Keren! Kok Bulu Tangkis dari Batang Mendunia, Diakui BWF dan PBSI
Follow IDN Times untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Batang, IDN Times - Kamu sering bermain bulu tangkis? Pastinya menggunakan raket dan kok. Ternyata, seorang warga di Batang, Jawa Tengah sukses membuat kok hingga diakui oleh Badminton World Federation (BWF) dan Persatuan Bulutangkis Seluruh Indonesia (PBSI). Simak kisah inspiratifnya berikut ini.
1. Membutuhkan tambahan tenaga kerja
Adalah Ahda Al Faizu, warga Pasekaran, Kabupaten Batang yang sukses menjadi perajin kok (shuttlecock) berstandar internasional. Tidak hanya itu, kok produksinya telah bersertifikasi standar BWF dan PSBI.
Tingginya permintaan kok memaksa Ahda memerlukan tenaga kerja tambahan untuk mengejar target produksi di home industry IND Shuttlecock.
"Saya sudah perintahkan Disperindaskop membuat pelatihan khusus pembuatan shuttlecock. Usai pelatihan bisa langsung dipekerjakan," katanya pria berusia 35 tahun itu.
Baca Juga: 5 Kisah Mistis di Batang yang Serem Abis, Sumur Keramat di Alas Roban
2. Berawal dari produksi kecil-kecilan
Faizu terinspirasi memproduksi shuttlecock setelah berhenti bekerja sebagai karyawan kerajinan bola bulu tangkis tersebut di Malang, Jawa Timur.
"Saya bertekad dan memiliki cita-cita untuk memproduksi sendiri sehingga pulang ke kampung halaman di Kabupaten Batang. Pada awalnya, saya memproduksi bola bulu tangkis itu secara kecil-kecilan dan diterima di pasaran," ucapnya.
Editor’s picks
Kini usahanya sudah mempekerjakan 10 orang dan berhasil memasarkan produknya di 30 provinsi dan beberapa negara seperti Malaysia dan Amerika Serikat.
"Awal pemasaran produk, saya promosikan shuttlecock di website dan karena sudah terkoneksi sama orang Amerika. Pertama permintaan dari Malaysia dan percaya dengan produk saya," akunya.
3. Sesuai standar BWF dan PBSI
Faizu menyebut, bahan baku shuttlecock sebagian besar masih didatangkan impor karena ketersediaan bahan baku lokal belum bisa mencukupi.
Sesuai standar BWF, kok produk IND Shuttlecock memiliki berat 5 gram hingga 5,2 gram. Namun untuk Indonesia sesuai standar PBSI beratnya 4,9 gram.
"Shuttlecock produk saya jual seharga Rp35 ribu hingga Rp80 ribu per slof," imbuhnya.
4. Dikerjakan secara tradisional
Pemerintah Kabupaten Batang, Jawa Tengah, mengklaim siap memfasilitasi pengembangan produk shuttlecock yang diproduksi oleh Faizu karena masih dikerjakan secara tradisional. Bupati Batang Wihaji mengatakan, pemkab siap memberikan pelatihan khusus pada pembuatan shuttlecock kepada perajin agar produknya dapat terus bersaing di pasaran lokal maupun mancanegara.
"Ini (produk) sangat luar biasa meski diproduksi secara tradisional. Yang membanggakan lagi, bahwa produk IND shuttlecock yang diproduksi oleh Ahda Al Faizu ini sudah dipasarkan ke 30 provinsi di Indonesia dan lima negara," jelasnya dilansir Antara, Jumat (25/2/2022).
Baca Juga: 4 Rekomendasi Kafe di Batang, Dari yang Unik hingga Bisa Lihat Senja