[FOTO] Green Refinery, Wujud Transisi Energi Pertamina Kurangi Emisi
Follow IDN Times untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
PT Pertamina (Persero) berinovasi untuk menghasilkan produk berkualitas yang ramah lingkungan dan mewujudkan transisi energi. Inovasi untuk menekan emisi karbon dilakukan mulai dari teknologi, peralatan produksi, hingga menghasilkan produk rendah emisi, dari yang fossil-based (berbasis fosil) ke bio-based (berbasis hayati).
Hal itu dilakukan sebagai komitmen untuk mendukung target pemerintah dalam pemenuhan nol emisi karbon (Net Zero Emission/ NZE) nasional pada tahun 2060.
Melalui anak usahanya, PT Kilang Pertamina Internasional (KPI), Pertamina membuat Green Refinery project (proyek) di Kilang Refinery Unit (RU) IV Cilacap.
Ada dua fase dalam proyek Green Refinery. Fase I yang resmi beroperasi pada Januari 2022 mampu mengolah Green Diesel dengan kapasitas mencapai 2,5--2,8 million barel steam per day (MBSD). Adapun, feedstock (bahan baku) berupa 100 persen Refined Bleached Deodorized Palm Oil (RBDPO). Yaitu minyak kelapa sawit mentah (Crude Palm Oil/ CPO) yang telah mengalami proses pemucatan, penghilangan asam lemak bebas dan bau.
Kemudian fase II direncanakan akan beroperasi tahun 2026 dengan peningkatan kapasitas produksi Green Diesel mencapai 6 MBSD. Selain kapasitas, pada fase II juga akan ditingkatkan dalam kemampuan menerima multi-bahan baku berupa CPO, RBDPO, dan minyak jelantah (Used Cooking Oil/ UCO).
Green Refinery berada di Kilang RU IV yang mempunyai kapasitas terbesar di Indonesia, mencapai 348 million barrels per day (MBD)
Proyek ini merupakan tanggung jawab Pertamina untuk meningkatkan ketahanan energi nasional dengan memaksimalkan potensi sumber daya energi terbarukan (renewable)
Green Refinery adalah implementasi Pertamina dalam penugasan pemerintah melalui Proyek Strategis Nasional (PSN) sesuai Peraturan Presiden (PP) Nomor 109 tahun 2020
Penerapan Green Refinery sejalan dengan prinsip Environmental, Social, and Governance (ESG) di semua lini bisnis Pertamina
Baca Juga: [FOTO] Penjaga Mutu Avtur Pertamina untuk Keamanan Dunia Penerbangan
Editor’s picks
Bahan baku untuk Green Refinery memaksimalkan CPO dari dalam negeri sehingga mengurangi ketergantungan impor komoditas tersebut
Oleh karenanya, Green Refinery Kilang RU IV Cilacap mendapatkan sertifikasi dari ISCC, salah satu sistem sertifikasi bertaraf internasional untuk keberlanjutan dan penghematan dari emisi gas rumah kaca (GRK)
Salah satu produk hasil olahan Green Refinery adalah bahan bakar hijau Hydrotreated Vegetable Oil (HVO) atau Green Diesel (D100)
Produk D100 dengan merek Pertamina Renewable Diesel (RD) lebih ramah lingkungan karena kandungan gas karbon dioksida (CO2) lebih sedikit
Selain itu, kandungan oksigennya kecil sehingga tidak menimbulkan air dan warnanya jernih
Debut Pertamina RD di ranah internasional diawali dengan pengapalan perdana ekspor produk tersebut ke Singapura pada Agustus hingga Oktober 2022. Kini sudah diterima pasar Eropa, seperti Jerman dan Prancis
Pertamina RD digunakan dalam event balap mobil listrik Formula E (E-Prix) 2022 di Jakarta, 4 Juni 2022. Produk tersebut dipakai sebagai bahan bakar genset (mesin pembangkit listrik yang menggunakan bahan bakar solar), untuk proses isi ulang (charging) baterai mobil-mobil listrik yang digunakan balapan. Penggunaan Pertamina RD juga sejalan dengan teknologi kendaraan listrik (electric vehicle/EV) yang juga ramah lingkungan.
Dengan sertifikasi ISCC, produk Pertamina RD berkontribusi menurunkan emisi karbon hingga 65--70 persen dibandingkan bahan bakar pada umumnya atau yang berbasiskan fosil. Dengan demikian, pengembangan produk bahan bakar nabati HVO, Pertamina RD berkontribusi mengurangi emisi karbon sebesar 78 ribu ton CO2 per tahun berdasarkan target Nationally Determined Contribution (NDC) tahun 2030 dan Net Zero Emission (NZE) tahun 2060.
Baca Juga: [FOTO] CCUS Pertamina, Menjaga Negeri dengan Dekarbonisasi