Padusan di Masa Pandemik, Nasib Tradisi Masyarakat Jawa Jelang Ramadan

Pemkab Boyolali perbolehkan padusan asal secara terbatas

Boyolali, IDN Times - Jelang Ramadan tradisi Padusan yang biasanya dilangsungkan oleh Pemerintah Kabupaten Boyolali ditiadakan. Masih diberlakukanya PPKM membuat Pemkab terpaksa tak melaksanakan tradisi masyarakat jelang Ramadan ini.

Konon padusan merupakan cara masyarakat Jawa melakukan pensucian diri sebelum menjalankan ibadah puasa Ramadan. Bagaimana nasib tradisi yang dilangsungkan sejak zaman Wali Songo ini dua tahun sejak adanya pandemik COVID-19.

Baca Juga: Waduh! Untuk Kedua Kalinya Tradisi Dandangan di Kudus Ditiadakan

1. Ritual padusan Pemkab Boyolali ditiadakan karena masih PPKM

Padusan di Masa Pandemik, Nasib Tradisi Masyarakat Jawa Jelang Ramadaninstagram.com/angelaclra_

Tidak dilangsungkannya padusan tahun ini dikarenakan masih dalam kondisi pandemik COVID-19 dan pemberlakuan PPKM.

Biasanya padusan merupakan agenda rutin yang digelar oleh Pemkab Boyolali. Ritual yang dilangsungkan di berbagai umbul atau mata air yang ada di Boyolali ini biasanya juga diisi dengan hiburan rakyat. Dan tahun ini sudah yang kedua kalinya ritual padusan ditiadakan.

"Kami tidak menggelar upacara ritual Padusan tahun ini, tidak ada promosi, dan tidak ada hiburan rakyat, karena aturan PPKM Mikro yang masih berlangsung," kata Kepala Dinas Pemuda, Olahraga, dan Pariwisata Kabupaten Boyolali Susilo Hartono seperti dilansir dari Antara, Kamis, (8/4/2021).

2. Tak melarang warga gelar padusan secara terbatas

Padusan di Masa Pandemik, Nasib Tradisi Masyarakat Jawa Jelang RamadanKangpoer.staff.ugm.ac.id

Meski pemkab tak menggelar ritual padusan namun Susilo mengatakan pihaknya tak melarang masyarakat yang menggelar tradisi tersebut secara terbatas. Dengan syarat yakni mematuhi protokol kesehatan diantaranya peserta dibatasi yakni 50 persen dari kapasitas tempat wisata.

"Jika ada pengunjung ingin melaksanakan Padusan tentu kami mempersilakan, asalkan dibatasi dan tidak boleh terlalu penuh atau hanya 50 persen dari kapasitas agar protokol kesehatan tetap terjaga," kata Susilo.

Karena itu, menurut Susilo, pihaknya akan bekerja sama dengan pengelola objek wisata untuk memantau tempat pemandian yang biasa digunakan untuk Padusan.

Baca Juga: Jelang Ramadan, Dugderan dan Gebyuran Bustaman di Semarang Ditiadakan

3. Padusan ditiadakan destinasi wisata air boleh buka

Padusan di Masa Pandemik, Nasib Tradisi Masyarakat Jawa Jelang Ramadankampoengilmu.com

Pantauan IDN Times di Umbul Tlatar dan Umbul Pengging Boyolali tak ada persiapan khusus untuk menggelar tradisi masyarakat sebelum menjalankan ibadah puasa tersebut.

Sama halnya dengan Boyolali, Pemkab Klaten juga meniadakan ritual padusan di wilayah Kabupaten Klaten. Padusan yang biasanya menjadi agenda rutin Umbul di Kecamatan Tulung, Polanharjo, Karanganom dan juga Kecamatan Kebon Arum ini ditiadakan.

Pemkab Klaten juga telah mengatur kegiatan seni dan tradisi di Kabupaten Bersinar di tengah pandemik Covid-19. Surat bernomor 430/195/13 tentang Penyelenggaraan Kegiatan Seni dan Tradisi yang terdiri dari enam poin, di poin terakhir disebutkan kegiatan padusan ditiadakan namun destinasi wisata air tetap dibuka dengan menerapkan protokol kesehatan ketat.

Yakni pengunjung maksimal 25 persen dari kapasitas dan jam operasional sampai dengan pukul 15.00 WIB. Tidak diizinkan menampilkan hiburan.

4. Tradisi yang dilakukan sejak zaman Wali Songo

Padusan di Masa Pandemik, Nasib Tradisi Masyarakat Jawa Jelang Ramadanbudayajawa.id/Rumantika Galuh

Lalu apa itu sebenarnya padusan, tradisi yang tiap tahun dilakukan masyarakat Boyolali, Klaten dan berbagai daerah di Jateng dan DIY ini? Padusan sendiri merupakan tradisi membersihkan diri baik secara fisik maupun rohani untuk menyambut bulan Ramadan yang dilaksanakan oleh masyarakat Jawa. Padusan biasanya dilakukan sehari menjelang Ramadan.

Padusan berasal dari kata adus yang dalam bahasa Indonesia diartikan sebagai mandi. Konon tradisi masyarakat Jawa ini sudah ada sejak zaman Wali Songo. Menurut cerita, tradisi ini dilakukan masyarakat sehari jelang Ramadan dengan mendatangi sumber mata air murni. Di tempat tersebut masyarakat kemudian mandi besar, membersihkan badan dari ujung rambut sampai ujung kaki.

Seiring berjalannya waktu padusan pada masyarakat Jawa mengalami pergeseran. Ritual mandi besar ke lokasi sumber mata air murni tidak lagi harus dilakukan di sumber mata air, namun bisa di rumah masing-masing.

Di Boyolali, biasanya masyarakat berbondong-bondong mendatangi berbagi mata air atau umbul untuk padusan. Beberapa tempat pemandian atau umbul yang kerap menjadi lokasi padusan yakni Umbul Sungsang dan Umbul Tirtomarto di kawasan wisata Pengging, Umbul Tlatar di Kecamatan Boyolali serta tempat pemandian di Kecamatan Simo.

Baca Juga: Dugderan Semarang Terhalang Corona, Pedagang Mainan Merana 

Topik:

  • Bandot Arywono

Berita Terkini Lainnya