Tracing COVID-19 di Semarang Rendah, Cuma 2--4 Orang Kontak Erat Saja
Follow IDN Times untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Semarang, IDN Times - Dinas Kesehatan Kota Semarang mendorong tenaga kesehatan (nakes) untuk meningkatkan tracing, testing, dan treatment (3T) jika menemukan kasus baru COVID-19. Sebab, sejauh ini tingkat deteksi dini dan penelusuran kontak erat pasien virus corona di Kota Semarang masih rendah.
1. Tracer minimal bisa tes COVID-19 10--15 orang kontak erat
Kepala Dinas Kesehatan Kota Semarang, Abdul Hakam mengatakan, untuk mengejar agar Kota Semarang turun dari level 2 ke level 1 dalam Pemberlakukan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) maka pihaknya meminta tenaga kesehatan untuk fokus melakukan 3T jika menemukan kasus baru COVID-19.
‘’Turunnya level PPKM dinilai dari beberapa indikator, salah satunya adalah tracing dan testing. Adapun, pemerintah pusat menargetkan harus 3.900 orang per hari. Namun, kini angkanya tracing dan testing turun, maka kami minta nakes fokus melakukan itu,’’ ungkapnya dalam rekaman resmi, Senin (6/9/2021).
Untuk diketahui, sesuai ketentuan tenaga kesehatan atau tracer minimal harus bisa melakukan tes COVID-19 ke 10 sampai 15 orang kontak erat ketika menemukan kasus baru. Akan tetapi, testing dan tracing di Kota Semarang pada posisi 2--4 orang.
Baca Juga: Jadwal Vaksinasi COVID-19 di Mal Tentrem Semarang, 6-10 September
2. Masih banyak warga yang gak jujur saat kena COVID-19
Editor’s picks
Hakam mengakui, salah satu kendala yang ditemui pihaknya saat melakukan tracing dan testing ini adalah masyarakat masih malu dan takut untuk menyampaikan sejujurnya. Misalnya bertemu siapa, kemana saja dan lainnya.
"Misal terungkap kan bisa di tes orang-orang tadi. Kalau misal hanya di rumah saja namun tertular, ya diambil tesnya orang satu rumah, tetangga kanan kiri. Kalau di kantor ya, teman kantornya akan kami tes juga," jelasnya.
Dengan demikian, dia mengimbau kepada seluruh masyarakat Kota Semarang agar mau jujur dan terbuka jika terpapar COVID-19 sehingga penularan bisa ditekan. Bahkan, pasien yang diantar oleh keluarga ke rumah dinas wali kota--tempat isolasi terpusat--pun saat ini mulai dilakukan testing sebagai upaya menaikkan angka kontak erat.
3. Angka BOR rumah sakit rujukan COVID-19 di Semarang turun
Sementara itu, untuk jumlah kasus harian di Kota Semarang, per Senin (6/9/2021) sudah turun cukup signifikan, bahkan bed occupancy ratio (BOR) pun juga sudah berkurang. BOR di 20 rumah sakit rujukan sekarang cukup rendah, bahkan dari jumlah tersebut ada beberapa rumah yang tidak lagi merawat pasien COVID-19. Termasuk tempat isolasi terpusat yang tadinya ada enam, lima lainnya sudah ditutup dan hanya menyisakan di rumah dinas (rumdin) Wali Kota Semarang dengan jumlah pasien sebanyak 8 orang.
"Sebaran kasus dari puncak Juni-Juli lalu kasus hariannya bisa mencapai 150 sampai 200 pasien. Saat ini kasus harian tidak lebih dari 10 bahkan sehari kadang cuma lima pasien. Di sejumlah rumah sakit di antaranya Pantiwilasa Dr Cipto, RSJ, Sultan Agung, dan beberapa rumah sakit tipe C sudah tidak memiliki pasien COVID-19. Sementara pasien di tempat isolasi rumah dinas hanya ada delapan pasien. Rumah sakit darurat COVID-19 pun sudah kami tutup," kata Hakam.
Kemudian, imbuh dia, dari tingkat kesembuhan pada pekan ke 33 sampai 34 ini mencapai 94 persen. Angka kematian pun sudah menurun drastis menjadi 0,8 kasus per 100 ribu orang. Sedangkan angka COVID-19 sudah dibawah 5 per 100 ribu orang.
Baca Juga: Stok Vaksin COVID-19 di Semarang Terbatas: Warga Disuruh Cek Online