BMKG: Waspada Bencana di 5 Kabupaten di Jateng Pada Puncak Kemarau

Waspadai kekeringan, krisis air bersih dan kebakaran lahan

Banjarnegara, IDN Times - Memasuki Bulan puncak musim kemarau yakni pada Agustus ini BMKG mengimbau agar lima daerah ini mewaspadai dampak puncak kemarau.

Lima kabupaten tersebut diantaranya yakni Banjarnegara dan Purbalingga, Kebumen, Cilacap dan Banyumas. Kerawanan tersebut yakni kekeringan dan krisis air bersis.

Baca Juga: 70 Persen Wilayah Jateng Kemarau, Waspada Kebakaran dan Kekeringan

1. Lima Kabupaten di Jateng rawan bencana puncak kemarau

BMKG: Waspada Bencana di 5 Kabupaten di Jateng Pada Puncak KemarauANTARA FOTO/Oky Lukmansyah

Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) memprakirakan wilayah Kabupaten Banjarnegara dan Purbalingga, Jawa Tengah akan segera memasuki puncak kemarau pada bulan Agustus 2021.

"Memasuki bulan Agustus berarti memasuki puncak musim kemarau," kata Kepala Stasiun Geofisika Banjarnegara (BMKG Banjarnegara) Setyoajie Prayoedhi dilansir dari Antara.

Kondisi serupa, kata dia juga diprakirakan akan berlangsung di kabupaten sekitar seperti Kebumen, Cilacap dan Banyumas.

2. Imbau warga untuk bijak menggunakan air

BMKG: Waspada Bencana di 5 Kabupaten di Jateng Pada Puncak KemarauIlustrasi droping air bersih. ANTARA FOTO/Oky Lukmansyah

Terkait puncak kemarau tersebut, BMKG mengimbau masyarakat untuk mewaspadai dampak yang mungkin ditimbulkan.

"Misalkan bagi mereka yang tinggal di lokasi rawan kekeringan maka perlu mewaspadai penurunan intensitas curah hujan karena dapat berdampak pada krisis air bersih," katanya.

Untuk itu, BMKG juga mengimbau masyarakat untuk mulai bijak menggunakan air guna mencegah terjadinya krisis air bersih saat musim kemarau.

Dia menambahkan, selain dapat berdampak pada krisis air bersih, penurunan intensitas curah hujan juga dapat meningkatkan potensi kebakaran hutan lahan.

3. Pakar Hidrologi Unsoed ingatkan pentingnya melakukan mitigasi bencana kekeringan

BMKG: Waspada Bencana di 5 Kabupaten di Jateng Pada Puncak KemarauANTARA FOTO/Oky Lukmansyah

Sementara itu, Pakar Hidrologi dan Sumber Daya Air Universitas Jenderal Soedirman Yanto, Ph.D kembali mengingatkan mengenai pentingnya memperkuat mitigasi bencana kekeringan guna mengurangi dampak yang ditimbulkan.

"Upaya-upaya mitigasi bencana kekeringan harus kembali diintensifkan guna mengantisipasi puncak musim kemarau," katanya.

Dia menambahkan, upaya ini harus dilakukan kendati menurut prakiraan BMKG musim kemarau tahun ini lebih basah dari rata-rata normal.

"Walau menurut prakiraan BMKG musim kemarau tahun 2021 ini lebih basah dari rata-rata normal dan di sebagian besar wilayah, musim kemarau juga diperkirakan mundur dari tahun normalnya namun upaya mitigasi tetap harus dilakukan," katanya.

4. Harus dibarengi dengan strategi adaptasi perubahan iklim

BMKG: Waspada Bencana di 5 Kabupaten di Jateng Pada Puncak Kemarauunsplash.com/Jon Tyson

Dia juga kembali mengingatkan bahwa upaya mitigasi harus tetap dibarengi dengan beberapa strategi adaptasi perubahan iklim.

"Mitigasi saja tidak cukup sehingga perlu dibarengi dengan beberapa strategi adaptasi perubahan iklim, yang dapat dilakukan antara lain meningkatkan kapasitas tampungan air dalam bentuk waduk, bendungan, situ, embung, sumur resapan, biopori maupun alat pemanen hujan," katanya.

Baca Juga: Langganan Longsor, 75 Persen Daerah di Banjarnegara Rawan Bencana

Topik:

  • Bandot Arywono

Berita Terkini Lainnya