4 Arah Mata Angin Jadi Jurus SLB di Kendal Jaring Siswa Baru

Jumlahnya tak sebanyak tahun lalu

Kendal, IDN Times - Tahun Ajaran baru 2020-2021 berbeda dibandingkan masa sebelumnya. Kali ini harus dilaksanakan pada masa sulit lantaran pandemik virus corona (COVID-19) melanda Indonesia.

Hal tersebut turut dialami salah satu Sekolah Luar Biasa (SLB) di Kabupaten Kendal, Jawa Tengah. Mereka harus menyesuaikan diri terhadap kondisi pagebluk, terutama sulitnya menjaring siswa baru.

1. Kesulitan mendapat siswa baru menjadi pada masa pandemik virus corona

4 Arah Mata Angin Jadi Jurus SLB di Kendal Jaring Siswa BaruIDN Times/Dhana Kencana

Adalah SLB Muhammadyah Surya Gemilang yang berada di Jalan Margosari Limbangan Kendal yang merasakan beratnya menjaring siswa baru tahun ini.

Pada Tahun Ajaran baru tahun ini, sekolah yang telah berdiri sejak 2013 itu hanya menerima 9 siswa, yakni 7 siswa jenjang SD dan 2 siswa persiapan masuk jenjang Sekolah Dasar (SD). Total kini ada 147 siswa dimana 97 anak diantaranya adalah siswa SD, 29 anak siswa Sekolah Menengah Pertama (SMP), dan 22 siswa SMA (Sekolah Menengah Atas).

Para siswa tersebut mempunyai beragam hambatan seperti tunarungu wicara, tunagrahita, tunanetra, dan autis down syndrome.

Adapun untuk Tahun Ajaran tahun lalu, ada 24 siswa baru yang masuk di sekolah yang berjarak sekitar 60 kilometer dari kawasan Gunung Ungaran, Kabupaten Semarang itu.

2. Faktor orangtua menjadi penentu abk bisa mendapat pendidikan layak

4 Arah Mata Angin Jadi Jurus SLB di Kendal Jaring Siswa BaruIDN Times/Dhana Kencana

Kondisi pandemik virus corona (COVID-19) menjadi alasan banyaknya para orangtua enggan mendaftarkan anaknya yang berkebutuhan khusus. Padahal untuk masuk di SLB tersebut tak memerlukan biaya sepeser pun alias gratis.

Pun sekolah juga terbuka menerima calon siswa dari selain agama Islam, meskipun sekolah berada di bawah naungan yayasan Muhammadiyah. Termasuk apabila calon siswa berasal dari orangtua yatim piatu, akan diberikan fasilitas asrama selama pendidikan.

"Untuk pendaftaran kita memang lakukan secara online karena masa pandemik (COVID-19). Memang, untuk verifikasi diwajibkan tatap muka. Itupun sebenarnya dengan protokol kesehatan yang ada. Karena anak-anak SLB ini berbeda perlakuannya dengan anak normal," ungkap Kepala Sekolah SLBM Surya Gemilang, Kuntjoro saat ditemui IDN Times.

Justru tingkat pendidikan para orangtua menjadi faktor dominan banyaknya anak berkebutuhan khusus (abk) di Kendal dan sekitarnya tak mendapat kesempatan bersekolah. Disamping itu, imbuhnya, mereka masih dikaitkan dengan unsur takhayul maupun mitos di masyarakat setempat.

"Kami ada juga (menerima) siswa dari Nasrani. Kita terbuka. Anak berkebutuhan khusus harus mendapatkan pendidikan yang sama. Mereka juga harus bersekolah. Kami mendorong dan berusaha memfasilitasi mereka, tapi ya kita tak berhenti dan masih terus mengedukasi agar abk tak putus sekolah. Sebab penting menjadi bekal mereka kelak dewasa," tandas pria kelahiran Wonosobo itu.

Baca Juga: Kenali Dulu Tantangannya, 7 Poin yang Harus Dimiliki Guru SLB

3. Jurus arah mata angin untuk memudahkan calon siswa baru

4 Arah Mata Angin Jadi Jurus SLB di Kendal Jaring Siswa BaruIDN Times/Dhana Kencana

Tahun Ajaran baru ini pihak sekolah harus bekerja ekstra menjaring calon siswa. Beragam cara dilakukan, termasuk mengerahkan jurus membuka layanan pendaftaran di 4 titik arah mata angin.

Yaitu di wilayah Barat meliputi Kecamatan Singorojo Kendal dan sekitarnya; Timur mencakup Kecamatan Gunungpati dan Kecamatan Mijen Semarang; Selatan dengan Kecamatan Limbangan, Kecamatan Boja, dan Kecamatan Sumowono; serta Utara dengan wilayah Kecamatan Singorojo Kendal.

"SLBM ini melingkupi 3 kecamatan di Kendal (Singorojo, Limbangan, Boja) dan 2 kecamatan di Semarang (Gunungpati dan Mijen). Kita sebar di 4 titik itu agar calon siswa bisa lebih mudah mendaftar tanpa harus jauh-jauh datang ke sekolah," ungkap Kuntjoro.

4. KBM abk perlu perlakuan khusus dari anak normal

4 Arah Mata Angin Jadi Jurus SLB di Kendal Jaring Siswa BaruIDN Times/Dhana Kencana

Praktis SLBM hanya menerima 9 siswa baru pada Tahun Ajaran ini. Pada pekan pertama, pihak sekolah masih menerapkan Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ) untuk semua siswa termasuk siswa baru untuk Masa Pengenalan Lingkungan Sekolah (MPLS), hingga 30 Juli 2020 mendatang. Hal itu dilakukan sesuai imbauan otoritas terkait zonasi virus corona (COVID-19).

Untuk sistem pembelajarannya lebih banyak ditekankan pada kemampuan atau skill siswa dibandingkan bidang akademis, sesuai panduan dari Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud).

"Sistem pembelajaran di SLBM (Surya Gemilang) 70 persen adalah skill dan 30 persen pengetahuan atau pelajaran. Karena anak-anak berkebutuhan khusus memerlukan pendampingan khusus yang berbeda dengan anak normal lainnya. Mereka harus banyak berkegiatan dalam proses atau kegiatan belajar mengajarnya," tandas Kuntjoro.

5. Kelas keterampilan sebagai modal vokasi para siswa

4 Arah Mata Angin Jadi Jurus SLB di Kendal Jaring Siswa BaruIDN Times/Dhana Kencana

Adapun PJJ yang diharapkan tidak semulus yang dibayangkan pelaksanaannya. Tak sedikit para orangtua yang terkendala alat komunikasi serta jaringan internet. Solusinya, para guru harus jemput bola menghampiri rumah siswa untuk memberikan materi pelajaran dan soal.

"Wali kelas atau guru seminggu (Tahun Ajaran baru) ini harus jalan ke rumah siswa. Jadi Senin memberikan materi dan soal, kemudian Sabtu mengambil kembali soal yang telah dijawab. Perlu semangat ekstra karena ada juga siswa yang lokasinya 20 kilometer dari sekolah," aku Kuntjoro.

Selain pelajaran akademis yang diberikan, para siswa juga mendapat kelas keterampilan, sebagai bagian pendidikan vokasi di SLB. Berbeda dengan materi akademis, untuk kelas keterampilan, pihak sekolah tak mewajibkan para siswanya hadir ke sekolah. Namun jika mereka berkeinginan datang dipersilakan dan menaati protokol kesehatan COVID-19.

6. Pandemik COVID-19 mengajarkan siswa lebih rajin soal kesehatan

4 Arah Mata Angin Jadi Jurus SLB di Kendal Jaring Siswa BaruIDN Times/Dhana Kencana

Ihwal skill yang diajarkan ada 4, yaitu tata boga, tata rias, sablon, dan membatik. 

""Kami mempersilakan jika ada siswa yang ingin masuk kelas keterampilan di awal Tahun Ajaran baru ini. Karena mereka mungkin juga sudah bosan, bahkan gak sedikit juga orangtua yang cukup terbantu jika anak mereka berangkat ke sekolah untuk mengikuti kelas keterampilan," jelas Kuntjoro yang pensiunan ASN di Dinas Pendidikan Jawa Tengah.

Lanjutnya, "Mereka itu kan berkebutuhan khusus, harus ekstra penanganannya. Kadang orangtua gak sabar. Makan mereka juga banyak, bisa 5-6 kali sehari. Kalau masuk sekolah kita memberikan makan gratis. Tapi tetap kita memperhatikan protokol kesehatan, termasuk juga kita edukasi mereka (para siswa) soal itu."

Pagebluk ini tak semata membuat SLBM terpuruk. Proses pembelajaran siswa masih tetap dilakukan dengan segala keterbatasan. Diakui Kuntjoro, hikmahnya ada tambahan pelajaran terkait dengan protokol kesehatan virus corona kepada para siswa.

"Nilai-nilai atau ajaran kesehatan sudah kami berikan sebelum adanya pandemik COVID-19. Tapi saat ini, lebih ekstra kepada mereka. Harapannya mereka bisa tahu, memahami, dan diterapkan pada diri sendiri, di lingkungan keluarga juga," pungkasnya.

Baca Juga: 6 Macam Sekolah Luar Biasa (SLB) yang Wajib Kamu Ketahui

Topik:

  • Dhana Kencana

Berita Terkini Lainnya