Berkah Perca Demi Kesehatan Mental Diri dan Anak Lebih Amanah

Modal pemasaran getok tular di dunia nyata dan maya

Semarang, IDN Times - Kedekatan dan hubungan dengan seorang ibu merupakan kebutuhan dasar psikologis seorang anak. Hal itu menjadi pondasi kecakapan seseorang dalam bertahan, menghadapi, dan mengatasi stres.

Sebab, pengalaman seorang anak dengan ibu ikut memengaruhi kemampuan dalam mengatasi situasi yang penuh tekanan di masa tumbuh kembangnya.

1. Kedekatan anak dan ibu kurangi stres

Berkah Perca Demi Kesehatan Mental Diri dan Anak Lebih Amanahilustrasi ibu dan anak perempuannya sedang makan (https://www.freepik.com/)

Psikolog Farani Hidayah Angkat mengatakan, apabila sikap ibu dingin, sedikit bicara, mudah marah, tidak punya waktu, terlalu keras, otoriter, atau bahkan tidak mampu memberikan perlindungan dan rasa aman kepada anak, maka yang terjadi adalah anak kurang mendapatkan bekal keterampilan untuk mengatasi tekanan.

Dengan begitu, anak menjadi rentan terhadap stres dan kecemasan.

"Bagi para ibu, berikanlah waktu, energi, serta tunjukan cintamu kepada anak melalui kata-kata, sikap, dan perbuatan. Interaksi dua arah yang positif, intens, dan berkualitas akan membangun kedekatan emosional anak dengan ibunya. Anak mendapatkan ketenangan, rasa aman, serta pengetahuan yang berguna sehingga ia mampu mengatasi dan mengelola berbagai tekanan di kemudian hari," kata Farani yang bekerja di RS Hermina Depok, sebagaimana dilansir laman resmi rumah sakit tersebut, Minggu (4/6/2023).

2. Berkorban demi kesehatan mental bersama

Berkah Perca Demi Kesehatan Mental Diri dan Anak Lebih Amanahilustrasi kesehatan mental (pixabay.com/Wokandapix)

Hal itu yang selalu menjadi perenungan Lyna Windiarti saat usianya menginjak 40 tahun atau sekitar tahun 2016 lalu. Ia terpaksa memutuskan berhenti menjadi pekerja kantoran dari sebuah pabrik garmen kenamaan di Semarang setelah enam tahun bekerja.

Batin Lyna selalu bergolak ketika harus melembur dan saat pulang malam, kedua anaknya--Regina Najla dan Akbar Rizqullah--sudah tertidur pulas. Lyna merasa keterbatasan waktu berinteraksi dengan mereka membuat dirinya merasa tidak berarti.

"Saya sudah ke sana kemari kerja di banyak pabrik garmen besar. Mungkin usia 40 tahun jadi titik balik. Memang selalu kepikiran (anak-anak) kalau lembur, pulang malam. Bagaimana makannya, siapa yang menemani mereka di rumah. Daripada menjadi beban mental saya dan anak-anak, saya putuskan untuk resign," ujarnya sambil berkaca-kaca saat ditemui IDN Times, Kamis (25/5/2023).

Baca Juga: QRIS Bantu Yuli Tak Lagi Parno sama Uang Palsu

3. Tetap semangat untuk terus belajar

Berkah Perca Demi Kesehatan Mental Diri dan Anak Lebih AmanahPemilik UMKM Double Eight Craft, Lyna Windiarti (47) menjahit kain perca di Semarang, Kamis (25/5/2023). (IDN Times/Dhana Kencana)

Lyna memberanikan diri membuka jasa penjahitan (tailor) di rumah dengan modal kemampuan menjahit autodidak ala kadarnya. Kondisi itu dilakukan demi menyambung hidup dan mencari tambahan nafkah bagi keluarga.

Kala itu, konsumennya masih terbatas pada tetangga dan kelompok pengajian ibu-ibu setempat.

Merasa keterampilannya mentok, Lyna nekat mengikuti kursus menjahit di sebuah Lembaga Pelatihan Kerja (LPK)--yang berjarak 15 kilometer dari rumahnya--meskipun di usia yang dianggap banyak orang sudah tidak lagi produktif.

"Saya ini kan tidak punya privilege (dari orang kaya atau bermodal banyak). Saya rela, semuanya saya jalani, pelan-pelan, dan berproses. Selama 1,5 tahun kursus dan membeli mesin jahit portabel dengan angsuran Rp150 per bulan selama setahun, ya saya nikmati karena bagian dari usaha ini," aku istri Joko Heri itu.

4. Berawal dari iseng mengolah kain perca

Berkah Perca Demi Kesehatan Mental Diri dan Anak Lebih AmanahPemilik UMKM Double Eight Craft, Lyna Windiarti (kiri) mengecek jahitan kain perca di Semarang, Kamis (25/5/2023). (IDN Times/Dhana Kencana)

Bertambahnya pelanggan tidak serta merta membuat Lyna nyaman dan berbangga. Ia merasa aktivitasnya justru menimbulkan banyak limbah kain perca.

Berangkat dari kepedulian tersebut, ia berinisiatif mengolahnya untuk dijahit kembali menjadi sarung bantal dengan padu padan desain, kreasi, dan teknik jahitan yang unik. Mulai dari patchwork, aplikasi (applique), dan quilting.

"Lama kelamaan jadi mikir saya. Ko banyak sisa kain potongan yang gak kepake, ada perca batik, perca kebaya, perca jas gitu. Karena eman (sayang kalau) dibuang dan jadi sampah, akhirnya saya jahit-jahit jadi sarung bantal. Gak tahunya banyak yang suka," tutur perempuan berusia 47 tahun itu.

5. Pemasaran mulut ke mulut di dunia nyata dan maya

Berkah Perca Demi Kesehatan Mental Diri dan Anak Lebih AmanahPemilik UMKM Double Eight Craft, Lyna Windiarti (47) mengecek transaksi penjualan secara online melalui smartphone di Semarang, Kamis (25/5/2023). (IDN Times/Dhana Kencana)

Kreasi home decore Lyna rupanya banyak diminati pelanggan sehingga harus menelurkan beberapa produk selain sarung bantal. Padahal, ia hanya mengandalkan pemasaran dan penjualan melalui smartphone menggunakan media sosial, buah inisiatif dari penjualan getok tularnya saat itu.

"Karena dulu semua saya handle dan gaptek, mau tidak mau ya belajar sendiri (autodidak). Produk-produk awalnya masih dari mulut ke mulut, lalu saya beranikan share via WhatsApp di grup-grup pengajian dan teman-teman, dan posting di status Facebook. Alhamdulillah responsnya bagus, ada banyak yang pesan. Akhirnya jadi ketagihan dan sekarang fokus menekuni produk berbahan perca ini," ucap Lyna.

Hingga awal tahun 2023, sudah ada puluhan kreasi home decore dan fashion Lyna berjenama Double Eight Craft--menyarikan tanggal kelahiran kedua anaknya, tanggal delapan--. Mulai dari sarung bantal, taplak meja, selimut, boneka, topi, tote bag, outer, cardigan, sampai jaket.

Harga jual produk UMKM rumahan tersebut berkisar mulai Rp35 ribu hingga Rp1 juta. Sebagian besar pelanggan Lyna berasal dari Jakarta dan sekitarnya, juga beberapa dari luar negeri. Seperti Belanda, Jerman, juga Kanada.

"Produk perca saya ini homemade, jadi satu produk dengan produk lainnya dipastikan tidak akan sama. Baik dari warna, mood, desain, dan kain perca yang digunakan," kata pemilik UMKM Double Eight Craft yang sudah mendapatkan Hak Atas Kekayaan Intelektual (HAKI) tahun 2019 itu.

6. Kawah candradimuka UMKM berkembang

Berkah Perca Demi Kesehatan Mental Diri dan Anak Lebih Amanah

Lyna mengaku, usaha rumahan kerajinan tangan tersebut ia kerjakan seorang diri, mulai dari bahan baku, produksi, hingga pemasaran.

Menurutnya, bisnisnya bisa berkembang hingga saat ini salah satunya adalah peran Rumah BUMN BRI Semarang, yang menjadi kawah candradimuka untuk upgrade kemampuan dan scale up UMKM Double Eight Craft.

"Saya ke sana tahun 2019. Gabung di komunitasnya dan benar-benar membuka wawasan. Banyak insight positif, bisa saling sharing, ada pelatihan seperti cara branding, packaging yang memang tidak akan kita dapatkan kalau belajar sendiri. Karena ada mentornya. Dari situ saya tahu, oh ternyata begini, kurang pas ternyata kemasannya dan dapat masukan untuk pengembangan usaha," sebut Lyna.

Keaktifan Lyna membuat Double Eight Craft terpilih bergabung bersama 24 UMKM lain untuk program BRI Incubator.

Mereka, pelaku UMKM yang masuk program tersebut akan mendapatkan pelatihan untuk peningkatan kapasitas dan kapabilitas sehingga bisa bersaing di kancah internasional.

Ultramicro Social and Incubation Division Head BRI RO Semarang, Niken Prawesti mengatakan, para pelaku UMKM yang terpilih dari 60-an UMKM yang mendaftar mengikuti BRI Incubator telah melalui proses seleksi dan kurasi produk.

Baca Juga: Bayar Sekolah Tak Lagi Telat Berkah KUR untuk Olah Limbah

Topik:

  • Dhana Kencana

Berita Terkini Lainnya