Gas Bumi untuk Industri agar Ramah Lingkungan dan Berkelanjutan

Dukungan penuh untuk industri di Kabupaten Batang

Kawasan Industri Terpadu (KIT) Batang di Jawa Tengah menjadi salah satu Proyek Strategis Nasional (PSN) Pemerintah. Pembangunan kawasan seluas 4.300 hektare (ha) tersebut dimulai sejak tahun 2021 dan bisa beroperasi pada 2024, dengan total anggaran mencapai Rp3,1 triliun dari Anggaran Pendapatan Belanja Negara (APBN).

Kawasan tersebut terbagi menjadi tiga klaster dengan klasifikasi industri yang berbeda-beda, yakni:

  • Klaster 1 seluas 3.100 ha: Industri peralatan otomotif dan peralatan transportasi, industri kimia, dan industri tekstil dan baterai
  • Klaster 2 seluar 800 ha: Industri makanan dan minuman dan industri TIK dan elektronik pergudangan
  • Klaster 3 seluas 400 ha: Riset dan Pengembangan (R&D) dan Komersialisasi.

Berbagai fasilitas ditawarkan untuk para calon investor. Salah satunya adalah jaringan transmisi pipa gas bumi yang sedang dibangun dan ditargetkan dapat selesai dan beroperasi pada 2023.

Gas Bumi untuk Industri agar Ramah Lingkungan dan BerkelanjutanIlustrasi pembangunan jaringan pipa gas transmisi. (ANTARA FOTO/Rahmad)

PT Perusahaan Gas Negara (PGN) Tbk sebagai subholding gas PT Pertamina (Persero) menyediakan pasokan gas bumi beserta infrastruktur pendukungnya, berupa pipa gas, Compressed Natural Gas (CNG), dan Liquified Natural Gas (LNG), untuk melayani kebutuhan energi sektor komersial dan industri di KIT Batang.

Untuk KIT Batang, PGN membangun infrastruktur jaringan pipa transmisi gas sepanjang 67 kilometer (km). Rinciannya dari Jumperline Tambak Lorok Semarang Pipa Transmisi Offshore PT Kalimantan Jawa Gas (KJG) menuju Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Kendal sepanjang 29 km dan dari KEK Kendal ke KIT Batang sepanjang 38 km.

Area Head PGN Semarang, Sugianto Eko Cahyono mengatakan, infrastruktur gas menjadi kunci untuk mengoptimalkan pemanfaatan gas bumi yang berkelanjutan serta menjangkau lebih banyak wilayah dan pasar.

"Permintaan (demand) di KIT Batang sangat tinggi. Beberapa pabrik mulai dibangun di sana dan pastinya membutuhkan pasokan energi yang besar. Potensi kebutuhan gas bumi di KIT Batang bisa mencapai 10 BBTUD (miliar British Thermal Unit per hari)," katanya kepada IDN Times di Semarang, Selasa (25/10/2022).

Gas Bumi untuk Industri agar Ramah Lingkungan dan BerkelanjutanIlustrasi aktivitas petugas PT Perusahaan Gas Negara (PGN) Tbk di pipa gas bumi. (Dok. PGN)

Berdasarkan catatan Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Batang per September 2022, sudah ada empat perusahaan multinasional di KIT Batang yang telah resmi menjadi pelanggan PGN untuk kebutuhan produksi. Mereka adalah LG Chem (produsen baterai asal Korea Selatan), KCC Glass Corporation (produsen kaca asal Korea Selatan), Wavin (produsen pipa plastik asal Belanda), dan Abroad Vitrified (produsen keramik asal India).

Direktur Utama KIT Batang, Ngurah Wirawan memastikan, jika pasokan gas untuk wilayahnya akan berjalan tepat waktu sesuai dengan jadwal yang sudah ditentukan. Yaitu beroperasi pada pertengahan tahun 2023. Ketika sudah beroperasi, konsumsi gas PGN untuk KIT Batang diperkirakan sebesar 24 juta standar kaki kubik per hari (Million Standard Cubic Feet Per Day/ MMSCFD).

Penggunaan gas bumi PGN untuk pelanggan komersial dan industri di KIT Batang menjadi perwujudan kolaborasi bersama untuk merealisasikan green industrial estate yang masuk dalam konsep besar kawasan tersebut, yaitu smart and sustainable industrial estate.

Konsep tersebut merupakan dukungan terhadap target pemerintah dalam pemenuhan nol emisi karbon (Net-Zero Emissions/ NZE) pada tahun 2060. Pasalnya, kawasan industri sebagai pusat kegiatan produksi berperan penting untuk mengurangi emisi karbon terhadap aktivitas operasionalnya.

Gas bumi sendiri menjadi salah satu energi yang dianggap sebagai energi ramah lingkungan. Dengan memakai gas tersebut, energi yang dihasilkan akan sama besar dengan jika menggunakan minyak bumi atau batu bara. Yang membedakan adalah gas bumi tidak mengeluarkan sisa pembuangan yang berbahaya yang mengancam lingkungan dan kesehatan.

Ngurah menambahkan, sebagai kawasan industri, KIT Batang mendukung upaya pemerintah untuk mendorong pemanfaatan energi bersih guna menciptakan kawasan industri yang ramah lingkungan. Sehingga tren saat ini, industri tidak hanya memastikan ketersediaan dan efisiensi energi semata, melainkan ikut memastikan bahwa energi yang digunakan dan disediakan ramah lingkungan dan rendah kadar hidrokarbon (emisi karbon).

Baca Juga: [FOTO] Energi Bersih Pertamina Mewujudkan Perempuan Bondan Bercahaya

Gas Bumi untuk Industri agar Ramah Lingkungan dan BerkelanjutanIlustrasi pengisian tabung Compressed Natural Gas (CNG) PT Pertagas Niaga (PTGN) di Bali. (ANTARA FOTO/Fikri Yusuf)

Tidak jauh dari KIT Batang atau sekitar 28 kilometer, Batang Industrial Park (BIP) ikut memanfaatkan penggunaan gas bumi. Adalah PT Pertagas Niaga (PTGN), sebagai afiliasi subholding gas PT Pertamina (Persero) yang memasok kebutuhan gas bumi ke kawasan industri seluas 500 hektare (ha) tersebut.

Moda penyaluran gas ke kawasan tersebut menggunakan infrastruktur nonpipa, yakni dengan Compressed Natural Gas (CNG), karena belum adanya jaringan pipa gas transmisi, baik dari maupun ke wilayah itu.

PTGN menyuplai CNG ke pabrik baru milik perusahaan multinasional PT Nestle Indonesia, bernama Nestle Bandaraya yang dibangun di kawasan berkonsep industri berkelanjutan tersebut. CNG akan digunakan sebagai bahan bakar boiler (mesin uap) dengan jumlah volume mencapai 12 ribu m³ per bulan di pabrik seluas 20 ha itu.

CNG adalah gas bumi yang terkompresi atau yang dipampatkan pada tekanan tinggi sehingga volumenya menjadi sekitar 1/250 dari volume gas bumi pada keadaan standar. CNG disimpan dan didistribusikan dalam bejana tekan berbentuk silinder.

Untuk penyaluran, PTGN bersinergi dengan PT Patra Logistik sebagai transporter (pengangkut) CNG dari Stasiun Pengisian Bahan Bakar Gas (SPBG) Kaligawe Semarang ke kawasan BIP.

Gas Bumi untuk Industri agar Ramah Lingkungan dan BerkelanjutanIlustrasi pengisian tabung Compressed Natural Gas (CNG) PT Pertagas Niaga (PTGN). (Dok PTGN)

Keputusan pabrik Nestle Bandaraya menggunakan CNG bukan tanpa alasan. Dari data yang dihimpun IDN Times, penggunaan CNG menghemat biaya produksi, khususnya untuk bahan bakar. 

Penerapannya sudah terbukti di salah satu pabrik milik Nestle di Nigeria, Nestle Flowergate. Penggunaan CNG di pabrik tersebut mampu mengefisienkan biaya bahan bakar secara signifikan, yakni mencapai 30 persen per tahun. Selain murah, gas CNG yang bersifat tidak beracun dan ramah lingkungan ikut meningkatkan keberlanjutan industri karena mengurangi pengeluaran karbon dioksida (CO2) sehingga minim emisi.

Presiden Direktur PT Nestle Indonesia, Ganesan Ampalavanar dilansir dari laman resminya menyatakan, pabrik Nestle Bandaraya siap berproduksi komersial pada 2023. Selain itu, standar operasi pabrik yang memproduksi produk susu cair Bear Brand dan minuman siap konsumsi Milo itu akan menerapkan teknologi ramah lingkungan, di antaranya menggunakan CNG.

Presiden Direktur PTGN, Aminuddin menjelaskan, penggunaan CNG untuk industri menjadi solusi untuk memenuhi kebutuhan energi bersih yang andal di wilayah yang belum terjangkau infrastruktur jaringan pipa gas.

"Suplai CNG (ke Nestle Bandaraya) menjadi keagresifan dari PTGN sebagai subholding gas grup untuk meluaskan pasar di Jawa Tengah,karena menjadi salah fokus wilayah niaga kami. Industri di (Kabupaten) Batang terus bertumbuh dan kami optimistis dapat mendukungnya dengan menyediakan energi bersih,” ujarnya dalam keterangan resmi tertulis, Sabtu (10/9/2022).

Gas Bumi untuk Industri agar Ramah Lingkungan dan BerkelanjutanIlustrasi pengisian tabung Compressed Natural Gas (CNG) PT Pertagas Niaga (PTGN). (Dok PTGN)

Penyaluran CNG ke kawasan BIP menambah jumlah pelanggan komersial dan industri PTGN di Jawa Tengah. Hingga Rabu (2/11/2022), PTGN telah melayani 19 pelanggan komersial dan industri di Jateng dengan total pemakaian gas mencapai 13 miliar BTU (British Thermal Unit) per hari.

General Manager PGN Sales and Operation Region (SOR) III Jabanusa, Edi Armawiria menyatakan, pengembangan infrastruktur gas baik pipa maupun nonpipa dilakukan pihaknya untuk mempercepat peningkatan pemanfaatan gas bumi kepada seluruh pelanggan.

“PGN siap menyalurkan gas bumi serta mengembangkan infrastruktur gas bumi untuk memberi nilai tambah yang lebih banyak di Jawa Tengah. Seluruh infrastruktur (pipa dan nonpipa) diintegrasikan untuk menunjang pasokan gas bumi dalam jangka waktu yang panjang, baik berbasis onshore maupun offshore. Seperti SPBG Kaligawe yang dioptimasi untuk menyediakan bahan bakar gas yang lebih hemat dan ramah lingkungan tidak hanya untuk sektor transportasi, tapi juga untuk kebutuhan komersial dan industri,” katanya kepada IDN Times di Malang, (2/11/2022).

Baca Juga: Kisah Para Perwira Energi, Kawal Avtur Sampai Tuntas Antar Pesawat Terbang hingga Tinggal Landas

Topik:

  • Dhana Kencana

Berita Terkini Lainnya