Posyandu Remaja, Sang Pencerah untuk Generasi Sehat dan Berdaya
Follow IDN Times untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Semarang, IDN Times - Pos Pelayanan Terpadu (Posyandu) umumnya menjadi tempat pelayanan kesehatan untuk bayi hingga balita dan ibu hamil. Namun, ada juga Posyandu yang khusus bagi anak berusia 10--19 tahun atau remaja, yang tidak memandang status pendidikan dan perkawinan--termasuk remaja difabel. Namanya adalah Posyandu Remaja (Posrem).
Fokus kegiatan Posyandu tersebut untuk meningkatkan kesehatan remaja secara menyeluruh. Mulai dari kesehatan fisik, mental, dan sosial.
Selain itu, untuk menumbuhkan literasi remaja mengenai pola hidup sehat dan membekalinya dengan Pendidikan Keterampilan Hidup Sehat (PKHS) yang mendukung tumbuh kembang mereka.
Pasalnya, remaja sering kali belum memahami pentingnya menjaga kesehatan, yang bisa berdampak terhadap kualitas hidup mereka saat ini dan masa mendatang.
Dana Anak-Anak Perserikatan Bangsa-Bangsa (United Nations Children's Fund/ UNICEF) melalui laporan Profil Remaja 2021 menyebutkan, angka malanutrisi remaja di Indonesia dengan berat badan berlebih meningkat dalam kurun waktu 26 tahun terakhir.
Pada tahun 1990, jumlahnya hanya tiga persen untuk remaja perempuan dan dua persen remaja laki-laki. Lalu, tahun 2016 naik, masing-masing mencapai 13 persen dan 15 persen.
Masih dari laporan yang sama, gangguan perilaku pada remaja dan kecemasan menjadi salah satu faktor tertinggi yang memengaruhi kesehatan mental mereka. Seperti kecanduan game online dan media sosial.
Kondisi tersebut meningkatkan risiko mereka mengonsumsi rokok dan alkohol, serta selalu berpikir tentang bunuh diri, yang mana ketiganya menjadi penyebab utama kematian remaja di Indonesia.
Itu baru soal kesehatan fisik dan mental, belum lagi persoalan relasi sosial seperti perundungan, perkawinan anak, dan seks pranikah.
Posyandu remaja menjadi wadah positif dan penting bagi mereka karena remaja menjadi kelompok yang rentan mengalami berbagai masalah tersebut, sehingga dapat mengancam produktivitas bangsa.
Berikut potret aktivitas Posyandu Remaja di Semarang dengan segala keseruan yang menjadi penguatan edukasi kesehatan untuk remaja.
1. Posyandu Remaja yang diadakan di kompleks rumah susun ini diadakan setiap satu bulan sekali
2. Sistem layanan kesehatan yang tidak kaku membuat remaja rusun nyaman dan antusias mengikuti Posyandu Remaja
3. Mereka mendapatkan edukasi dan informasi mengenai pola hidup sehat. Salah satunya bagaimana cara mencuci tangan yang benar
Editor’s picks
4. Ada juga layanan konseling, informasi, dan edukasi (KiE) untuk pengembangan softskill dan pengetahuan mereka soal kesehatan reproduksi sebagai upaya dini menekan angka kematian ibu, angka kematian bayi, dan kasus stunting
Baca Juga: 5 Cara Menghargai Perbedaan untuk Meningkatkan Social Skill, Penting!
5. Sebelum sesi, tenaga kesehatan setempat mengukur Lingkar Lengan Atas remaja untuk mengetahui kesehatan dan pertumbuhan mereka
6. Masing-masing remaja diukur tinggi, berat badan, dan tensi darah untuk mendeteksi dan pemantauan malanutrisi atau kelebihan berat badan
7. Edukasi kesehatan disampaikan dengan gaya remaja yang dikombinasikan dengan permainan dan kuis sehingga tidak membosankan
8. Posyandu Remaja mampu menjadi sarana sosialisasi dan interaksi remaja sehingga bisa mengenal teman sebaya dan masyarakat setempat
Masa remaja menjadi masa transisi utama dalam kehidupan seseorang. Pada masa itu terjadi perubahan fisik, emosional, sosial, dan psikologis yang signifikan terhadap remaja.
Posyandu remaja menjadi investasi berharga bagi remaja karena edukasi dan informasi yang diberikan membuat mereka melek, sadar, dan peduli kesehatan. Kondisi itu menjadi modal remaja, yang ke depan akan menjadi orang tua dan menentukan lahirnya generasi sehat.
Peningkatan kesehatan dan kesejahteraan remaja melalui Posyandu Remaja juga menjadi sesuatu yang krusial bagi Indonesia, untuk dapat memanfaatkan Bonus Demografi. Situasi itu menjadi pintu strategis untuk percepatan pembangunan karena dukungan sumber daya manusia (SDM) berusia produktif yang melimpah.
Hal tersebut sejalan dengan agenda besar Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (Sustainable Development Goals/ SDGs) tahun 2030 dan visi Indonesia Emas tahun 2045, dengan terciptanya generasi produktif yang berkualitas.
Baca Juga: 7 Tips Beralih Menuju Perbaikan Diri yang Lebih Baik, Catat!