Ramadan Asyik di Pekalongan, Kota Batik Dunia yang Junjung Toleransi

Pelaku usaha panen untung jualan daster saat pandemik

Pekalongan, IDN Times - Setiap daerah pasti memiliki tradisi dan budaya yang khas pada setiap bulan Ramadan, tak terkecuali di Kota Pekalongan Jawa Tengah. Kota yang mendapat julukan Kota Batik Dunia itu memiliki keunikan dan keanekaragaman budaya yang hingga saat ini terus dilestarikan.

Hal itu terungkap dalam obrolan Live Instagram IDN Times melalui program ‘’Salam Ramadan, Cerita Indonesia’’, Selasa (13/4/2021). Acara yang dipandu Editor in Chief IDN Times, Uni Lubis itu menghadirkan Wali Kota Pekalongan, Achmad Afzan Arslan Djunaid. Kepala daerah yang terpilih dalam Pilkada Serentak 2020 itu berbagi cerita tentang kota yang dipimpinnya.

1. Selain Kota Batik, Kota Pekalongan juga disebut sebagai Kota Religi

Ramadan Asyik di Pekalongan, Kota Batik Dunia yang Junjung ToleransiANTARA FOTO/Siswowidodo

Afzan mengungkapkan, selain mendapat predikat Kota Batik, Kota Pekalongan juga disebut sebagai Kota Religi. Sebutan itu lahir dari kultur budaya masyarakatnya yang memang religius, karena ada banyak habib dan ulama yang berdomisili di kota tersebut.

Keberadaan Habib Luthfi Yahya, Habib Abdullah Bagir Al Athos, dan ulama yang lain semakin menasbihkan Pekalongan sebagai kota religi. Sebab, setiap para ulama tersebut mengadakan perayaan maulid atau haul selalu didatangi banyak jamaah. Tidak hanya ratusan orang, tapi mencapai puluhan ribu orang. Mereka datang dari dalam kota, luar kota, bahkan luar negeri.

‘’Sehingga, pada bulan Ramadan seperti sekarang ini suasana religi sangat terasa sekali. Namun, di masa pandemik ini harus menyesuaikan dengan protokol COVID-19,’’ ungkapnya.

Baca Juga: 7 Tempat Wisata Alam di Pekalongan yang Menawan, Penat Langsung Hilang

2. Warga Kota Pekalongan selalu antusias dengan datangnya bulan Ramadan

Ramadan Asyik di Pekalongan, Kota Batik Dunia yang Junjung ToleransiProgram ''Salam Ramadan, Cerita Indonesia'' hadir melalui Live Instagram IDN Times. (IDN Times/Anggun Puspitoningrum)

Seperti umumnya bulan Ramadan, segala kegiatan keagamaan selalu disambut antusias oleh masyarakat muslim. Begitupun di kota yang berada di Pantai Utara Jawa itu, kegiatan keagamaan mulai salat tarawih, salat tasbih pada malam ke-21 keatas, dan budaya nuzulul quran selalu dipadati warga.

‘’Hanya saja karena ada pandemik COVID-19, pada Ramadan tahun lalu kegiatan tersebut dibatasi atau tidak diperbolehkan. Namun, pada tahun ini salat tarawaih sudah bisa lagi dilakukan dengan menerapkan protokol kesehatan,’’ kata lelaki yang akrab disapa Aaf itu.

Dalam kondisi pandemik di bulan Ramadan ini, Pemerintah Kota Pekalongan terus memantau pelaksanaan ibadah di masjid-masjid. Apakah disana sudah disiplin menerapkan protokol kesehatan. Sebab, hal itu lebih penting sebagai upaya antisipasi penyebaran virus corona.

3. Ibadah Ramadan tetap harus memperhatikan protokol kesehatan COVID-19

Ramadan Asyik di Pekalongan, Kota Batik Dunia yang Junjung ToleransiANTARA FOTO/Adiwinata Solihin

‘’Jangan sampai bulan Ramadan ini ada klaster baru, karena masyarakat bersemangat untuk beribadah. Kami tentu tidak melarang atau membatasi warga untuk beribadah, tetapi yang terpenting harus mematuhi protokol kesehatan,’’ tuturnya.

Adapun, keunikan dari Kota Pekalongan yang perlu diketahui oleh generasi millennial antara lain, kota tersebut sudah dinobatkan sebagai The World City of Batik. Museum Batik adalah salah satu penanda dari kota tersebut. Pada setiap Hari Batik 2 Oktober ada perayaan yang selalu rutin digelar.

Kemudian sebagai kota religi, keberadaan habib dan ulama disana juga menarik datangnya jemaah dari berbagai kota dan luar negeri. Pada saat perayaan haul atau maulid, hotel, restoran, dan tempat wisata selalu padat pengunjung. Lalu, saat ini sektor perikanan menjadi ikon baru di Kota Pekalongan.

4. Daster Pekalongan laris manis saat pandemik

Ramadan Asyik di Pekalongan, Kota Batik Dunia yang Junjung Toleransipixabay.com/Ganossi

Kendati demikian, lagi-lagi pandemik memukul perekonomian warga dan pelaku usaha di kota yang terletak di jalur Pantura yang menghubungkan Jakarta-Semarang-Surabaya itu. Pada baik Lebaran tahun lalu maupun tahun ini perajin dan pelaku usaha batik terimbas kebijakan pemerintah terkait larangan mudik. Jumlah wisatawan yang datang ke Kota Pekalongan akan turun drastis.

‘’Namun, kami terus mendorong agar perajin dan pelaku usaha batik ini tetap memasarkan produknya secara online. Sebab, mau tidak mau kita harus mengikuti perkembangan zaman. Alhamdulillah, di era pandemik daster yang ramai, karena imbauan di rumah saja ibu-ibu lebih enak pakai daster. Cuma ada kendala bahan dasar yang langka dan harga bahan juga naik secara signifikan, tapi kami tetap dorong mereka harus berkreasi untuk meningkatkan omzet,’’ jelas Aaf.

Selanjutnya, yang menarik lainnya dan tak ketinggalan adalah kuliner. Wali Kota yang merupakan putra daerah asli Pekalongan itu menuturkan, bahwa kuliner di tanah kelahirannya itu lezat dan nikmat.

Baca Juga: Resep Soto Tauto Khas Pekalongan yang Berkuah Asam Pedas Menghangatkan

5. Kuliner Pekalongan menggoyang lidah wisatawan hingga tamu kenegaraan

Ramadan Asyik di Pekalongan, Kota Batik Dunia yang Junjung Toleransifacebook.com/nazneen.bahasuan

‘’Ada soto tauto, garang asem, gule kacang ijo, nasi megono, uwet, sego otot. Bahkan, ketika ada kunjungan tamu kenegaraan yang berkunjung di daerah sekitar Pekalongan pasti kulinernya tetap di Kota Pekalongan,’’ tuturnya.

Sementara, bulan Ramadan di Kota Pekalongan pun selalu berjalan damai. Kondisi ini karena warga disana sangat menjunjung tinggi kerukunan dan toleransi antar umat beragama.

Aaf mengungkapkan, banyak etnis di Kota Pekalongan. Tidak hanya Jawa, tapi juga ada Tionghoa dan Arab. Namun, mereka hidup berdampingan, toleransi antar umat beragama berjalan alamiah.

6. Toleransi dan kerukunan antar umat beragama sangat solid

Ramadan Asyik di Pekalongan, Kota Batik Dunia yang Junjung ToleransiIlustrasi (ANTARA FOTO/Mohamad Hamzah)

‘’Alhamdulillah, kejadian terorisme yang ramai belum lama ini tidak memengaruhi kerukunan umat beragama disini. Kami hidup berbaur dan bersatu, bahkan ada hal yang menarik di kota ini. Jika ada warung makan yang memiliki pelanggan dari Jawa, Tionghoa, dan Arab itu menjadi penanda kalau makanan disana pasti enak. Entah itulah mitos yang terjadi, tapi hikmahnya bisa membuat warga rukun dan kehidupan berjalan kondusif,’’ imbuhnya.

Kemudian, sejumlah tradisi Ramadan di Kota Pekalongan harus dibatasi seperti Tontongprek budaya membangunkan warga untuk sahur, tradisi bermain petasan, dan budaya balon udara saat Syawalan.

‘’Kami batasi karena Tongtongprek akan mengundang kerumunan, sedangkan petasan jelas tidak boleh baik diperdagangkan ataupun dimainkan, dan tradisi balon udara ini kami larang karena mengganggu lalu lintas penerbangan,’’ tandasnya.

7. IDN Times mengulik budaya tradisi di berbagai daerah melalui ‘’Salam Ramadan, Cerita Indonesia’’

Ramadan Asyik di Pekalongan, Kota Batik Dunia yang Junjung ToleransiEditor in Chief IDN Times, Uni Lubis membuka program perdana ''Salam Ramadan, Cerita Indonesia'' melalui Live Instagram IDN Times, Selasa (13/4/2021). (IDN Times/Anggun Puspitoningrum).

Melalui Salam Ramadan, Cerita Indonesia IDN Times menghadirkan obrolan seru dengan nara sumber para kepala daerah di Indonesia membahas tentang tradisi dan budaya saat Ramadan, termasuk potensi wisata di daerah tersebut.  

Baca Juga: 10 Potret Pemanfaatan Pohon Aren Khas Hutan Hujan Tropis Pekalongan

Topik:

  • Bandot Arywono

Berita Terkini Lainnya