Universitas Muhammadiyah Purwokerto, Universitas Veteran Sukoharjo, dan Universitas Sebelas Maret Surakarta.

Dosen Prodi Sastra Jawa Unnes, Dr Dhoni Zustiyantoro mengatakan, pembukaan prodi Pendidikan Bahasa Jawa dan Sastra Jawa di Unnes pada awal tahun 1990-an ini karena kebutuhan masyarakat.

‘’Hingga sekarang prodi ini masih bertahan saat muncul tren prodi berbasis teknologi informasi seperti prodi sains data, komputer sains, digital marketing, dan lainnya,’’ ungkapnya saat dikonfirmasi IDN Times, Jumat (18/8/2023).

Baca Juga: Unnes Buka Peluang bagi Hafiz Quran dan Pemain E-Sport Diterima Jalur Prestasi

2. Peminat prodi Bahasa Jawa tidak kurang-kurang

Prodi Bahasa Jawa di Unnes Tak Terkalahkan dengan Kecanggihan AI Dosen Program Studi Sastra Jawa Universitas Negeri Semarang, Dr Dhoni Zustiyantoro. (IDN Times/Dhoni Z/bt)

Selain untuk memenuhi kebutuhan masyarakat, jumlah peminat dari prodi Bahasa Jawa di Unnes juga tidak kurang-kurang setiap tahun. Untuk prodi Pendidikan Bahasa Jawa, jumlah peminatnya mencapai 1.000-an orang, padahal kursi yang disediakan hanya untuk 125 orang.

Demikian juga, prodi Sastra Jawa yang setiap tahun memiliki ratusan peminat, meskipun hanya tersedia 25 kursi untuk calon mahasiswa.

‘’Realitasnya ya memang masih dibutuhkan masyarakat, karena untuk memenuhi kebutuhan guru Pendidikan Bahasa Jawa di satuan pendidikan mulai SD, SMP, SMA sederajat. Apalagi, memang ada regulasi yang mewajibkan Pendidikan Bahasa Jawa tetap ada di sekolah di Jawa Tengah,’’ kata peneliti Bahasa dan Sastra Jawa itu.

3. Lulusannya bisa jadi seniman

Prodi Bahasa Jawa di Unnes Tak Terkalahkan dengan Kecanggihan AI Seorang perempuan saat berlatih karawitan di Taman Budaya Raden Saleh (TBRS) Semarang. IDN Times/Fariz Fardianto

Dalam pembelajaran di Fakultas Bahasa dan Seni itu, mahasiswa prodi Pendidikan Bahasa Jawa dan Sastra Jawa dididik untuk menjadi manusia yang berkarakter baik, memiliki jati diri, mampu berpikir ilmiah menguasai ilmunya, serta memiliki kecakapan hidup atau life skill dalam rangka memenangi persaingan global pada bidang yang ditekuninya itu.

‘’Namun tidak selalu lulusan Pendidikan Bahasa Jawa jadi guru. Ada yang jadi seniman, pekerja kreatif, pranatacara. Sebab, memang sejauh mana mahasiswa mau mengeksplore kepeminatan mereka di kampus. Melalui kurikulum prodi sudah menyediakan resource di bidang seni. Semua itu difasilitasi melalui kurikulum, sejauh mana mereka mengeksplorasi ketertarikannya, sehingga saat lulus mereka tahu mau jadi apa. Meskipun, bergelar sarjana pendidikan (SPd) ada juga yang jadi pranatacara, jadi sinden, yang jadi seniman juga ga kurang kurang,’’ jelas pria berusia 35 tahun itu.

Hal itu karena selama duduk di bangku kuliah, mahasiswa juga dibekali dengan soft skill, baik yang terintegrasi dalam mata kuliah maupun bisa dipilih melalui Unit kegiatan Mahasiswa (UKM). Melalui mata kuliah, mahasiswa akan mempelajari kepewaraan, panatacara, karawitan, tembang, hingga produksi tulis. Sedangkan, UKM yang sejalan dengan program studi ialah UKM Karawitan, Ketoprak, Panembrama, maupun Tari Klasik dan Kreasi.

4. Belajar bahasa Jawa seperti mempelajari diri sendiri

Prodi Bahasa Jawa di Unnes Tak Terkalahkan dengan Kecanggihan AI Ilustrasi aksara Jawa (IDN Times/Febriana Sinta)

Sementara, menurut Dhoni yang juga lulusan prodi Sastra Jawa di Unnes hingga meraih doktor pada ilmu yang sama itu mengungkapkan, belajar bahasa dan sastra budaya Jawa sebenarnya mempelajari diri sendiri.

‘’Sebab, kita berangkat dari suku Jawa, bahasa ibu kita bahasa Jawa, ruang sosial kita di lingkungan masyarakat Jawa, dan norma adat budaya Jawa. Dan tentu saja berbeda dalam menjalani semua itu sebagai orang Jawa dan belajar menekuninya di bangku pendidikan formal. Pasalnya, dalam perkuliahan kita mempelajari lebih dalam,’’ jelasnya.

Dengan demikian, imbuh dia, memang zaman berubah dengan dinamis dan cepat, bicara Chat GPT dan AI. Apakah menjadi mahasiswa Jawa masih relate di masa sekarang atau masa depan?

‘’Di awal yang ditekankan pada mereka bahwa menjadi mahasiswa tidak hanya dididik menjadi pinter dalam 4-5 tahun diasah kognitifnya. Selain itu, mereka juga diajarkan tentang keterampilan bersosialisasi dan memilih bidang ketertarikan. Hal itu tidak bisa di-switch ke AI atau ChatGPT, karena basisnya kita sebagai manusia,’’ tandasnya.

Baca Juga: Sama Tapi Beda! 10 Perbedaan Kosakata Bahasa Jawa dan Indonesia ini

Topik:

  • Dhana Kencana

Berita Terkini Lainnya