Sedih! 8 dari 100 Dokter yang Meninggal Karena COVID-19 dari Jateng

Terkena virus corona dikarenakan kelelahan saat bertugas

Semarang, IDN Times - Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia (PB IDI) mencatat sebanyak 100 dokter meninggal dunia sepanjang pandemik virus corona (COVID-19) di Indonesia. Mereka terpapar virus dan meninggal dunia saat bertugas baik di rumah sakit maupun ruang isolasi.

1. PB IDI sampaikan kabar duka meninggalnya 100 dokter di Twitter

Kabar duka tersebut disampaikan melalui akun Twitter resmi PB IDI @PBIDI pada Senin (31/8/2020). Saat dikonfirmasi melalui Whatsapp, Humas PB IDI, dokter Halik Malik membenarkan kabar tersebut. Dia mengatakan, selama lima bulan ini 100 dokter sudah gugur terpapar virus corona dalam penanganan pandemik.

‘’Saat ini Satgas COVID-19 PB IDI telah membentuk tim khusus untuk mengaudit dan menginvestigasi persoalan dokter yang terpapar virus corona. Sehingga, ada langkah pencegahan dan mitigasi ke depannya,’’ ungkapnya kepada IDN Times.

Baca Juga: Tugas di RS Bhayangkara, Seorang Dokter Positif COVID-19 Meninggal 

2. Berikut nama-nama 100 dokter yang meninggal karena virus corona

Sedih! 8 dari 100 Dokter yang Meninggal Karena COVID-19 dari JatengTenaga medis RSPP Jakarta rayakan hari kemerdekaan Indonesia di rumah sakit (Dok. Humas RSPP)

Berdasarkan data PB IDI, berikut nama-nama dokter yang dilaporkan meninggal per 30 Agustus 2020 :


1. Prof. DR. dr. Iwan Dwi Prahasto (Guru Besar FK UGM)

2. Prof. DR. dr. Bambang Sutrisna (Guru Besar FKM UI/IDI Jakarta Timur)

3. dr. Bartholomeus Bayu Satrio (IDI Jakarta Barat)

4. dr. Exsenveny Lalopua, M.Kes (IDI Kota Bandung)

5. dr. Hadio Ali K, Sp.S (IDI Jakarta Selatan)

6. dr. Djoko Judodjoko, Sp.B (IDI Bogor)

7. dr. Adi Mirsa Putra, Sp.THT-KL (IDI Bekasi)

8. dr. Laurentius Panggabean, Sp.KJ (IDI Jakarta Timur)

9. dr. Ucok Martin Sp. P (IDI Medan)

10. dr. Efrizal Syamsudin, MM (IDI Prabumulih)

11. dr. Ratih Purwarini, MSi (IDI Jakarta Timur)

12. Laksma (Purn) dr. Jeanne PMR Winaktu, SpBS (IDI Jakarta Pusat)

13.  Prof. Dr. dr. Nasrin Kodim, MPH (Guru besar Epidemiologi FKM UI)

14. Dr. Bernadette Sp THT meninggal di RSUP Dr. Wahidin Sudirohusodo (IDI Makassar)

15. DR.Dr. Lukman Shebubakar SpOT (K) (IDI Jakarta Selatan)

16. Dr Ketty di RS Medistra (IDI Tangerang Selatan)

17. Dr. Heru S. meninggal di RSPP (IDI Jakarta Selatan)

18. Dr. Wahyu Hidayat, SpTHT (IDI Kab. Bekasi)

19. Dr. Naek L. Tobing, SpKJ (IDI Jakarta Selatan)

20. Dr. Karnely Herlena (IDI Depok)

21. Dr. Soekotjo Soerodiwirio SpRad (IDI Kota Bandung)

22. Dr. Sudadi, MKK, SpOK (IDI Jakarta Pusat)

23. Prof. Dr. H. Hasan Zain, Sp.P (IDI Banjarmasin)

24. Dr. Mikhael Robert Marampe (IDI Kab. Bekasi)

25. Dr. Berkatnu Indrawan Janguk (IDI Surabaya)

26. Dr. Irsan Nofi Hardi Nara Lubis, Sp.S (IDI Medan)

27. Dr. Boedhi Harsono (IDI Surabaya)

28. Dr. Soeharno (IDI Kediri)

29. Dr. Amir Hakim Siregar SpOG (IDI Batam)

30. Dr. Ignatius Tjahjadi SpPD (IDI Surabaya)

31. Dr. Esis Prasasti Inda Chaula, SpRad (IDI Tegal)

32. Dr. Hilmi Wahyudi (IDI Gresik)

33. DR. dr Heru Prasetya, SpB, SpU (IDI Banjarmasin)

34. dr. Miftah Fawzy Sarengat (PPDS FK Unair, RS Soetomo, IDI Balikpapan)

35. dr. Bendrong Moediarso, SpF, SH (IDI Surabaya)

36. dr. H. Dibyo Hardianto (IDI Bangkalan)

37. dr. Deny Dwi Yuniarto (IDI Sampang)

38. dr. Gatot Prasmono (IDI Sidoarjo)

39. dr. Sukarno (IDI Sidoarjo)

40. dr. Arief Basuki SpAn (IDI Surabaya)

41. dr. Herry Nawing SpA (IDI Makassar)

42. dr. Theodorus Singara SpKJ (IDI Makassar)

43. dr. Nyoman Sutedja, MPH (IDI Denpasar)

44. dr. Putri Wulan Sukmawati (PPDS Anak FK Unair/RS Soetomo Surabaya)

45. dr. Sang Aji Widi Aneswara (IDI Semarang)

46. dr. Elianna Widiastuti (IDI Semarang)

47. dr. Agus Pramono (IDI Sidoarjo)

48. dr Ane Roviana (IDI Jepara)

49. dr. Sovian Endi (IDI Grobogan)

50. dr. Pepriyanto Nugroho (IDI Blitar)

51. dr. Ahmadi NH, Sp.KJ (IDI Semarang)

52. dr. Zulkiflie Saleh (IDI Banjarmasin)

53. dr. Abdul Choliq (IDI Probolinggo)

54. Prof. dr. H. Mgs. Usman Said, SpOG (K) (IDI Palembang)

55. dr. H. Khiarul Saleh, SpPD (IDI Palembang)

56. dr. Anna Mari Ulina Bukit (IDI Medan)

57. dr Herwanto SpB (IDI Kisaran)

58. dr. Maya Norismal Pasaribu (IDI Labuhan Batu Utara)

59. dr. Budi Luhur (IDI Gresik)

60. dr. Deni Chrismono Raharjo (IDI Surabaya)

61. dr Arif Agoestono Hadi (IDI Lamongan)

62. dr. Djoko Wiyono (IDI Surabaya)

63. Prof. Dr. dr. Andi Arifuddin Djuanna, SpOG (K) (IDI Makassar)

64. dr. Aldreyn Asman Aboet, SpAN, KIC (IDI Medan)

65. dr. M. Fahmi Arfa'i (IDI Semarang)

66. dr. M. Ali Arifin (IDI Sidoarjo)

67. dr. M. Hatta Lubis, SpPD (IDI Padang Sidempuan)

68. dr. Elida Ilyas, SpKFR (K) (IDI Jakarta)

69. dr. I Wayan Westa, Sp.KJ (K) (IDI Denpasar)

70. dr. Sony Putrananda (IDI Blitar)

71. dr. H. Muhammad Arifin Sinaga, MAP (IDI Langkat)

72. dr. Andhika Kesuma Putra, Sp.P (K) (IDI Medan)

73. dr. Edi Suwasono (IDI Kota Malang)

74. dr. Ahmad Rasyidi Siregar, SpB (IDI Medan)

75. dr. HM Syamsu Rizal (IDI Natuna)

76. dr. Dennis (IDI Medan)

77. dr. Adnan Ibrahim, SpPD (IDI Makassar)

78. dr. I Nyoman Sueta (IDI Denpasar)

79. dr. Paulus Sp.PD (IDI Jakarta Pusat)

80. dr. Sulis Bayu Sentono, dr., M.Kes., Sp.OT (K) (IDI Surabaya)

81. Prof. Dr. dr. R. Mohammad Muljohadi Ali, Sp.FK (IDI Malang Raya)

82. dr. Hery Prasetyo (IDI Blora)

83. dr. Sriyono (IDI Balikpapan)

84. dr. Sabar Tuah Barus SpA (IDI Medan)

85. dr. John Edward Feridol Sipayung (IDI Siantar Simalungun)

86. dr. Ach. Chusnul Chuluq Ar, MPH (IDI Malang Raya)

87. dr. Fatoni (IDI Ogan Komuring Ulu)

88. dr. Asriningrum Sp.S (IDI Mataram)

89. dr. R. Nurul Jaqin SpB (IDI Yogyakarta)

90. dr. Donni (IDI Deli Serdang)

91. dr. Adi Rahmawan (IDI Depok)

92. dr. Riyanto SpOG (IDI Tuban)

93. dr. Muh. Rum Limpo SpB (IDI Selayar)

94. dr. Titus Taba SpTHT-KL (IDI Sorong)

95. dr. H. Edisyahputra Nasution (IDI Samarinda)

96. dr. I Made Widiartha Wisna (IDI Buleleng)

97. dr. Nastiti Noenoeng Rahajoe, SpA (K) (IDI Jakarta Pusat)

98. dr. Daud Ginting, SpPD (IDI Medan)

99. dr. Aris Sugiharjo, SpPD (IDI Hulu Sungai Tengah)

100. dr Edwin Marpaung, SpOT (IDI Medan)

3. Di Jateng ada 8 dokter yang meninggal karena COVID-19

Sedih! 8 dari 100 Dokter yang Meninggal Karena COVID-19 dari JatengIlustrasi tes swab di sebuah mal di Kota Semarang. Dok. Pemkot Semarang

Dari data 100 dokter yang gugur dalam penanganan COVID-19 itu, sebanyak 8 dokter berasal dari Provinsi Jawa Tengah. Jumlah dokter meninggal karena tertular virus corona itu bertambah dari update terakhir pada awal bulan Juli lalu.

Seperti diberitakan IDN Times sebelumnya, Ketua IDI Kota Semarang, Elang Sumambar menyampaikan, ada empat dokter yang meninggal dunia karena tertular virus corona. Mereka bertugas di wilayah Semarang Raya.

4. Selama dua bulan ada 4 dokter yang meninggal di Jateng

Sedih! 8 dari 100 Dokter yang Meninggal Karena COVID-19 dari JatengIlustrasi. Pemakaman korban COVID-19. ANTARA FOTO/Ampelsa

Namun, dari data PB IDI saat ini jumlahnya bertambah dalam dua bulan belakangan, yakni dari empat dokter menjadi delapan dokter yang meninggal saat menjadi garda terdepan penanganan COVID-19 di Jateng.

Nama-nama dokter yang gugur antara lain, Dr Esis Prasasti Inda Chaula SpRad (Tegal), dokter Sang Aji Widi Aneswara (Semarang), dokter Elianna Widiastuti (Semarang), dokter Ane Roviana (Jepara). Kemudian, dokter Sovian Endi (Grobogan), dokter Ahmadi NH SpKJ (Semarang), dokter M Fahmi Arfa'i (Semarang), dan dokter Hery Prasetyo (Blora).

5. Ruang perawatan pasien virus corona menjadi tempat rawan penularan tertinggi

Sedih! 8 dari 100 Dokter yang Meninggal Karena COVID-19 dari Jatengilustrasi ruang isolasi COVID-19. ANTARA FOTO/Yulius Satria Wijaya

Menanggapi kondisi tersebut, Epidemiolog Universitas Diponegoro (Undip) Semarang, Dr dokter Budi Laksono MHSc mengatakan, risiko dokter yang berada di rumah sakit dan ruang isolasi dalam penanganan COVID-19 memang tinggi untuk tertular virus corona. Sebab, tiap menit virus keluar bersama napas pasien dengan volume sekitar 15 liter di ruang perawatan.

‘’Sehingga, sudah jelas bahwa udara begitu cepat mengisi ruang dan tersebar dalam beberapa detik. Jika itu dihitung per menit saja bisa 15 liter, kalau per jam bisa mencapai 900 liter. Maka itu, ruang perawatan jelas menjadi tempat penularan terbesar,’’ tuturnya kepada IDN Times saat dihubungi melalui telepon. 

6. Perlu supervisi ketat terhadap kewaspadaan secara universal

Sedih! 8 dari 100 Dokter yang Meninggal Karena COVID-19 dari JatengIlustrasi tenaga medis (ANTARA FOTO/Raisan Al Farisi)

Tenaga medis di ruang perawatan memiliki risiko yang lebih tinggi. Sehingga, dibutuhkan kedisiplinan dan kewaspadaan secara universal.

‘’Selama ini kedisiplinan dan kewaspadaan secara universal belum dikelola dengan baik. Banyak rumah sakit hanya menyerahkan prinsip kehati-hatian kepada petugas. Padahal, itu harus ada supervisi atau orang yang ditugasi untuk mengawasi universal precaution (red: tindakan pengendalian infeksi sederhana),’’ jelas Budi.

Adapun, penyebab lain tingginya kasus kematian dokter karena COVID-19 adalah kelelahan saat bertugas kedinasan dan berdampak pada turunnya vitalitas tenaga medis. Disamping itu, juga kekurangan suplai vitamin kepada mereka.

Konsultan Gugus Tugas COVID-19 Provinsi Jateng itu menambahkan, terkait supervisi kedisiplinan dan kewaspadaan secara universal pihaknya sudah merekomendasikan itu kepada rumah sakit sejak lama.

‘’Semoga sudah banyak yang mengaplikasikan. Namun, biasanya jika tidak dimonitor atasan seperti kurang greget dan kemudian menyepelekan. Ini yang menjadi musuh utama kita,’’ tandasnya.

Baca Juga: Tugas di Puskesmas Boja Kendal, Seorang Dokter Alumni Unisula Meninggal

Topik:

  • Dhana Kencana

Berita Terkini Lainnya