Sehari 20 Orang Meninggal, Kebutuhan Peti Mati di Boyolali Kritis

Bentuk tim kecamatan antisipasi antrean jenazah COVID-19

Boyolali, IDN Times - Kebutuhan peti mati untuk pemakaman semakin meningkat di Boyolali. Pemesanan kebutuhan peti mati melonjak jika dibandingkan hari biasa sebelum pandemik COVID-19.

Data dari Badan Penanggulangan dan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Boyolali, jumlah kematian COVID-19 dalam sepuluh hari terakhir pada bulan Juni, minimal ada 20 kasus setiap harinya.

Baca Juga: Tabrakan Beruntun Empat Kendaraan, Dua Orang Tewas di Tol Boyolali

1. Kebutuhan peti mati dalam kondisi mengkhawatirkan

Sehari 20 Orang Meninggal, Kebutuhan Peti Mati di Boyolali KritisPengrajin Peti Mati , Dukuh Randu, Desa Jelok, Kecamatan Cepogo. Humas Boyolali

Kepala Bidang Kedaruratan dan Logistik Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Boyolali, Kurniawan Fajar Prasetyo Kamis (1/7/2021) menyebutkan kebutuhan peti mati dalam kondisi mengkhawatirkan.

“Kendala sekarang adalah peti mati yang kritis. Karena jumlah kematian tinggi maka efek domino maka peti mati kritis,” ujar pria yang akrab disapa Yoyok ini.

2. Penjual sediakan stok tambahan

Sehari 20 Orang Meninggal, Kebutuhan Peti Mati di Boyolali KritisMobil Jenazah yang mengantarkan jenazah pasien COVID-19 ke TPU Pondok Ranggon pada Selasa (16/9/2020). IDN Times/Aldila Muharma&Fiqih Damarjati

Adanya permintaan peti mati yang meningkat membuat para penjual peti mati menyediakan stok tambahan. Salah seorang pengusaha peti mati, Pipit Latifa yang mengatakan penjualan peti mati beberapa pekan terakhir mengalami peningkatan 50 persen.

Dijelaskan pihaknya mampu menjual antara 20 hingga 25 buah peti mati setiap bulan saat kondisi normal.

“Penjualan peti mati meningkat mungkin sekitar 50 persen,” terangnya saat ditemui di kios miliknya di Dukuh Randu, Desa Jelok, Kecamatan Cepogo, pada Jumat (2/7/2021) pagi.

3. Peti jenazah ludes dibeli untuk pemakaman COVID-19

Sehari 20 Orang Meninggal, Kebutuhan Peti Mati di Boyolali KritisPeti jenazah korban COVID-19 untuk sosialisasi (Dok. IDN Times/Istimewa)

Dalam sebulan ini saja, dia mampu membuat 50 peti mati dan langsung diserbu pembeli untuk pemakaman pasien positif Covid-19.

“Sebulan bisa mengeluarkan 50 (peti mati),” ujarnya.

Peti mati yang terbuat dari kayu jati maupun kayu randu ini sudah dilengkapi dengan peralatan jenazah dengan komplit mulai dari kain kafan, sabun hingga payung. Satu peti mati dihargai Rp 700 ribu hingga Rp3 juta tergantung dari kualitas bahan peti mati.

4. Bentuk tim kecamatan antisipasi penumpukan antrean jenazah COVID-19

Sehari 20 Orang Meninggal, Kebutuhan Peti Mati di Boyolali KritisTRC BPBD Boyolali siapkan logistik APD yang digunakan satgas pemakaman covid-19 kecamatan. (Humas Boyolali)

Pemkab Boyolali mengambil kebijakan membentuk petugas pemakaman di tingkat kecamatan. Langkah ini diambil untuk mengantisipasi penumpukan antrian jenazah COVID-19 yang akan dimakamkan oleh petugas pemakaman COVID-19 tingkat kabupaten.

Yoyok mengatakan pembentukan petugas pemakaman COVID-19 di tingkat kecamatan ini bertujuan untuk mendukung petugas pemakaman COVID-19 tingkat kabupaten.

Hingga kemarin ada 12 kecamatan yang sanggup mengadakan pemakaman di tingkat kecamatan, yang akan ditangani oleh tim satuan tugas (satgas) COVID-19 kecamatan. Dari jumlah 32 kematian, hampir di semua kecamatan rata.

5. Kecamatan siapkan tim Satgas yang terdiri dari 9 orang dilengkapi APD

Sehari 20 Orang Meninggal, Kebutuhan Peti Mati di Boyolali KritisIlustrasi tenaga medis mengenakan APD untuk menangani pasien virus corona. ANTARA FOTO/Irwansyah Putra

Adapun daftar kecamatan yang sudah siap dengan petugas pemakamannya adalah Kecamatan Juwangi, Kecamatan Wonosamodro, Kecamatan Wonosegoro, dan Kecamatan Karanggede.

Selain itu juga Kecamatan Boyolali Kota, Kecamatan Tamansari, Kecamatan Ampel, Kecamatan Cepogo, Kecamatan Musuk, Kecamatan Mojosongo, Kecamatan Klego dan yang terakhir Kecamatan Andong.

Tim satgas COVID-19 kecamatan terdiri dari sembilan orang dengan masing-masing tugas pokok fungsi. Seperti petugas pemanggul peti jenazah, petugas penimbun liang lahat, petugas penyemprot, driver, petugas administrasi dan dokumentasi, petugas pembaca doa dan pengawas pemakaman.

Seluruh petugas memakai alat pelindung diri (APD) lengkap. Petugas tingkat kecamatan berasal dari unsur relawan desa.

“Relawan di tingkat kecamatan yang diambil dari masing-masing desa, untuk menjadi tim kecamatan menjadi Sembilan orang. Semua kebutuhan terkait itu di- back up full oleh Pemkab Boyolali," terangnya.

Baca Juga: Gak Tertolong, 2 Warga Kudus Meninggal di Isolasi Donohudan Boyolali

Topik:

  • Bandot Arywono

Berita Terkini Lainnya