Sosok Ratih Rachmatika, Kartini Millennial Solo SIAB Atasi Krisis Air

Dari tugas skripsi menjadi teknologi edukasi dan informasi

Semarang, IDN Times - Muda, kreatif, dan tak gentar menghadapi tantangan. Tiga hal tersebut mendeskripsikan sosok Ratih Rachmatika, perempuan belia yang menekuni bisnis rintisan (startup) di bidang sistem manajemen air bersih berbasis internet of things (IoT).

1. Kegelisahan krisis air bersih jadi alasan bikin startup SIAB

Sosok Ratih Rachmatika, Kartini Millennial Solo SIAB Atasi Krisis AirRatih Rachmatika, CEO bisnis rintisan (startup) Siaga Air Bersih (SIAB) di bidang sistem manajemen air bersih berbasis internet of things (IoT). (dok. pribadi)

Ratih, begitu dia akrab disapa, sejak tahun 2017 telah memilih jalan hidup menekuni project di bidang teknologi bernama Siaga Air Bersih Indonesia (SIAB). Awalnya, pembuatan produk pemantauan kualitas air secara realtime dan online itu hanya sebuah tugas akhir kuliah saat dia belajar di Teknik Elektro Universitas Sebelas Maret (UNS) Solo. Namun, kegelisahannya terhadap krisis air bersih yang menjadi masalah masyarakat dewasa ini, mendorong perempuan berusia 24 tahun tersebut kembali mengembangkan SIAB hingga sekarang.

‘’Saya terinspirasi oleh permasalahan krisis air bersih akibat banjir Bengawan Solo yang selalu terjadi setiap tahun. Dari masalah itu, banyak masyarakat yang kesulitan mendapatkan air dengan kualitas baik. Kemudian, masalah lain yang menjadi kegelisahan, yaitu masih banyak daerah yang juga mengalami krisis air karena akses untuk mendapatkan air masih jauh. Sehingga, kebutuhan vital ini tidak bisa terpenuhi. Dari latar belakang itu, saya membuat produk pemantauan kualitas air secara realtime dan online,’’ ungkapnya kepada IDN Times, Sabtu (24/4/2021).

Produk tersebut sudah dirintis sejak tahun 2017, yakni dari teknologi berbentuk prototype hingga dikembangkan menjadi startup pada tahun 2018 dan sampai sekarang. 

2. Ingin membuat teknologi yang bermanfaat bagi masyarakat

Sosok Ratih Rachmatika, Kartini Millennial Solo SIAB Atasi Krisis AirRatih Rachmatika, CEO bisnis rintisan (startup) Siaga Air Bersih (SIAB) di bidang sistem manajemen air bersih berbasis internet of things (IoT). (dok. pribadi)

Selama mengembangkan startup produk SIAB Distribusi berupa digital water meter dan SIAB Recycle berupa filter air bersih, banyak lika-liku dan tantangan yang dihadapi. Tantangan pertama adalah pada masalah hard skill dan soft skill. Bungsu dari dua bersaudara itu mengaku belum memiliki ilmu bisnis saat terjun di bidang startup.

‘’Pada saat kuliah di Teknik Elektro saya memang belum punya bayangan menjadi entrepreneur atau membuat startup, namun ketika mendalami IoT dan bertemu dengan masalah air saya jadi semangat untuk membuat teknologi yang bermanfaat bagi banyak orang. Akhirnya, saya berupaya mengembangkan teknologi ini,’’ ujar Ratih.

Perempuan kelahiran Solo, 11 Januari 1997 itu kemudian berusaha belajar bisnis, khususnya startup. Ketika ekosistem startup di daerah tempat tinggalnya belum tumbuh, ia rela bolak-balik Solo-Yogyakarta untuk mengikuti inkubasi bisnis di Universitas Gajah Mada (UGM). Di sana ia belajar ilmu bisnis dan mentoring startup untuk mengembangkan SIAB.

Ikhtiar itu dilakukan karena ia yakin bahwa bisnis rintisan yang digelutinya itu akan membawa dampak sosial yang positif bagi masyarakat, khususnya mereka yang kesulitan mendapatkan air bersih.

Baca Juga: Kartini Pesisir Demak, Masnuah Perjuangkan Identitas Perempuan Nelayan

3. Ada tantangan saat mengedukasi warga

Sosok Ratih Rachmatika, Kartini Millennial Solo SIAB Atasi Krisis AirRatih Rachmatika, CEO bisnis rintisan (startup) Siaga Air Bersih (SIAB) di bidang sistem manajemen air bersih berbasis internet of things (IoT). (dok. pribadi)

Bagi Ratih, masalah air berhubungan dengan hajat hidup orang banyak dan harus dijaga keberlanjutannya kedepannya. Masalah kebutuhan vital tersebut juga cukup kompleks mulai dari distribusi, kualitas, hingga kebijakan pemerintah. Belum lagi, mengenai edukasi kepada warga saat ia menawarkan teknologi tersebut.

‘’Nggak semua orang bisa menerima teknologi ini. Mungkin kita bisa bikin alat ini dan mengklaim mudah digunakan, tapi edukasi ke warga masih susah untuk menerima alat ini. Sehingga, butuh berbagai cara dalam melakukan pendekatan ke masyarakat,’’ tuturnya.

Tim SIAB pun memperluas jejaring bekerja sama dengan unit usaha air bersih di sejumlah kawasan yang menyediakan air minum berbasis masyarakat.

4. SIAB memantau distribusi air di Kali Code Yogyakarta

Sosok Ratih Rachmatika, Kartini Millennial Solo SIAB Atasi Krisis AirRatih Rachmatika, CEO bisnis rintisan (startup) Siaga Air Bersih (SIAB) di bidang sistem manajemen air bersih berbasis internet of things (IoT). (dok. pribadi)

Dari kerja sama tersebut, SIAB dapat mengimplementasikan alat digital water meter untuk memantau kualitas air dan mendistribusikan air bersih. Di samping itu, juga untuk menghitung volume debit air yang dikonsumsi dan biaya yang akan dibayarkan warga kepada unit usaha air bersih.

‘’Salah satu lokasi yang sudah mengimplementasikan produk kami, yaitu di kawasan Kali Code Yogyakarta. Kami berhasil memasang produk digital water meter SIAB bernama KATARA di permukiman tersebut. Dengan alat tersebut warga di Kali Code dapat memantau jumlah air yang dikonsumsi. Adapun, fungsi KATARA akan mengirim dan memantau jumlah air dari setiap rumah ke pengelola/unit usaha air bersih secara realtime. Melalui cara itu masalah tidak tepatnya jumlah tagihan penggunaan air dari setiap rumah bisa teratasi, sehingga ada transparansi antara pengelola dan pengguna,’’ jelas Ratih.

Permasalahan air di Kali Code menurut dia, sangat mendesak untuk diatasi karena distribusi air di sana kurang merata. Selain itu, ada trust issue dari warga karena sudah 20 tahun meteran air di sana tidak diganti sehingga penghitungan konsumsi air tidak akurat. Ketidakakuratan itu membuat warga tidak mau membayar tagihan ke pengelola unit usaha air bersih. Selain di Kali Code, ia juga turut mengatasi masalah air di Kabupaten Karanganyar. Fokus di sana dalam hal distribusi dan mengatasi kualitas air.

5. Kesetaraan gender di bidang teknologi sudah diperhatikan

Sosok Ratih Rachmatika, Kartini Millennial Solo SIAB Atasi Krisis AirRatih Rachmatika, CEO bisnis rintisan (startup) Siaga Air Bersih (SIAB) di bidang sistem manajemen air bersih berbasis internet of things (IoT). (dok. pribadi)

Kerja keras Ratih sebagai perempuan dari generasi millennial di era digital ini mengingatkannya pada pembelajaran emansipasi yang diwariskan Raden Ajeng (RA) Kartini. Ratih memaknai Hari Kartini yang diperingati setiap tanggal 21 April itu dengan bersyukur bahwa di bidang teknologi digeluti memperhatikan kesetaraan gender. Meski demikian, ia tidak menampik situasi tersebut menjadi tantangan tersendiri baginya.

‘’Tantangannya adalah bagaimana memimpin tim yang isinya tidak hanya perempuan, tapi juga laki-laki. Kemudian, saat harus turun ke lapangan melakukan survei di daerah-daerah yang mengalami krisis air kita harus kuat secara fisik dan mental. Sebab, masih banyak masyarakat yang tidak percaya dengan anak muda,’’ katanya.

Kendati demikian, imbuh dia, hal itu tidak membuatnya menyerah. Asalkan tetap mau berjuang dan kreatif serta berinovasi.

Baca Juga: RA Kartini Ternyata Gugur Diusia Muda, Ia Rajin Kirim Tulisan ke Media

Topik:

  • Dhana Kencana

Berita Terkini Lainnya