5 Fakta Jejak Vaksin Nusantara di Semarang, Jaringan Amerika Terlibat

Sudah dilakukan sejak Desember 2020 dan banyak nama terlibat

Semarang, IDN Times - Mantan Menteri BUMN, Dahlan Iskan membongkar seluk-beluk vaksin Nusantara, yang kini tengah dikembangkan di Semarang, Jawa Tengah. Mulai dari proses uji klinis, orang-orang yang terlibat, juga perjalanan vaksin tersebut mendapat lampu hijau di Indonesia. Inilah 5 fakta vaksin Nusantara.

1. Dahlan optimistis vaksin Nusantara bisa mulai jalan Mei 2021

5 Fakta Jejak Vaksin Nusantara di Semarang, Jaringan Amerika TerlibatDahlan Iskan. Instagram.com/dahlaniskan19

Dahlan berkeyakinan kemunculan vaksin Nusantara akan menjadi terobosan baru di Indonesia maupun dunia. Ia juga optimistis jika vaksin tersebut bisa dijalankan pada Mei 2021.

"Johnson & Johnson menyalip Pfizer dan AstraZeneca, dengan penemuannya cukup satu kali suntik. Pfizer sendiri menyalip (vaksin) Tiongkok, Sinovac dalam hal efikasi yang lebih tinggi, 95 persen. Vaksin Nusantara-nya dokter Terawan akan menyalip di banyak tikungan sekaligus. Mulai bulan Mei (2021) nanti. Tidak lama lagi. Kalau, BPOM bisa mengeluarkan izin pemakaian darurat di bulan itu," tulisnya pada laman disway.id.

Dahlan menyebut uji klinis tahap I telah selesai dan hasilnya sudah dilaporkan ke BPOM dan badan kesehatan dunia (WHO). Dari uji coba tersebut, terlihat tidak satu pun dari 27 relawan yang terkena efek samping.

"Diharapkan badan obat dan makanan Indonesia (BPOM) itu mengizinkan dilakukannya uji coba lanjutan, uji coba tahap II dengan jumlah dan variasi relawan lebih banyak, dengan variasi dosis lebih luas," katanya 

Jika mendapat lampu hijau, uji klinis tahap II akan segera dilakukan. Dengan begitu, imbuh Dahlan, BPOM baru akan memberikan izin pemakaian darurat vaksin Nusantara pada awal Mei 2021.

2. Penyuntikan vaksin Nusantara berbeda metode dan diklaim tidak sakit

5 Fakta Jejak Vaksin Nusantara di Semarang, Jaringan Amerika TerlibatPetugas kesehatan menyuntikan vaksin kepada relawan saat simulasi uji klinis vaksin COVID-19 di Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran, Bandung, Jawa Barat, Kamis (6/8/2020). ANTARA FOTO/M Agung Rajasa

Selain membuka proses uji klinis, pria kelahiran Magetan, Jawa Timur itu mengungkapkan sejumlah keunggulan dari vaksin Nusantara. Di antaranya vaksin tersebut akan bisa di tubuh seumur hidup. Hal itu berbeda dengan vaksin-vaksin lainnya yang bertahan hanya satu tahun, bahkan pada waktu yang lebih pendek.

"Artinya, kalau pandemi tidak selesai 6-9 bulan lagi kita harus vaksinasi lagi,"ujar Dahlan.

Kemudian penyuntikan vaksin Nusantara hanya sekali pada lengan manusia. Bahkan Ayah CEO Jawapos, Azrul Ananda itu mengklaim suntikan vaksin Nusantara tidak sakit karena tidak perlu dalam, cukup pada bagian lemak dan penyuntikannya tidak harus tegak lurus.

"Tidak seperti suntik vaksin yang ada selama ini jarumnya harus mencapai otot lengan, harus dalam. Posisi jarum pun harus tegak-lurus. Rasa sakit dari suntik vaksinasi yang ada sekarang ini timbul akibat teknik penyuntikan yang harus seperti itu," tuturnya.

Vaksin Nusantara juga diyakini Dahlan tidak perlu disimpan pada suhu dingin, cukup di ruangan biasa.

"Puskesmas yang kulkasnya sudah penuh pun tidak harus beli kulkas baru. Pun kalau listrik mati. Tidak membuat Vaksin Nusantara sampai rusak. Berarti cocok sekali dengan kondisi Indonesia," akunya.

Baca Juga: BPOM Sedang Evaluasi Data Uji Klinis Tahap I Vaksin Nusantara 

3. Teknologi vaksin Nusantara berasal dari Amerika

5 Fakta Jejak Vaksin Nusantara di Semarang, Jaringan Amerika TerlibatIlustrasi Penyuntikan Vaksin. ANTARA FOTO/Soeren Stache/Pool via REUTERS

Dahlan turut menjelaskan ihwal penggunaan nama Vaksin Nusantara padahal teknologi yang digunakan berasal dari Amerika, setelah bertanya kepada Haryono Winarta.

"Karena di Amerika sendiri belum dikembangkan. Pengembangan pertamanya dilakukan di Indonesia. Dengan peralatan sepenuhnya buatan Indonesia," ujar Haryono Winarta, yang dipanggil Dahlan dengan nama Ming.

Panggilan Ming pria asli Surabaya, Jawa Timur itu diambil dari nama Tionghoa-nya, Liu Ming Ming. Ming disebut ikut mendampingi Mantan Menteri Kesehatan, Terawan Agus Putranto menggarap vaksin Nusantara.

"Mertua Ming memang punya pabrik obat besar di Surabaya. Yang selama ini juga memproduksi obat-obat resep dokter untuk pasien COVID-19. Ming lulusan SD YPPI Kapasari, Surabaya. Lalu disekolahkan ke Singapura," beber Dahlan dalam tulisannya berjudul Vaksin Nusantara.

Ayah Ming diketahui seorang kontraktor drilling minyak mentah. Ming kuliah di Amerika, mengambil jurusan ekonomi dan marketing hingga S-3 (PhD). Beberapa teman kuliah Ming diantaranya Erick Thohir, Sandiaga Uno, Moh Luthfi, dan Rosan Roeslani.

4. Seluruh proses perizinan vaksin Nusantara kelar saat Terawan menjabat Menkes

5 Fakta Jejak Vaksin Nusantara di Semarang, Jaringan Amerika TerlibatMantan Menteri Kesehatan Terawan Agus Putranto. ANTARA FOTO/Puspa Perwitasari

Dahlan mengaku, jaringan Amerika tersebut yang membuat Ming dipercaya mengembangkan vaksin Nusantara di Indonesia, bersama Terawan. Adapun, imbuhnya, seluruh proses perizinan awal vaksin Nusantara sudah selesai pada zaman Terawan menjabat sebagai Menkes.

Ming sendiri, aku Dahlan, sudah disuntik vaksin Nusantara, bersama istri dan kedua anaknya. Malahan penyuntikannya sudah dilakukan dua bulan lalu atau pada awal Desember 2020.

"Saya sengaja minta divaksinasi lebih dulu. Kalau ada risiko saya harus merasakan," ujar Ming melansir tulisan Dahlan.

Selain Ming, ada nama Prof Dr Taruna Ikrar asal Makassar, yang juga dosen di University of California Irvine. Prof Ikrar diketahui masih kerabat dengan Kapolda Metro Jaya saat ini, Irjen Moh Fadil Imran.

Dahlan berkisah, usai menjadi dokter dari Universitas Indonesia, Ikrar yang pernah bertugas di Puskesmas Jakarta Selatan memutuskan untuk pergi ke Amerika Serikat.

Ketika Terawan menjadi Menkes, Prof Ikrar diangkat menjadi Ketua Konsil Kedokteran Indonesia, badan yang bertugas meregistrasi dokter, baik lulusan dalam maupun luar negeri, juga memperbarui registrasi tersebut setiap lima tahun.

5. Dahlan Iskan sampai Tomy Winata ikut uji klinis tahap II vaksin Nusantara

5 Fakta Jejak Vaksin Nusantara di Semarang, Jaringan Amerika TerlibatANTARA FOTO/Nyoman Budhiana

Pengembangan Vaksin Nusantara bekerja sama dengan Balitbang Kementerian Kesehatan. Seluruh penelitian dan uji coba dikerjakan di RSUD dr Kariadi Semarang, bersama Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro (Undip).

Dahlan bercerita saat ini ada 8 ahli vaksin dari Amerika yang berada di Semarang, Jawa Tengah, bersama ahli dari Undip memelopori vaksin Nusantara.

Peneliti utama Undip Semarang yang terlibat antara lain dr Djoko Wibisono, dr Muhammad Karyana, dan Dr Muchlis Achsan Udji Sofro.

Salah satu peneliti vaksin Nusantara, dr Yetty Movieta Nency SpAK, untuk uji klinis tahap I melibatkan 27 orang telah menjadi relawan.

Dahlan menyatakan relawan tersebut diambil dari 126 orang yang lolos seleksi kesehatan, yang berasal dari masyarakat di sekitar RSUP dr Kariadi Semarang. Di antaranya satpam dan tukang parkir rumah sakit tersebut.

Jika Ming ikut uji klinis tahap I, Dahlan beserta istri, juga Terawan akan menjadi relawan uji klinis tahap II vaksin Nusantara. Termasuk juga salah satu pengusaha, Tomy Winata.

"Saya ikut dengan harapan bulan Mei 2021 vaksin Nusantara sudah bisa dipakai secara darurat," tandasnya.

Baca Juga: 1.807 Relawan di Semarang Disiapkan untuk Uji Klinis Vaksin Nusantara

Topik:

  • Dhana Kencana

Berita Terkini Lainnya