Setelah Masak Nasi Goreng, Pemkot Semarang Gelar Lomba Kelola Sampah

Lomba Lampah Kita akan libatkan 10.595 RT dan

Semarang, IDN Times - Pemerintah Kota Semarang berhasil menggelar lomba masak nasi goreng hingga viral, beberapa waktu lalu. Kali ini pemkot kembali menyelenggarakan lomba kelola sampah di lingkungan kita (Lampah Kita). 

1. Inisiasi kelola sampah sampai tuntas

Setelah Masak Nasi Goreng, Pemkot Semarang Gelar Lomba Kelola SampahIDN Times/Dhana Kencana

Lomba Lampah Kita ini merupakan inisiasi untuk pengelolaan sampah tuntas dan selesai di setiap wilayah di Kota Semarang.

‘’Kawasan perumahan, pasar, usaha dan industri menjadi penyumbang sampah yang jika kita tahu pemanfaatannya diharapkan berhenti dan selesai di setiap kawasan,” ungkap Wali Kota Semarang, Hevearita Gunaryanti Rahayu, Jumat (22/9/2023).

Maka, kata perempuan yang akrab disapa Ita ini, melalui lomba berbasis masyarakat tersebut diharapkan bisa menggerakkan sekaligus membangun kesadaran pengelolaan sampah lingkungan.

Adapun, peserta lomba ini dibagi dalam empat kategori, yakni masyarakat, pendidikan, usaha atau swasta dan fasilitas umum seperti pasar, rumah sakit dan puskesmas. Lomba Lampah Kita ini ditargetkan dapat diikuti 10.595 RT dan 1.525 RW se-Kota Semarang.

‘’Khusus untuk akademisi dan perguruan tinggi, kategori lomba lebih ditekankan pada inovasi pengelolaan sampah yang bisa diaplikasikan di rumah tangga. Inovasi itu misalnya, pemanfaatan sisa organik untuk membuat kompos, ecoenzym yang kaya manfaat,’’ ujarnya.

Baca Juga: Duh! 1,7 Ton Sampah Cemari Pantai Tirang Semarang, 75 Persen Plastik 

2. Lomba fokus pada inovasi pengelolaan sampah

Setelah Masak Nasi Goreng, Pemkot Semarang Gelar Lomba Kelola SampahIlustrasi proses pembuatan pupuk kompos (ksenvironmental.co.au)

Untuk diketahui, ecoenzym bermanfaat mengurai sedimen, pengusir tikus, pupuk serta bahan aromatik. Bahkan pada ecoenzym yang gagal, lapisan putihnya diklaim masih tetap bermanfaat untuk membuat kulit glowing.

Selanjutnya, pemerintah juga berupaya meminimalisir sampah pasar yang diketahui sebagai penyumbang sampah terbesar di Kota Semarang. Maka, untuk mengelola itu Ita berinisiatif menggerakkan para pedagang dan pelaku usaha untuk memberikan bahan makanan yang tidak layak jual untuk dimanfaatkan serta dibagikan pada yang membutuhkan.

“Bukan sisa ya, misalkan untuk buah sayur yang terlalu matang atau sudah tidak laku dijual bisa diberikan kepada masyarakat yang membutuhkan. Bisa juga digabungkan dengan program Cempaka, jadi tidak hanya pengusaha tetapi seluruh pelaku usaha bisa nyengkuyung,” jelasnya.

3. Terbangun kesadaran tangani sampah

Setelah Masak Nasi Goreng, Pemkot Semarang Gelar Lomba Kelola SampahAktivitas pengolahan sampah rumah tangga menjadi kerajinan tangan di bank sampah. (Dok. IDN Times/Istimewa)

Sementara, melalui lomba ini terbangun kesadaran seluruh pihak dalam mensukseskan pengurangan sampah 30 persen dan penanganan sampah 70 persen di Kota Semarang.

‘’Jika semua pihak memiliki kesadaran, maka pembuangan sampah ke TPA akan berkurang, lingkungan bersih dan efisiensi anggaran pemerintah untuk pengelolaannya dapat dialihkan pada program lain yang memberi manfaat bagi masyarakat,’’ kata Ita.

Selanjutnya, Lomba Lampah Kita akan diawali dengan sosialisasi, pengumpulan materi video pengelolaan sampah pada 25 September hingga 16 Oktober 2023. Lomba yang berkolaborasi dengan Dinas Pekerjaan Umum bagian saluran drainase ini akan memperebutkan hadiah total Rp189,5 juta.

“Jangan sampai nanti lingkungan bersih, tapi drainase kotor berjubel sampah. Kemudian, kami juga mendorong OPD-OPD di Pemkot Semarang untuk tidak menggelar acara seremonial tetapi lebih pada kegiatan pemberdayaan berbasis masyarakat,’’ tandasnya.

Baca Juga: 2 Hektare Kebakaran Sampah di TPA Solo, Posko Pengungsian Dibuka

Topik:

  • Dhana Kencana

Berita Terkini Lainnya