Masjid Somalangu: Syiar Islam Keturunan Rasulullah SAW di Selatan Jawa

Usianya lebih tua dari Masjid Demak, lho!

Kebumen, IDN Times - Dalam menyiarkan agama Islam, para tokoh penyiar seperti Walisongo tidak lepas dari peran masjid. Adapun ciri khas masjid saat awal permulaan Islam di Nusantara--sebutan bagi seluruh wilayah Kepulauan Indonesia--berada di dalam kompleks pondok pesantren. Sehingga hubungan masjid dan pondok pesantren tidak bisa lepas dan saling berhubungan. Di mana ada masjid, di situ juga ada pondok pesantren. Begitu pun sebaliknya. Salah satunya adalah keberadaan Masjid Somalangu di Kabupaten Kebumen, Jawa Tengah.

1. Masjid Somalangu dikaitkan dengan pemberontakan DI/TII

Masjid Somalangu: Syiar Islam Keturunan Rasulullah SAW di Selatan JawaProses hukuman untuk Kartosuwiryo (Dok. IDN Times/bt)

Ketika mendengar Somalangu, langsung relate dengan sejarah nasional Indonesia mengenai peristiwa pemberontakan DI/TII (Darul Islam/Tentara Islam Indonesia) yang dipimpin Kyai Somalangu. Dalam buku-buku pelajaran yang beredar di sekolah, disebutkan bahwa Kyai Mahfudz Abdurrahman selaku pengasuh pesantren dan komandan Angkatan Oemat Islam (AOI) memberontak kepada pemerintah Republik Indonesia dan dituduh bergabung dengan kelompok DI/TII yang dipimpin oleh Soekarmaji Marijan Kartosoewirdjo.

Sayangnya, kabar soal gugurnya ribuan jiwa, syahidnya kyai dan luluh lantaknya pondok pesantren Al Kahfi Somalangu tidak benar, karena tak ada indikasi fakta yang menyebutkan jika Somalangu menjadi pusat pemberontakan DI/TII. Bahkan hal itu juga telah dibenarkan oleh Alm KH Abdurrahman Wahid (Gus Dur) dalam bukunya Islamku Islam Anda Islam Kita.

Masjid Somalangu merupakan masjid pondok pesantren Pondok Pesantren Al Kahfi yang terletak di Dusun Somalangu, Desa Sumberadi, Kecamatan Kebumen, Kabupaten Kebumen, Jawa Tengah. Berdasarkan Prasasti Batu Zamrud Siberia (Emerald Fuchsite) yang berbobot 9 kilogram yang ada di dalam masjid tersebut, tertulis bahwa bangunan pondok pesantren sudah ada sejak tahun 1475 Masehi (M). Demi keamanan, prasasti tersebut disimpan di kediaman pengasuh pesantren.

Pada buku Ulama Waliyullah Jawa Barat-DKI yang disusun Sayyid Muhammad Fauhan bin Afifuddin Al-Hasani--keturunan ke-17 Sayyid Abdul Kahfi--dikatakan apabila prasasti tersebut mempunyai kandungan elemen kimia Al, Cr, H, K, O, dan Si. Selain itu juga bergambar hewan Bulus berkaki tiga dan bertuliskan huruf Jawa dan Arab.

Huruf Jawa menandai candrasengkala tahun dengan bunyi Bumi Pitu Ina. Sedangkan tulisan huruf Arab adalah penjabaran dari arti candrasengkala tahun dalam kalender Hijriyah 25 Syakban 879 H. Dengan demikian, Pondok Pesantren Al Kahfi Somalangu berdiri sejak tanggal 25 Syaban 879 atau pada Rabu, 4 Januari 1475 M--lebih tua dua tahun dari Masjid Demak--. Jika sesuai dengan prasasti tesebut, masjid dan pondok pesantren sudah berdiri sejak 545 tahun silam.

2. Syekh As Sayid Abdul Kahfi Al Hasani keturunan Rasulullah SAW

Masjid Somalangu: Syiar Islam Keturunan Rasulullah SAW di Selatan JawaPixabay/GLady

Pondok Pesantren Al Kahfi didirikan oleh Syekh As Sayid Abdul Kahfi Al Hasani, ulama yang asa Hadhramaut, Yaman. Ia datang ke Jawa pada tahun 852 H/1448 M ketika masa pemerintahan Prabu Kertawijaya, penguasa Kerajaan Majapahit atau yang dikenal dengan julukan Prabu Brawijaya I (1447--1451).

Syekh As Sayid Abdul Kahfi Al Hasani memiliki nama asli Sayid Muhammad ‘Ishom Al Hasani, dengan ayah bernama Sayid Abdur Rasyid bin Abdul Majid Al-Hasani, sedangkan ibunya Syarifah Zulaikha binti Mahmud bin Abdullah bin Syekh Shahibuddin Al- Huseini ‘Inath.

Ayah Syekh As Sayid Abdul Kahfi Al Hasani merupakan keturunan ke-22 Rasulullah SAW dari jalur Sayidina Hasan bin Ali melalui jalur Syekh Sayid Abdul Bar, putra Syekh Sayid Abdul Qadir Al Jaelani Al Baghdadi. Jika dirunut, ia merupakan keturunan ke-10 pendiri Thariqah Qadiriyyah.

Syekh As Sayid Abdul Kahfi Al Hasani sejak usia 18 bulan telah dibimbing dengan beragam disiplin ilmu pengetahuan agama oleh guru bernama Sayid Ja’far Al-Huseini, dengan kebiasaan hidup di dalam goa-goa di Yaman. Ia kemudian diberi laqob (julukan) Abdul Kahfi, yang menurut sang guru berarti orang yang pernah menyendiri beribadah kepada Allah SWT dengan berdiam diri di goa selama bertahun-tahun lamanya. Nama Abdul Kahfi tersebut kemudian masyhur dan lebih mengenalkan pada sosoknya daripada nama aslinya sendiri, Muhammad ‘Ishom.

Syekh As Sayid Abdul Kahfi Al Hasani muda--saat umur 17 tahun--sempat menjadi panglima perang di Yaman selama tiga tahun. Setelah itu, ia tinggal di tanah Haram, Makkah. Ketika umur 24 tahun, ia diperintah gurunya untuk berangkat berdakwah ke Jawa.

Syekh As Sayid Abdul Kahfi Al Hasani pertama kali menginjakkan kaki di pantai Karang Bolong, Kecamatan Buayan, Kabupaten Kebumen. Setelah menaklukkan dan mengislamkan Resi Dara Pundi di Desa Candi Karanganyar, Kebumen, lalu menundukkan Resi Candra Tirto, juga Resi Dhanu Tirto di Desa Candi Wulan dan Desa Candimulyo, Kebumen, ia akhirnya menuju ke Somalangu.

Ditempat yang kala itu masih hutan belantara, Syekh As Sayid Abdul Kahfi Al Hasani hanya bermujahadah, memohon kepada Allah SWT agar tempat yang sekarang menjadi Pondok Pesantren Al Kahfi Somalangu dijadikan sebagai basis dakwah Islam yang barokah kelak nantinya. Kemudian, ia meneruskan perjalanan ke Surabaya, Jawa Timur.

Baca Juga: Dua Kali Ramadan Tanpa Tradisi Bubur Samin Masjid Darussalam Solo 

3. Punya peran besar terhadap Sunan Ampel, Sunan Kudus, dan Raden Patah

Masjid Somalangu: Syiar Islam Keturunan Rasulullah SAW di Selatan JawaUnsplash/Nizar Kauzar

Syekh As Sayid Abdul Kahfi Al Hasani tinggal selama tiga tahun di Ampel, Surabaya membantu perjuangan dakwah Sunan Ampel atau Raden Rahmat. Atas permintaan Sunan Ampel, ia diminta membuka pesantren di Sayung, Demak. Setelah pesantrennya di Demak berkembang, ia kemudian diminta para pendakwah Islam Kudus untuk pindah dan mendirikan pesantren di Kudus.

Sunan Ampel kemudian mengirim putranya Sayid Ja’far Shadiq untuk belajar kepada Syekh As Sayid Abdul Kahfi Al Hasani di pesantrennya di Kudus, yang saat ini bernama Masjid Bubrah--berada di Gang Tepasan Desa Demangan, sisi Selatan Masjid Menara Kudus--. Selama menimba ilmu, Sayid Ja’far Shadiq kemudian dikenal dengan nama Sunan Kudus.

Sunan Kudus diminta berguru kepada Syekh Abdur Rasyid, ayah Syekh As Sayid Abdul Kahfi Al Hasani di Al Quds, Palestina. Sepulangnya dari Palestina, Sunan Kudus bersama Sayid Muhammad ‘Ishom Al Hasani mendirikan masjid yang diberi nama Al Aqsha--sekarang dikenal Menara Kudus--. Nama tersebut diambil karena salah satu batu bangunan masjid itu diambil dari batu di sekitar Masjidil Aqsa, tempat Rasulullah SAW melakukan perjalanan Isra dan Mikraj.

Setelah berdiri, Syekh As Sayid Abdul Kahfi Al Hasani kemudian menetapkan Sunan Kudus sebagai imam masjid tersebut. Ia kemudian memutuskan untuk kembali ke Demak, membantu perjuangan Sultan Hasan Al-Fatah Pangeran Jimbun Abdurrahman Khalifatullah Sayidin Panatagama (Raden Patah) di Kerajaan Islam Demak.

Atas jasa besarnya, Syekh As Sayid Abdul Kahfi Al Hasani diambil menantu oleh Raden Patah dan menikah pada usia kurang lebih 45 tahun dengan Nur Thayyibah binti Hasan. Saat anaknya berusia 5 tahun, Syekh As Sayid Abdul Kahfi Al Hasani dan istri hijrah ke Selatan Pulau Jawa dan berhenti di Somalangu, Kebumen.

Di tempat yang pernah dikunjunginya 27 tahun silam itu, ia kemudian bermukim dan mendirikan Pondok Pesantren Al Kahfi Somalangu. Syekh As Sayid Abdul Kahfi Al Hasani wafat pada malam Jumat, 15 Syakban 1018 H atau 12 November 1609 M. Jasadnya dimakamkan di bukit Lemah Lanang, Somalangu, Kebumen. Oleh masyarakat setempat, ia dikenal dengan nama Syekh Abdul Kahfi Al Awwal.

4. Masjid Somalangu memiliki saka guru khas perpaduan Islam dan Hindu

Masjid Somalangu: Syiar Islam Keturunan Rasulullah SAW di Selatan Jawakebudayaan.kemdikbud.go.id

Masjid Somalangu merupakan tempat ibadah di kompleks pondok pesantren tertua yang ada di Kabupaten Kebumen sekaligus menjadi tanda penyebaran agama Islam di Pulau Jawa bagian Selatan. Bangunan Masjid Somalangu masuk dalam Daftar Inventarisasi Cagar Budaya tidak bergerak Balai Pelestarian Cagar Budaya Jawa Tengah dengan Nomor Inventarisasi 11-05/Kbe/20/TB.

Bangunan masjid tersebut cukup unik karena atap tumpang yang disangga empat saka guru (saka masjid) pada bangunan utamanya. Atap tumpang menjadi salah satu bukti penyatuan budaya karena dulunya berbentuk atap bangunan wantilan--tempat berkumpulnya umat Hindu pada masa sebelumnya--.

Masjid Somalangu berjarak sekitar 1,5 kilometer dari Jalan Raya Kebumen Kutoarjo. Di usianya yang lebih dari lima abad atau sekitar 645 tahun silam, tempat tersebut masih bertahan menjadi pusat pendidikan islamiyah dari masa ke masa, bahkan menelurkan ulama-ulama besar yang tersebar di Indonesia.

Masjid tersebut masuk daftar bangunan cagar budaya Balai Pelestarian Peninggalan Purbakala (BP3) Jateng. Bahkan, melansir laman Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Kebumen, tempat itu menjadi pusat perjuangan umat Islam melawan penjajah Belanda.

Konon saat dibangun pertama kali, masjid Somalangu dibangun dengan atap daun ilalang yang selalu mengeluarkan bau wangi. Adapun keunikan pada bangunan masjid yang masih bisa dijumpai sampai saat ini terdapat pada terakota--mustaka masjid yang terbuat dari tanah liat--tertulis angka tahun 1299 H atau 1878 M. Selain itu, pada genteng ada tulisan menggunakan bahasa Belanda, Aboeng Amar Steen en Pannenfabriek Sokka.

Tidak hanya masjid, bangunan asrama pondok tempat belajar santri, sebagian masih menggunakan bangunan lama. Sebuah rumah panggung yang di bawahnya, termasuk kolam-kolam tempat wudlu sampai saat ini masih dipertahankan. Di pintu rumah panggung tersebut tertulis nama komplek, Pasukan Bangkong Reang.

Dalam cerita rakyat, Ki Bangkong Reang terkenal dengan kesaktiannya yang selalu membantu memberikan ilmu-ilmu baik agama maupun kanuragan. Ki Bangkong Reang adalah tokoh sakti yang bisa berubah wujud menjadi katak, kodok dalam menyerang musuh.

5. Penyebaran Islam di pesisir Selatan Jawa menjadi tantangan tersendiri

Masjid Somalangu: Syiar Islam Keturunan Rasulullah SAW di Selatan JawaUnsplash/Tandya Rachmat

Keberadaan masjid dan pondok pesantren Somalangu memberikan pengaruh yang cukup besar dalam perkembangan Islam Nusantara karena kebanyakan Walisongo banyak menyebarkan Islam di pesisir Utara Pulau Jawa.

Banyak orang menilai jika Islam di pesisir Selatan Pulau Jawa memiliki paradigma yang lebih dekat ke arah mistis dengan tasawuf sebagai bagian penting untuk dipelajari. Hal itu terjadi karena karakter orang-orang pesisir Selatan yang cukup tertutup dan memiliki cara pandang lebih teologis.

Islam di pesisir Selatan berkembang dimulai dari berdirinya masjid dan pondok pesantren oleh Syekh As Sayid Abdul Kahfi Al Hasani, yang kemudian menjadi besar seiring dengan bertambahnya jumlah masyarakat setempat.

Syekh As Sayid Abdul Kahfi Al Hasani merintis pendirian pondok pesantren untuk memberikan kepekaan tauhid kepada masyarakat agar meyakini Allah sebagai sang pencipta.

Kini, sistem pembelajaran di Pondok Pesantren Al Kahfi Somalangu dipimpin oleh KH Afifuddin Chanif atau Gus Afif, yang merupakan keturunan ke-16 dari Syekh As Sayid Abdul Kahfi Al Hasani. Ia sudah memimpin 1992-1993.

Pesantren tersebut masih mempertahankan metodologi pembelajaran klasik seperti sorogan dan bandongan. Adapun kitab-kitab yang diajarkan antara ilmu nahu, shorof, fikih, tafsir Alquran, dan hadis.

Selain metode klasik, dalam pembelajaran agama pesantren Al Kahfi  juga menerapkan sistem klasikal melalui madrasah diniyah (madin). Santri terbagi sesuai tingkatan. Yakni Ibtida' (awal), Wustho, dan Uliya. Sebagian proses pembelajaran agama tersebut dilakukan sore dan malam hari hingga setelah Subuh.

Sebagian besar santri juga belajar ilmu umum baik di SMP Al Kahfi, SMA Al Kahfi, dan SMK Al Kahfi. Sekolah umum tersebut berada dibawah yayasan pesantren dan lokasi gedungnya berada di dalam kompleks pesantren.

Baca Juga: Tawarih Pertama di Masjid Kauman, Warisan Terakhir Ki Ageng Pandan Arang

https://www.youtube.com/embed/5rE7dAMtctM

Topik:

  • Dhana Kencana

Berita Terkini Lainnya