Tren Fesyen Semarang, Angkat Gaya Hidup Keberlanjutan dan Wastra Lokal

Ratusan desainer hadir di Semarang Fashion Trend 2022

Semarang, IDN Times - Tren fesyen di Kota Semarang berkembang seiring lahirnya para pelaku industri kreatif. Para desainer berkreasi menciptakan busana sesuai tren global dan mengangkat potensi lokal.

1. Ratusan perancang busana pamer karya di SFT 2022

Tren Fesyen Semarang, Angkat Gaya Hidup Keberlanjutan dan Wastra LokalPerancang busana menunjukkan karya desain busana yang mengangkat tren fesyen keberlanjutan dan wastra lokal di Semarang Fashion Trend 2022 (IDN Times/Anggun Puspitoningrum)

Hal itu dilakukan para perancang busana yang unjuk gigi menampilkan karyanya di Semarang Fashion Trend (SFT) 2022 di Fashion Runway Hall, Balai Besar Pelatihan Vokasi dan Produktivitas (BBPVP) Semarang, Kamis–Sabtu (4–6/8/2022).

Lebih dari seratus desainer baik yang tergabung dalam asosiasi perancang maupun di luar asosiasi, brand, dan UKM se-Jawa Tengah mempresentasikan karya terbaiknya yang bisa menjadi referensi dan acuan busana sepanjang tahun 2023/2024

Seperti desainer Pinky Hendarto, ia menampilkan rancangan busana dengan tema Dance of the Sunset Sky. Pinky terinspirasi keindahan matahari terbenam yang selalu dicari orang di mana saja. Koleksi busana yang dibuat Pinky pun juga mengangkat tren sustainability yang memanfaatkan kain perca limbah produksi busana.

Baca Juga: 10 Ide Padu Padan Rok ala Selebgram Kirana Salsabila, Mudah Ditiru!

2. Desainer lokal mulai angkat tren fesyen keberlanjutan

Tren Fesyen Semarang, Angkat Gaya Hidup Keberlanjutan dan Wastra LokalPerancang busana menunjukkan karya desain busana yang mengangkat tren fesyen keberlanjutan dan wastra lokal di Semarang Fashion Trend 2022 (IDN Times/Anggun Puspitoningrum)

Bahan yang digunakan dalam koleksi ini didominasi oleh kain chiffon dan tulle. Kain chiffon dipilih karena memiliki sifat yang ringan dan flowy seakan-akan menggambarkan jejeran awan yang menari-nari dengan anggun layaknya seorang balerina.

Kain tulle yang digunakan berasal dari kain sisa produksi yang menumpuk di gudang dan sudah tidak terpakai. Kain-kain tersebut digunakan dengan semaksimal mungkin dengan cara dijahit menjadi sebuah kesatuan yang unik dan menarik.

Koleksi tersebut menampilkan delapan evening gown dengan volume A line yang lebar dan cutting sleeveless yang memudahkan dalam bergerak. Sesuai dengan inspirasi awal, warna yang dipakai bernuansa Sore menjelang Malam. Mulai dari orange, lilac, dan berbagai varian biru, serta kain gradasi turut mewarnai setiap look dalam koleksi busana.

Kemudian, desainer Elkana Gunawan juga masih mengangkat tren fesyen sustainability. Ia menghadirkan koleksi dengan tema Upeksha yang artinya ketenangan dan keikhlasan serta merepresentasi pengalaman kehidupan saat melewati masa pandemik.
Inspirasi tersebut dijadikan semangat untuk berkarya mengolah kain perca yang selama ini dianggap sampah. Keseriusannya dalam mengolah perca juga sejalan dengan kampanye ‘’sustainable fashion’’ yang sedang digalakkan.

3. Kain perca dipadupadankan dengan wastra lokal

Tren Fesyen Semarang, Angkat Gaya Hidup Keberlanjutan dan Wastra LokalPerancang busana menunjukkan karya desain busana yang mengangkat tren fesyen keberlanjutan dan wastra lokal di Semarang Fashion Trend 2022 (IDN Times/Anggun Puspitoningrum)

Potongan perca kain etnik, tenun Troso, lurik Tlingsing dan sisa bahan lainnya diolah menjadi patchwork yang kemudian dijadikan sebagai material pembuat busana unisex bernuansa warna coklat dalam bentuk kimono outer, kemeja panjang, long coat. Busana ini menghadirkan total look unik, antiribet dan nyaman dipakai saat dipadukan dengan sarung modifikasi. 

Selain Pinky dan Elkana yang mengangkat tren fesyen keberlanjutan, para desainer juga mengangkat kekayaan wastra lokal. Seperti desainer Inge Chu yang menampilkan koleksi busana bertema Moringa dengan warna earth tone yang saat ini sedang menjadi tren. 

Batik tulis dengan motif daun kelor dibuat menjadi busana dengan nuansa chic dalam warna earth tone dan dikemas dengan gaya sartorial dan sentuhan smart casual. Daya tarik utama dalam keseluruhan koleksi ini ada pada detail layer dan aplikasi bordir yang menggunakan kain perca sehingga koleksi ini bisa disebut zero waste fashion. Terdapat delapan busana dengan padu padan blazer, sarung, kebaya, blouse, tops, dan celana dengan warna earth tone, seperti hijau, oranye, kecokelatan, beige, dan putih.

4. Rancangan diaplikasikan pada busana siap pakai

Tren Fesyen Semarang, Angkat Gaya Hidup Keberlanjutan dan Wastra LokalPerancang busana menunjukkan karya desain busana yang mengangkat tren fesyen keberlanjutan dan wastra lokal di Semarang Fashion Trend 2022 (IDN Times/Anggun Puspitoningrum)

Kegiatan yang diinisiasi oleh Indonesian Fashion Chamber (IFC) Semarang Chapter itu mengambil tema besar ‘’Co-Exist’’ yang diambil dari Fashion Trend Forecasting 2023-2024. Perubahan pola pikir dari dampak masa pandemik yang masih belum pasti melahirkan persepsi yang terbagi dalam empat kelompok konsumen untuk Fashion Trend Forecasting 23/24, yaitu The Survivors, The Soul Searchers, The Saviors, dan The Self Improvers.

Para perancang busana kali ini mengedepankan lini busana siap pakai atau ready to wear. Adapun, tujuannya untuk melahirkan karya-karya terkini sesuai dengan tren global guna memberikan inspirasi kepada pelaku industri mode Indonesia dan Jawa Tengah pada khususnya.

Ketua IFC Semarang Chapter sekaligus Ketua Pelaksana SFT 2022, Ina Priyono mengatakan, Jawa Tengah khususnya Semarang memiliki potensi sumber daya manusia dan sumber daya kreatif di bidang fashion.

‘’Agar bisa menjadi pusat fesyen di pulau Jawa dan Indonesia, pelaku industri kreatif harus mampu mengoptimalkan kekuatan lokal. Pondasinya bertumpu pada kekayaan lokal dan kepedulian lingkungan yang harus dimiliki oleh seluruh pelaku industri mode di Semarang dan Jawa Tengah,’’ tandasnya.

Baca Juga: 11 Padu Padan Wide Leg Pants ala Selebgram Seviqe Febinita, Chic Abis!

Topik:

  • Dhana Kencana

Berita Terkini Lainnya