Kisah Tukang Sol Sepatu di Banyumas Masih Semangat Ditinggal Pelanggan

Paling banyak pelanggan adalah para pelajar di Banyumas

Banyumas, IDN Times - Banyak sektor terutama pada pekerja informal yang terdampak pandemik COVID-19. Anjloknya pendapatan tidak bisa mereka hindarkan. Meski demikian, mereka harus tetap berjuang melanjutkan hidup serta menafkahi keluarga.

1. Lapaknya sepi selama pan

Kisah Tukang Sol Sepatu di Banyumas Masih Semangat Ditinggal PelangganAli, tukang sol sepatu di Banyumas, Jawa Tengah (rri.co.id)

Sebagai salah satu pekerja informal, pendapatan Ali, seorang tukang sol sepatu di kawasan pecinan Sokaraja Kidul, Kabupaten Banyumas, Jawa Tengah terpuruk. Pria 42 tahun itu merasakan bagaimana sepinya pelanggan yang mampir ke lapaknya untuk memperbaiki sepatu yang rusak.

Ali mangkal bersama tiga tukang sol lainnya di tempat tersebut. Ia menjalani profesi tersebut untuk meneruskan usaha sang Ayah, yang meninggal 15 tahun lalu.

"Dari saya kelas 4 Sekolah Dasar (SD), saya kalau libur ikut Ayah saya sampai siang. Mungkin karena sering lihat bagaimana (ayah) menjahit, mengelem sepatu jadi bisa juga," tuturnya melansir laman resmi Radio Republik Indonesia (RRI), Rabu (21/7/2021).

Baca Juga: 10 Makanan Khas Banyumas yang Enak dan Unik, Bisa Untuk Oleh-oleh

2. Sudah tidak ada lagi pelajar yang mampir ke lapak Ali

Kisah Tukang Sol Sepatu di Banyumas Masih Semangat Ditinggal PelangganIlustrasi simulasi bencana (ANTARA FOTO/Irwansyah Putra)

Ali sudah cekatan memperbaiki sepatu maupun sandal yang rusak. Biasanya, saban hari ada sampai 25 pelajar selalu mampir ke lapaknya. Kini, lantaran pandemik COVID-19 hanya 5 orang.

"Yang terasa sekali pelanggan saya anak anak sekolah. Tiap hari biasanya dulu ada 15 anak datang minta ditambal sepatunya yang sobek, berlobang, atau lemnya sudah tidak nempel. Sekarang kan mereka sekolah di rumah gak pakai sepatu jadi gak ke sini" aku Ali.

3. Ongkos perbaikan sol sepatu mulai Rp15 ribu

Kisah Tukang Sol Sepatu di Banyumas Masih Semangat Ditinggal Pelangganpexels/mstudio

Jika kelak para pelajar sudah mulai masuk sekolah, ia memastikan mereka tidak akan mampir lagi ke lapaknya karena sebagian besar pasti akan membeli sepatu yang baru. Sebab sepatu lama sudah tidak muat atau bahkan rusak dimakan usia akibat tidak pernah digunakan.

Meski sepi, Ali tetap bersemangat. Ada hikmah dibalik kondisi pandemik COVID-19. Ia kini fokus mengandalkan pemasukan dari para pekerja yang sepatunya perlu diperbaiki.

Ongkos tiap sepasang sepatu yang ia perbaiki berkisar antara Rp15 ribu. Tetapi jika ada penambahan bahan kulit atau tali, bisa mencapai Rp25 ribu.

Baca Juga: Murah! 5 Hotel di Banyumas ini Pas Buat Backpacker

Topik:

  • Dhana Kencana

Berita Terkini Lainnya