RS COVID-19 Rembang Menjerit: Klaim Belum Dibayar, Oksigen Gak Jelas

Oksigen untuk pasien menipis, Ganjar: sudah isi aplikasi?

Rembang, IDN Times - Lonjakan kasus COVID-19 di Jawa Tengah membuat sejumlah rumah sakit mengaku mulai kewalahan. Mereka dihadapkan dengan berbagai persoalan mulai dari menipisnya stok oksigen hingga keterlambatan pembayaran klaim dalam penanganan virus corona.

1. Pasien COVID-19 melonjak tajam di RS Bhina Bhakti Husada Rembang

RS COVID-19 Rembang Menjerit: Klaim Belum Dibayar, Oksigen Gak JelasIlustrasi pasien COVID-19 memenuhi IGD sebuah rumah sakit di Jawa Tengah (ANTARA FOTO/Idhad Zakaria)

Hal tersebut salah satunya dialami pihak Rumah Sakit Bhina Bhakti Husada Rembang. Ledakan kasus positif COVID-19 di Kabupaten Rembang membuat fasilitas kesehatan (faskes) yang menjadi rujukan resmi pemerintah dalam penanganan virus corona kerepotan.

Sejak awal Juni 2021, jumlah pasien COVID-19 yang dirawat di faskes tersebut melonjak tajam sehingga berdampak pada operasional rumah sakit.

‘’Kami dari yang semula hanya 7 bed untuk merawat pasien COVID-19, kini menjadi 70 bed. Ruang perawatan non COVID-19 kami alih fungsikan untuk pasien COVID-19,’’ ungkap Direktur RS Bhina Bhakti Husada, drg Bobet Evih Hedi Ihnuna Rusep saat dihubungi IDN Times, Jumat (9/7/2021).

2. Ada antrean 13--15 pasien COVID-19 per hari

RS COVID-19 Rembang Menjerit: Klaim Belum Dibayar, Oksigen Gak JelasIlustrasi petugas medis berada di dalam ruangan Respiratory Intensive Care Unit. (ANTARA FOTO/Ampelsa)

Setiap hari, jumlah antrean pasien yang terkonfirmasi positif COVID-19 yang harus dirawat di RS Bhina Bakti Husada mencapai 13--15 orang per hari. Parahnya, ruang IGD di rumah sakit yang berada di Jalan Pemuda Km 4 Rembang itu juga sudah melebihi kapasitas dari yang semula hanya 10 bed atau tempat tidur.

‘’Akhirnya, antrean pasien kami tampung di ruangan transit. Meski tidak seperti ruang rawat inap tapi minimal layak bagi mereka. Kondisi ini kadang membuat para tenaga medis bingung dan sampai angkat tangan. Namun, dalam peraturan kami tidak boleh menolak pasien, kasihan nanti mereka mau ke mana lagi,’’ katanya.

RS Bhina Bhakti berupaya menambah jumlah tempat tidur untuk pasien COVID-19 dari 70 bed menjadi 100 bed. Hal itu rupanya tidak mudah karena beragam kendala rupanya harus dialami.

Baca Juga: RS Darurat Corona Semarang Minim Pasokan Oksigen, 9 Pasien Dimasukan ICU

3. Klaim Rp1,3 miliar untuk pembayaran penanganan COVID-19 belum cair

RS COVID-19 Rembang Menjerit: Klaim Belum Dibayar, Oksigen Gak JelasIlustrasi perawat yang kelelahan setelah memberikan pelayanan kepada positif COVID-19 (IDN Times/Ervan)

Kendala utama adalah klaim pembayaran penanganan pasien COVID-19 kepada rumah sakit belum cair sejak akhir tahun 2020 hingga Jumat (9/7/2021). Nilai tunggakannya mencapai Rp1,3 miliar.

‘’Sekarang yang kami pikirkan klaim belum cari. Bingung kami buat bayar biaya operasional rumah sakit mau pakai apa. Sebab, uang itu bisa untuk beli APD, membayar relawan yang kami pekerjakan, dan lainnya,’’ ujar Bobet.

Untuk menangani pasien COVID-19, rumah sakit sudah menambah 10 relawan untuk membantu tenaga medis dan kesehatan.

‘’Selain kewalahan, dokter dan perawat kami juga terpapar COVID-19 dalam bertugas, sehingga ada yang isolasi mandiri atau dirawat. Dengan adanya 12 orang yang kena virus corona ini operasional jadi goyang lalu ditambahlah tenaga relawan,’’ kata Bobet.

4. Stok oksigen menipis hanya cukup untuk 3--4 hari ke depan

RS COVID-19 Rembang Menjerit: Klaim Belum Dibayar, Oksigen Gak JelasIlustrasi Tabung Oksigen. (IDN Times/Debbie Sutrisno)

Kendala lain yang dihadapi rumah sakit swasta di Rembang ini, yaitu ketersediaan oksigen medis untuk pasien COVID-19 mulai menipis. Stok saat itu rupanya hanya cukup untuk 3--4 hari ke depan.

‘’Stok mulai menipis sejak 2--3 hari lalu. Pasokan dari distributor berkurang dan distribusi juga kurang lancar. Biasanya distributor bisa memasok 3.000--3.500 liter oksigen liquid per minggu untuk 60 bed, kemarin hanya datang 2.000 liter dan sekarang (Jumat 9/7/2021) masih 1.900 liter,’’ tuturnya.

Pihak rumah sakit sudah melaporkan kondisi tersebut kepada pemerintah, mulai dari dinas kesehatan (dinkes), bupati, pemerintah provinsi (pemprov) Jawa Tengah, bahkan Gubernur Jawa Tengah, Ganjar Pranowo.

"Kami sudah laporkan dan sampaikan kendala ini. Mereka menjawab untuk diusahakan (sampai waktu yang belum jelas). Sebab, yang kami takutkan kalau oksigen medis untuk pasien COVID-19 terjadi delay, nyawa bisa lepas. Sebelumnya kami sudah pernah mengalami, 5 orang pasien tidak tertolong dan meninggal,’’ aku Bobet.

5. Pihak rumah sakit tidak tahu soal aplikasi JOSS dari Ganjar

Persoalan yang dialami RS Bhina Bhakti menjadi viral setelah Novita PW, selaku perwakilan dari pemilik rumah sakit memberanikan diri untuk speak up di media sosial Twitter. Dalam postingannya, ia juga mention Ganjar Pranowo.

Persoalan oksigen rumah sakit tersebut langsung ditanggapi Ganjar yang menanyakan apakah pihak rumah sakit sudah mengisi aplikasi JOSS dan menanyakan apakah mengikuti rapat yang ia gelar pada Jumat (9/7/2021) siang.

"Sampun (red: sudah) saya koordinasikan pak, untuk RS Bhina Bhakti Husada mboten (red: tidak) ada undangan rapat terkait itu kemarin siang. Sehingga direktur kami tidak tahu ada aplikasi JOSS. Tadi sudah dihubungi Pak Agus Biro Perekonomian Setda Jateng, namun hanya diinfo untuk mengisi tabel permintaan O². Kami bertanya kepada Dinas Kesehatan Kabupaten Rembang juga tidak tahu menahu mengenai rapat koordinasi kemarin siang bapak," jawab Novita PW pada unggahan berikutnya.

Baca Juga: Miris, Tabung Oksigen Jadi Barang Mewah, Konsumen di Semarang Rebutan

Topik:

  • Dhana Kencana

Berita Terkini Lainnya